nusabali

Hung Siwer Garap Klip Anyar ‘De Elah Aluh’

  • www.nusabali.com-hung-siwer-garap-klip-anyar-de-elah-aluh

Hung Siwer, salah satu kelompok atau komunitas kreatif menggarap klip anyar lagu anak-anak berjudul ‘De Elah Aluh’.

DENPASAR, NusaBali
Komunitas di bawah asuhan Gede Arya Swastika tersebut termotivasi mengangkat tembang rare sebagai media edukasi. Lahirnya lagu ‘De Elah Aluh’ menitikberatkan pesan lingkungan. Ini tidak lepas dari perjalanan sang pencipta, Gede Arya Swastika, ketika sempat menjadi pegawai di Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP). Kesehariannya yang bergelut dengan sampah menginspirasinya membuat lagu ini.

“Pesan dari lagu ini ingin mengajak anak-anak agar lebih peduli untuk membuang sampah. Memberikan edukasi kepada anak-anak sejak dini menjaga kebersihan, termasuk membiasakan membuang  sampah yang benar tidak semabarangan,” tutur Arya, Rabu (22/11).  

“De Elah Aluh Ngutang Lulu, Sing Dadi Ngawag-ngawag, Ado Lulu Sampatan Bareng, Ulian Lulu Irage Nemu Sengsara, Ulian Lulu Irage Nemu Merta……….” Begitulah penggalan gending rare yang digarap Hung Siwer, berjudul De Elah Aluh itu.

Klip anyar ini dikonsep untuk membangkitkan kembali nyanyian-nyanyian anak-anak dengan iringan musik musik etnik siwer. Untuk proses klip, kata Arya, sudah masuk proses editing dan mastering klip. Pihaknya bahkan menargetkan bisa diluncurkan akhir bulan ini.

Mengenai proses penggarapan klip, Hung Siwer memilih lokasi yang berkaitan dengan lingkungan sebagai orientasi pembelajaran kepada anak-anak. Misalnya, diambil di kawasan Sanur, karena hal ini terkait dengan pembuangan sampah yang berlokasi di TPA Suwung.

Selain Sanur, lokasi pembuatan klip dipilih di Tukad Bindu, Kelurahan Kesiman, Denpasar Timur.  Menurut Arya, klip ini melibatkan anak-anak Siwer, dan suatu kebetulan saat mengambil syuting  air di Tukad Bindu dalam kondisi keruh, karena di hulu terjadi hujan. Tema pun jadi nyambung. “Kalau Tukad Bindu dipilih karena Tukad ini sedang ditata menjadi obyek wisata perkotaan, sekaligus mengajak anak-anak mencintai tukad atau sungai, jelasnya.

Selain memiliki lagu De Ulah Aluh, Hung Siwer juga memiliki  gending rare lainya, diantaranya mengangkat lagu ciptaan Pak Made Taro, dan gending-gending rare yang penciptanya anonym (tanpa nama), dimana banyak gending-gending tempo dulu yang tidak diketahui penciptanya.

Sementara itu menurut seorang musisi Bali, Rah Tut XXX, dengan munculnya lagu-lagu rare garapan Hung Siwer, dirinya menyambut baik dan  berharap gending-gending rare bisa kembali terangkat. Sejauh ini, kata Rah Tut masih banyak nyanyian rare yang belum dikenal publik, padahal gending-gending rare itu mengandung pesan-pesan yang berguna bagi  kehidupan. “Hal ini bisa meramaikan ranah gending rare, dan semakin banyak kelompok-kelompok yang menggali lebih banyak nyanyian rare di Bali. Saya yakin ranah budaya leluhur menjadi warisan untuk generasi berikutnya tidak hilang,” kata vokalis XXX ini. *ind

Komentar