nusabali

Earth Hour Bali Adakan Virtual Tour Cakrawala Nusa Jelang Earth Hour 2021

  • www.nusabali.com-earth-hour-bali-adakan-virtual-tour-cakrawala-nusa-jelang-earth-hour-2021

DENPASAR, NusaBali.com
Kampanye Earth Hour 2021 akan tetap dilakukan meskipun pandemi Covid-19 mewabah di seluruh dunia. Kampanye global ini mengajak masyarakat untuk mematikan listrik selama satu jam.

Kali ini, Komunitas Earth Hour (EH) Bali, mengadakan Virtual Tour bertajuk Cakrawala Nusa 2021 dengan topik Jelajah Pesona Keanekaragaman Hayati Bali. Virtual Tour EH Bali 2021 juga mengusung tema secara global ‘Unity in Biodiversity’.  

Unity in Biodiversity adalah kesatuan dari beragam spesies tumbuhan dan hewan, habitat hingga genetik yang saling melengkapi dan menopang kehidupan manusia.

Virtual Tour ini dilakukan via Zoom Meeting pada Jumat (26/3/2021) mengundang beberapa narasumber dari komunitas terkait. Di antaranya ada dari Bali Reptil Park, Museum Patung Burung Frank William dan BSC (Bird Study Club) Curik Udayana, SeaTrek Sailing Adventures serta dari Sebumi.id.

Pelaksanaan acara ini dilakukan Komunitas Earth Hour Bali sebagai pengingat bahwa saat-saat ini merupakan waktu untuk melakukan hal yang baik untuk alam dan keanekaragaman hayati. Berdasarkan data yang diperoleh Earth Hour dan Yayasan World Wide Fund for Nature (WWF) rupanya tahun 2020 adalah tahun yang kritis untuk alam sehingga melakukan hal baik untuk alam dan keanekaragaman hayati ini tidak hanya mendasari keberhasilan upaya lingkungan global namun juga kesejahteraan dan masa depan masyarakat yang berkelanjutan di seluruh dunia.

Acara dibuka oleh panitia dengan membacakan aturan bagi peserta kemudian memperkenalkan setiap narasumber. Sebagai pembuka, ada Luh Putu Eswariyanti Kusuma Yuni dari Museum Patung Burung Frank William dan BSC (Bird Study Club) Curik Udayana yang memaparkan materi mengenai penelitian yang dilakukan terkait hewan burung khususnya endemik Bali yakni burung Jalak atau yang dalam bahasa Balinya adalah Curik.

“Kami aktif melakukan kegiatan workshop dan pelatihan pengamatan burung atau Bird Watching kepada masyarakat bahwa menikmati pemandangan burung di alam liar lebih menyenangkan daripada di dalam sangkar. Setiap tahun juga kami rutin mengadakan pengamatan migrasi burung pemangsa dan melakukan festival berupa lomba pengamatan burung. Hal ini kami lakukan untuk meningkatkan awareness kepada anak muda untuk lebih mencintai alam dan burung,” jelas Eswariyanti.

Museum Patung Burung sendiri pernah mendapatkan Anugerah Purwakalagra Indonesia Museum Award pada tahun 2019 lalu untuk kategori museum unik. Eswariyanti yang juga dosen jurusan Biologi Universitas Udayana ini turut mengajak mahasiswanya Michelle dan Girman untuk mempresentasikan video yang menjelaskan mengenai burung migran dan burung menetap.

Pemateri selanjutnya ada Galang Putra Begawan dari Bali Reptil Park. Dalam materinya Galang menjelaskan tentang Bali Reptil Park yang tidak hanya merupakan taman rekreasi tapi juga merupakan lembaga konservasi khusus. “Seperti namanya, Bali Reptil Park, kami merupakan lembaga konservasi khusus yang menangani jenis hewan reptile,” jelas Galang.

Lebih lanjut, Galang menjelaskan mengenai jenis-jenis reptil yang ada di Indonesia. Ia lalu menjelaskan mengenai misi konservasi khusus Bali Reptile Park. “Di sini misi konservasi kami mengembang-biakkan soa layar atau kadal air yang berasal dari Sulawesi,” ungkap Galang.

Bali Reptile Park yang berlokasi di Singapadu, Gianyar sendiri saat ini hanya buka di akhir pekan saja. Namun, pihak Bali Reptile Park melakukan kegiatan virtual field trip berupa tur virtual untuk anak-anak sekolah berkeliling Bali Reptile Park mengenalkan hewan-hewan yang ada di tempat ini.

Selain itu, Galang juga membagikan beberapa tips untuk menghindarkan ular masuk rumah. “Yang terpenting adalah menjaga kebersihan area tempat tinggal sekitar,” ungkap Galang.

Setelah sesi pemaparan dari kedua pemateri tersebut, diselingi dengan sesi tanya jawab dari peserta. Sebanyak 63 peserta hadir dalam acara yang berlangsung mulai pukul 15.00 hingga 17.30 Wita ini. Peserta-peserta tersebut berasal dari berbagai daerah seperti Denpasar, Surabaya, Jakarta, Cirebon dan juga Solo. Selain sesi tanya jawab, ada juga perwakilan dari EH Bali yang membawakan beberapa lagu untuk menghibur di tengah acara.

Sesi kedua pun dilanjutkan dengan pemaparan dari SeaTrek Sailing Adventures yang dibawakan oleh Nita CJ Signing Blue. Nita membawakan materi tentang Mencintai Laut.

Nita menjelaskan bahwa ada banyak cara mencintai dan menjaga habitat laut. “Mengikuti acara clean-up yang sudah banyak dilakukan oleh banyak komunitas bisa kita ikuti. Itu hal kecil yang bisa kita lakukan,” terang Nita.

Materi terakhir dibawakan oleh Ibem Ismarson dari Sebumi.id. yang menjelaskan mengenai tur di wilayah Taman Nasional Bali Barat yang sering dilakukan oleh Sebumi.id. “Ada banyak kegiatan yang biasa kita lakukan. Sekarang kita sering melakukan virtual tur karena adanya pandemi,” jelas Iben.

Terakhir, panitia memutarkan video dukungan serta ajakan dari Gubernur Bali, Wayan Koster, untuk bergerak bersama berkontribusi memelihara Bumi dan memitigasi dampak perubahan iklim. Caranya adalah dengan mematikan lampu dan perangkat elektronik tak terpakai pada Sabtu, 27 Maret 2021 pukul 20.30-21.30 waktu setempat.

Perayaan Earth Hour tahun ini sendiri digalakkan melalui kampanye di sosial media Instagram dan YouTube Earth Hour Indonesia.

Komentar