nusabali

GKA Badung Tampil Memukau, Jadi Penyemangat di Tengah Sepinya Pariwisata Kuta

  • www.nusabali.com-gka-badung-tampil-memukau-jadi-penyemangat-di-tengah-sepinya-pariwisata-kuta

MANGUPURA, NusaBali
Sekaa Gong Kebyar Anak-anak (GKA) Kabupaten Badung, yang diwakili Sanggar Saraswati SMPN 1 Kuta, Desa Adat Kuta, Kecamatan Kuta, Badung, tampil memukau saat berhadapan dengan Sekaa GKA dari Kabupaten Jembrana, pada tapping (perekaman) Pesta Kesenian Bali (PKB) tahun 2021, di Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Provinsi Bali, pada 30 Mei 2021.

Di tengah anjloknya pariwisata dan sepinya keadaan Kuta saat ini, dipilihnya anak-anak dari Kuta seolah menjadi penyemangat untuk bangkit kembali dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19. Hal tersebut diungkapkan Sekaa Gong Kebyar Anak-anak (GKA) Kabupaten Badung, yang diwakili Koordinator Sekaa Gong Kebyar Anak-anak (GKA) Sanggar Saraswati SMPN 1 Kuta Eka Adi Perdana. Dia megatakan, seniman baik cilik, anak, remaja, hingga dewasa sudah sangat rindu untuk berkesenian kembali. “Kami sebagai seniman sudah sangat kangen dengan kondisi sebelumnya. Karena itu, tahun ini kami sangat bersyukur sekali pemerintah sudah mengizinkan untuk bisa tampil di PKB. Meski harus tanpa penonton dulu karena masih situasi pandemi,” ujarnya, Sabtu (5/6).

Menurutnya, ada yang berbeda dari penampilan Gong Kebyar Anak-anak tahun ini, yakni tidak adanya materi dolanan. Padahal dolanan menjadi ‘gongnya’ yang mendapat tepuk tangan meriah dari penonton, sehingga membuat suasana semakin semangat. Selain itu, penerapan prokes juga sangat ketat. Semua seniman dan pendukung harus dirapid antigen. “Tahun ini memang materi dolanan tidak ada, sehingga gregetnya memang agak kurang. Tapi balik lagi saat ini kan masih dalam situasi pandemi dan tanpa penonton. Anak-anak saya lihat tetap semangat, meski sangat berbeda dari PKB sebelumnya,” terangnya.

Adapun materi yang dibawakan oleh GKA Badung, antara lain Tari Sekar Jepun yang merupakan maskot Kabupaten Badung. Sedangkan materi kedua, yakni Tabuh Pisan Pagongan Kreasi Baru berjudul ‘Sangkara Bawa, yang menceritakan tentang pemujaan kepada Dewa Sangkara saat Tumpek Uduh atau Tumpek Wariga. Sementara materi Tari Kreasi Kekebyaran berjudul ‘Capung Mas’, mengisahkan tentang binatang serangga, yakni capung yang tidak saja indah dipandang, namun keberadaanya memiliki peran penting dalam ekosistem pertanian.

Disinggung mengenai proses latihan, kata Eka Perdana, berlangsung selama tiga bulan sejak SK penunjukkan. Selama proses latihan, pihaknya harus menaati prokes, memberikan anak-anak vitamin dan makanan yang bergizi agar kondisinya fit dan tidak ada indikasi mengalami gejala Covid-19 jelang pentas. Menariknya, Sanggar Saraswati SMPN 1 Kuta, sempat memanfaatkan suasana pantai untuk memantapkan proses latihan 10 hari menjelang tampil.

“Dua bulan latihan kami latihannya di sekolah. Cuma setelah gladi di Art Center, ternyata berbeda jauh suaranya dengan saat latihan di sekolah yang ruangan tertutup. Akhirnya kami mencoba untuk latihan di Pantai Kuta, karena tempatnya los, tidak bergema, dan hampir mendekati suasana megamel di Art Center,” imbuhnya.

Eka Perdana berharap, kegiatan seni di Bali tetap bisa berkesinambungan meski pandemi belum pasti kapan akan berakhir. Apalagi seni budaya dengan pariwisata memiliki keterkaitan erat. “Dengan kondisi seperti ini, kalau bukan dari seni budaya kita angkat, lalu dari apalagi? Dengan seni budaya, dunia akan bisa melihat kalau kita bisa bangkit dari keterpurukan ini. Ini adalah satu alasan, kenapa kami dari Kuta antusias ikut serta dalam Gong Kebyar Anak-anak. Karena kami ingin bangkit. Seperti kita lihat, situasi Kuta sangat sepi sekarang,” tandasnya. *ind

Komentar