nusabali

Biaya Operasi dari Penjualan Lontar

Peraih Anugerah Kebudayaan Nasional, 8 Kali Jalani Operasi

  • www.nusabali.com-biaya-operasi-dari-penjualan-lontar

AMLAPURA, NusaBali
Penyurat lontar, seniman sastra, dan penabuh gender, I Wayan Mudita Adnyana, 91, asal Desa Adat Tenganan Pagringsingan, Desa Tenganan, Kecamatan Manggis, Karangasem telah delapan kali menjalani operasi.

Uniknya, seluruh biaya operasi menggunakan hasil penjualan lontar yang ditulisnya. Terakhir, peraih Anugerah Kebudayaan Nasional 2019 ini menjalani operasi hernia. Biaya operasi hernia Rp 30 juta, sementara Lontar Udiyoga Parwa terjual Rp 35 juta.

Wayan Mudita memaparkan, Lontar Udiyoga Parwa setebal 300 halaman. Lontar itu ditulis saat kondisi fisiknya masih kuat. Lontar Udiyoga Parwa dijual Rp 35 juta. Biaya operasi hernia dan opname selama 8 hari dari tanggal 19-26 April di Rumah Sakit Gianyar Rp 30 juta. Seniman sastra ini telah dua kali menjalani operasi hernia. Operasi kencing batu sebanyak 3 kali, operasi prostat sebanyak 2 kali, dan operasi katarak sebanyak 1 kali. Wayan Mudita mengaku bersyukur dikaruniai umur panjang. Pasca operasi, Wayan Mudita yang tinggal sendiri di rumahnya masih mampu beraktivitas ringan seperti menyapu, memasak, dan mencuci.

Wayan Mudita sejak lama tidak bisa lagi menulis lontar. Sebab tidak kuat lagi duduk berlama-lama dan tidak kuat lagi menggoreskan pisau di daun rontal. Sebagai seniman gender wayang, dia masih bisa melatih anak-anak dan remaja menabuh gender wayang. “Hanya saja, saya tidak lagi mampu duduk lama,” ungkap ayah 7 anak dan kakek 14 cucu ini, Minggu (2/5). Koleksi lontar yang ditulisnya masih tersisa beberapa, di antaranya Sutasoma, Baratha Yudha, Sarasamuscaya, Lubdaka, Asrama Wasa Parwa, dan lainnya.

Atas dedikasi dan pengabdiannya di bidang sastra dan seni, Wayan Mudita menerima penghargaan kategori maestro tradisi dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy pada tahun 2019. Sebelum menerima penghargaan bidang tradisi, tim verifikasi datang ke rumah Wayan Mudita melakukan visitasi. Tim visitasi beranggotakan Dita Darfiyanti dari Kemendikbud, Ida Bagus Rai dari Dinas Kebudayaan Bali, Nunus Supardi, Rizky Ernandi dari Kemendikbud, dan I Wayan Witrawan Sekretaris Dinas Kebudayaan Karangasem.

Wayan Mudita sebelumnya juga meraih penghargaan sebagai seniman tua dari Pemkab Karangasem pada tahun 1987 dan Pemprov Bali tahun 1984. Hasil karyanya pernah dibeli oleh tiga kepala negara yakni Presiden Italia Sandro Pertini (6 Juli 1983), Perdana Menteri Selandia Baru Hellene Clark (7 Januari 1988) dan Presiden Megawati Soekarnoputri (31 Desember 2001). *k16

Komentar