nusabali

Fenomena Thrifting, Remaja Kini Memburu Pakaian Second

  • www.nusabali.com-fenomena-thrifting-remaja-kini-memburu-pakaian-second

GIANYAR, NusaBali.com - Berbeda dengan beberapa tahun lalu, pasar pakaian bekas yang lebih banyak memiliki pasar kaum tua, kini mulai disasar kalangan milenial.

Seperti yang terjadi di Pasar Malam Desa Batubulan Gianyar. Ada perubahan perilaku konsumen pasar baju second di sini.  "Dulu pengunjung  dominan bapak-bapak dan ibu-ibu, tapi akhir-akhir ini lebih banyak remajanya, saya amati hampir setiap hari itu dominan dari kalangan remaja yang berbelanja,” ungkap Nengah Mini, 31, pedagang yang sudah 10 tahun menggelar dagangannya di Pasar Malam Batubulan, Minggu (30/5/2021).

Pakaian bekas yang  harganya yang murah, dapat dijangkau  oleh para remaja. “Mungkin dengan harganya yang murah jadi anak-anak ABG disini bisa menjangkau, pakaian bekas yang dijual disini paling murah Rp 10.000 sampai Rp 50.000 paling mahal, tergantung pakaian jenis dan kondisinya seperti apa,” kata Mini.

Perilaku ini dikenal juga sebagai thrifting atau berhemat. Thrift sendiri adalah sebuah perilaku yang sangat berhati-hati terhadap berapa banyak uang yang dikeluarkan.

Selain harganya yang murah, pada saat thrifting pun terkadang para pembeli dapat menemukan barang yang bagus, hal tersebut dapat menimbulkan kesan seperti kejutan dan membuat rasa penasaran para pengunjung khususnya remaja sehingga berlomba-lomba untuk mencari barang yang diinginkan.

Saat diwawancarai di Pasar Malam Desa Batubulan, yang berlokasi di Terminal Batubulan, Kadek Susanti Dewi, 18, mengungkapkan bahwa thrifting adalah kegiatan yang seru. “Suka thrifting karena saya dasarnya suka belanja, dan kadang saya ke sini hanya untuk cuci mata saja, sekadar refreshing,” ungkapnya.

Namun sejatinya ada hal yang lebih bermakna dari perilaku thrifting bukan hanya sekadar bertujuan untuk mendapatkan barang dengan harga yang murah, namun masyarakat mulai sadar tentang pentingnya lingkungan dengan menggunakan pakaian bekas layak pakai sebagai bentuk kepedulian dan penghargaan bagi para pelaku industri pakaian di dunia, serta meminimalisir limbah pakaian yang ada.

Hal itu pun diungkapkan oleh Made Krisna Adi, 20, salah satu pengunjung yang melakukan thrifting. “Saya sempat baca di sebuah artikel, selain limbah plastik, limbah pakaian juga semakin mengkhawatirkan,” ungkapnya.

Selain itu usia remaja adalah masa di mana seseorang ingin mengekspresikan dirinya sesuai keinginannya, jadi dengan menggunakan pakaian yang beragam, para remaja bebas mengekspresikan dirinya.

“Kalau belanja pakaian bekas, dengan uang Rp 50.000 saya sudah mendapatkan 2 sampai 3 potong pakaian, jadi saya bisa tampil berbeda-beda dengan mengganti pakaian yang saya kenakan,” ungkap Dewa Gede Indra Wijaya Kusuma, 22, yang merupakan salah satu pengunjung di Pasar Malam Desa Batubulan.

Dengan adanya fenomena thrifting ini tentunya menimbulkan dampak yang positif bagi para pengusaha pakaian bekas, seperti yang dirasakan oleh Mini.

“Bersyukur meskipun tidak semua pengunjung datang untuk membeli, tapi melihat kondisi yang ramai seperti ini saja saya sudah senang,” ungkapnya. *rma

Komentar