nusabali

Anaknya Juga Tewas Gantung Diri di TKP yang Sama

  • www.nusabali.com-anaknya-juga-tewas-gantung-diri-di-tkp-yang-sama

Anak pekak I Nyoman Sukanada, I Wayan Putu Sri Adiguna, juga ditemukan tewas gantung diri pada 30 Agustus 2015 di TKP yang sama. Jarak TKP anak–bapak ini hanya sekitar 10 meter.

Hilang 2 Hari, Pekak Eks Pengungsi Ditemukan Tewas Ulah Pati


AMLAPURA, NusaBali
Pekak (kakek) I Nyoman Sukanada, 55, dari Banjar Kiduling Kreteg, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem, yang dilaporkan menghilang dari rumahnya sejak Kamis (18/1), akhirnya ditemukan tewas gantung diri (ulah pati). Jenazah pekak Sukanada ditemukan tergantung di pohon puspa di lereng Gunung Agung, kawasan hutan Bukit Linggar, Banjar Batumadeg, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Sabtu (20/1) sekitar pukul 14.00 Wita.

Di lokasi yang sama, anak kandungnya, I Wayan Putu Sri Adiguna alias Upih, 15, menghilang pada Jumat (14 Agustus 2015), ditemukan gantung diri pada Minggu (30 Agustus 2015). Tempat kejadian perkara (TKP) ditemukannya jenazah pekak Sukanada dengan jasad Upih hanya berjarak sekitar 10 meter.

Kerabatnya tak menyangka sang kakek nekat mengakhiri hidupnya dengan cara seperti itu. Karena untuk mencapai  lokasi kejadian harus berjalan sekitar 3 kilometer ke arah hulu Pura Besakih di lereng Gunung Agung. Apalagi, pekak Sukanada mengalami gangguan penglihatan.

Pekak Sukanada ditemukan tewas tergantung menggunakan seutas tali plastik biru di pohon puspa. Pekak Sukanada gantung diri di areal anak kandungnya gantung diri. Anak kandungnya, I Wayan Putu Sri Adiguna alias Upih, 15, menghilang pada Jumat (14 Agustus 2015), ditemukan gantung diri pada Minggu (30 Agustus 2015). Kala itu, seperti biasanya Upih pergi keluar rumah membawa tali dan sabit untuk menyabit rumput. Upih tak pernah kembali ke rumah, hingga akhirnya ditemukan tewas gantung diri pada Minggu (30 Agustus 2015). Saat ditemukan, kondisi mayatnya sudah membusuk.

Petugas yang menemukan pekak Sukanada tergantung di pohon adalah Babinkamtibmas (Bintara Pembinaan dan Keamanan Ketertiban Masyarakat) Desa Besakih Aipda I Wayan Sudana bersama warga I Nengah Kariana, I Nyoman Narta, I Nengah Widi, dan Jro Mangku Wijanta.

Evakuasi dari lokasi ditemukannya pekak Sukanada gantung diri di hutan Bukit Linggar, Banjar Batumadeg, Desa Besakih, menuju jalan raya harus menempuh jarak sekitar 2 kilometer. Jasadnya dipikul oleh petugas Pos Basarnas Karangasem, Polsek Rendang, Koramil Rendang, keluarga korban, dan masyarakat. Selanjutnya dari jalan raya jasad korban diantar menggunakan kendaraan petugas ke Kuburan Desa Pakraman Besakih di Banjar Kiduling Kreteg, Desa Besakih, Kecamatan Rendang. Tiba di kuburan sekitar pukul 15.30 Wita. Pekak Sukanada yang mengenakan kaos hijau muda, topi hitam, sandal hijau, celana hitam selutut, dan jaket loreng, dikubur di Kuburan Desa Pakraman Besakih sekitar pukul 20.00 Wita. Prosesi penguburan sempat tertunda lama karena masih menunggu tuntasnya banten, sebagai pengantar upacara.

