nusabali

Ada Deretan Pondok Berendam Bernama Gede, Made, Komang, Ketut

Objek Air Panas Wisata Eka Tirta di Perbatasan Desa Sengaan-Desa Apuan-Desa Angseri, Tabanan

  • www.nusabali.com-ada-deretan-pondok-berendam-bernama-gede-made-komang-ketut

Objek Air Panas Wisata Eka Tirta yang lokasinya sekitar 6 kilometer arah timur Jatiluwih ini mengandalkan air panas yang diambil dari sumbernya di Munduk Lumpang, Desa Angseri, lalu disalurkan ke lokasi menggunakan jaringan pipa sejauh 3 kilometer

TABANAN, NusaBali

Satu lagi objek wisata air panas muncul di wilayah Kabupaten Tabanan. Setelah Objek Air Panas Penatahan di Desa Penatahan (Kecamatan Penebel) dan Air Panas Angseri di Desa Angseri (Kecamatan Baturiti), kini ada lagi objek air panas yang disebut Wisata Eka Tirta di Desa Apuan (Kecamatan Baturiti). Di Objek Air Panas Wisata Eka Tirta ini, disediakan pondok-pondok berendam yang diberi nama I Gede, Made, Komang, hingga Ketut.

Objek Air Panas Wisata Eka Tirta (WET) yang dibangun di atas lahan seluas 57 are ini, baru dioperasikan sejak September 2019 lalu. Uniknya, lokasi wisata air panas ini berada di perbatasan tiga desa bertetangga pada dua kecamatan berbeda, yakni Desa Apuan (Kecamatan Baturiti), Desa Angseri (Kecamatan Baturiti), dan Desa Senganan (Kecamatan Penebel).

Posisinya persis di sebelah barat tikungan jalan raya rute Desa Senganan-Desa Apuan, tepatnya hanya sekitar 500 meter arah timur laut dari pusat Desa Senganan dan 1 kilometer arah barat daya dari pu-sat Desa Apuan. Objek Air Panas WET ini berjarak sekitar 6 kilometer arah timur dari Objek Wisata Jatiluwih, Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel.

Objek Air Panas WET ini dibangun di atas lahan milik pribadi seluas 57 are. Namun, objek wisata ini dikelola oleh sekelompok orang dari tiga desa bertetangga. Para karyawan yang dilibatkan pun dari penduduk setempat.

Kendati baru beroperasi sekitar 5 bulan, namun penataan dan fasilitas yang ada di objek Air Panas WET ini terbilang cukup menarik untuk memanjakan pengunjung. Saat ini, ada 2 kolam umum untuk berendam, masing-masing berisi beberapa pancoran air panas dengan suhu 46 derajat Celsius. Kolam yang di sisi timur dengan kedalaman sekitar 100 sentimeter, khusus untuk dewasa. Sedangkan kolam sisi barat dengan kedalaman sekitar 60 sentimeter, khusus untuk anak-anak.

Saat ini, sedang dibangun satu kolam lagi di ujung barat, dengan kedalaman sekitar 140 meter. Kolam yang sedang dalam pengerjaan ini dijadwalkan akan selesai dalam tiga pekan ke depan. Hanya saja, nantinya kolam ini akan menggunakan air dingin, bukan air panas. Masalahnya, lantai dan dinding kolam berbahan keramik dikhawatirkan bisa meledak, jika menggiunakan air panas. Selain itu, juga sedang dibangun tempat panglukatan di sisi barat laut, yang dijadwalkan pula akan selesai bersamaan dengan kolam air dingin tadi.

Menurut salah satu pengelola Objek Air Panas WET, I Komang Putra, 50, panglukatan ini dibangun untuk melayani pengunjung yang ngiring sebagai pamangku. “Jika ada pamangku yang ingin mandi, nanti diarahkan ke panglukatan tersebut,” ungkap Komang Putra, yang kesehariannya ikut menunggui objek Air Panas WET, saat ditemui NusaBali di lokasi, Sabtu (15/2) sore.

Sementara, bagi pengunjung yang ingin berendam secara privasi dan terpisah dari pengunjung lainnya, mereka disediakan tempat khusus berupa pondok-pondok berbahan bambu, yang di dalamnya berisi kolam ukuran 2 meter x 2 meter dengan kedalaman 60 sentimeter. Pondok-pondok ini berdinding bambu dan beratapkan bilah bambu yang dirakit sedemikian ruma, sehingga terkesan sangat alami dan artistik. Di sela-sela deretan pondokan ini, ada beberapa tempat untuk mandi dan ganti pakaian.

Ada 7 unit pondok yang berjejer di sisi utara Objek Air Panas WET. Pondok-pondok tersebut cukup untuk berendam satu keluarga beranggotakan 4 orang. Menariknya, pondok yang berjejer dari arah barat ke timur ini diberi nama berbeda-beda, mengambil nomor urut kelahiran krama Bali. Misalnya, Pondok I Gede, Pondok Putu, Pondok Made, Pondok Kadek, Pondok Komang, Pondok Koming, dan Pondok Ketut.

Versi Komang Putra, penamaan ini tidak ada kaitannya dengan nama para pengelola Objek Air Panas WET. “Penamaan ini hanya untuk memudahkan bagi pengunjung dalam mengenali pondok yang digunakannya,” papar Komang Putra.

Bagi pengunjung domestik yang pilih pondok untuk berendam, mereka dikenakan biaya tambahan Rp 20.000 per unit pondok yang disewanya. Sedangkan untuk wisatawan asing, tarif sewanya lebih mahal lagi. Nah, mereka yang sewa pondok dibebaskan jika ingin keluar melanjutkan berendam di kolam umum.

Tarif yang dikenakan bagi pengunjung untuk menikmati faisilitas Objek Air Panas WET ini terbilang cukup murah. Bagi pengunjung lokal, dikenakan tiket masuk Rp 10.000 per orang (dewasa) dan Rp 5.000 per orang (anak-anak). Jika mau tempat khusus, mereka dikenakan biaya tambahan sewa pondok sebesar Rp 20.000 per unit tadi.

Barangkali karena tarifnya terjangkau, tempatnya asri, dan mudah dijangkau, Objek Air Panas WET ini tak pernah sepi pengunjung. Dalam sehari, rata-rata minimal ada 100 pengunjung yang memanjakan tubuhnya di tempat ini. “Pengunjung biasanya membludak jika libur hari besar, seperti Natal dan Tahun Baru,” ungkap Komang Putra.

Ada ketentuan khusus bagi pengunjung yang pilih sewa pondok untuk berendam. Mereka dibatasi berendam maksimal 30 menit. Jika mau lebih dari itu, juga ditoleransi, tapi ada risikonya. Menurut Komang Putra, ketentuan maksimal 30 menit ini berkaitan dengan sisi kesehatan. Masalahnya, jika beredam lebih dari 30 menit, pengunjung bisa lemas karena pengaruh belerang.

Ini belajar dari beberapa pengalaman yang pernah terjadi di Objek Air Panas WET sebelumnya. Pernah ada rombongan keluarga berjumlah 3 orang beredam di dalam pondok. “Baru berendam sekitar 25 menit, 2 dari 3 orang itu jatuh pingsan. Jadi, kami bukan pelit, tapi mempertimbangkan sisi kesehatan, sehingga disarankan berendam maksimal 30 menit di dalam pondok,” katanya.

Komang Putra mengisahkan, pembangunan dan penataan Objek Air Panas WET ini prosesnya cukup panjang, sampai akhirnya beroperasi 5 bulan lalu. Sebelum ditata, sempat dilakukan 4 kali percobaan untuk mengalirkan air panas dari sumbernya di Munduk Lumpang, Desa Angseri.

Percobaan sampai 4 kali itu menyangkut debit air dan suhu air panas dari sumbernya sampai tiba di lokasi. Maklumlah, air disalurkan menggunakan pipa sejauh 3 kilometer dari sumbernya, sehingga debit dan suhunya pun bisa anjlok. “Setelah melalui 4 kali percobaan, kami akhirnya bisa membangun Objek Air panas WET ini, karena debit air cukup dan suhunya konstan sekitar 46 derajat Celsius,” jelas Komang Putra. *nar

Komentar