Selama prosesi penguburan hanya dua putri pekak Sukanada yang terlihat, Ni Nengah Duduk, 38, dan Ni Nyoman Sari, 20. Sedangkan saudaranya I Nengah Parwita beserta saudara lainnya, dan istrinya Ni Nengah Sukerti masih shock, memilih tinggal di rumah. Pekak Sukanada meninggalkan seorang istri, 5 anak, dan 4 cucu

“Bapak saya biasa jalan-jalan, tidak pernah mau diam, walau penglihatannya mulai terganggu. Biasanya mencari kayu bakar dan menyabit rumput di lokasi kejadian,” kata Ni Nengah Duduk.  Sebelumnya, kata Duduk, saat mengungsi di Banjar Pande, Desa/Kecamatan Rendang, bapaknya sempat berjalan jauh, sehingga keluarganya melakukan pencarian. Bapaknya akhirnya ditemukan di jalan raya.

Sebelum jasad korban dikubur, Kapolsek Rendang Kompol I Nengah Berata menyertakan petugas medis Puskesmas Rendang dr Angga, memeriksa jasad pekak Sukanada. Tidak ditemukan adanya bekas-bekas kekerasan, pekak Sukanada dinyatakan tewas murni gantung diri. “Walau di bagian kaki berdarah, itu akibat luka lecet,” kata Kapolsek Kompol Berata.

Saksi-saksi yang menguatkan, I Nengah Kariana, 25, dari Banjar Kiduling Kreteg, Desa Besakih, Kecamatan Rendang dan Aipda I Wayan Sudana, petugas Polsek Rendang.

Sebelum menghilang, pekak Sukanada mengungsi di Banjar Pande, Desa/Kecamatan Rendang, sejak Jumat (22 September 2017), karena kampungnya masuk KRB III, radius 6 kilometer dari kawah Gunung Agung. Sehubungan hendak menggelar upacara di puncak Karya Usaba Dalem Puri di Pura Dalem Besakih, pada Sukra Wage Uye, Jumat (19/1), pekak Sukanada diajak keluarganya pulang pada Kamis (18/1) sekitar pukul 06.00 Wita. Jarak tempat pengungsian dengan rumah tinggal sekitar 5 kilometer, tiba di rumahnya sekitar pukul 06.30 Wita.

Di saat anak kandungnya I Nengah Parwita, 25, mengantar ibunya, Ni Nengah Sukerti, 50, jualan ke Pura Dalem Besakih, dan keempat cucunya sekolah, rumah dalam kondisi sepi. Diperkirakan, saat rumah sepi inilah pekak Sukanada menghilang, berjalan menuju arah utara hulu Pura Besakih tepatnya di hulu Pura Pengubengan Besakih.

Mulanya keluarga pekak Sukanada sempat melakukan pencarian, Kamis (18/1) dari siang hari hingga sore di sekitar rumah keluarga dan tetangga, serta tegalan tempat prkak Sukanada biasa menyabit rumput, tidak membuahkan hasil.  Selanjutnya salah satu anak korban I Nengah Parwita, 25, melaporkan ke Polsek Rendang perihal ayahnya hilang, Jumat (19/1) sekitar pukul 14.00 Wita.

Polsek Rendang meneruskan laporan itu ke Pos Basarnas Karangasem. Secara resmi melakukan pencarian sejak pukul 11.00 Wita, terbagai dua tim. Tim 1 beranggotakan Basarnas dipimpin Koordinator Pos Basarnas I Wayan Sewena, menyusuri jalur dari rumah pekak Sukanada menuju bangunan  Embung Banjar Temukus, Desa Besakih ke arah utara serta di sekitar Pura Pengubengan Besakih.

Sedangkan Tim 2 beranggotakan anggota Polsek Rendang dipimpin Kapolsek Rendang Kompol I Nengah Berata, Danramil Rendang Kapten Inf I Ketut Sumendra, anggota keluarga pekak Sukanada, dan masyarakat melakukan pencarian di sekitar hulu Pura Pengubengan Besakih serta ke arah puncak Gunung Agung. *k16

Komentar