nusabali

Gempa Bumi Tektonik 5,4 SR Akibat Subduksi Guncang Bali

  • www.nusabali.com-gempa-bumi-tektonik-54-sr-akibat-subduksi-guncang-bali

Gempa bumi tektonik dengan kekuatan 5,4 Skala Richter (SR) yang mengguncang Pulau Bali, Kamis (23/8) pukul 06.48 Wita akibat subduksi lempeng di Selatan Bali.

Murid SDN 4 Tuban Belajar di Luar Kelas

MANGUPURA, NusaBali
Episenter gempa yang dirasakan cukup kuat itu terletak pada koordinat 9,48 LS dan 114,75 BT, tepat berlokasi di laut 103 kilometer arah Barat Daya Kota Denpasar. Gempa tersebut terjadi pada kedalaman 68 km dan tak berpotensi tsunami.

Kepala Subbidang Pengumpulan dan Penyebaran Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar Ardhianto Septiadhi yang dikonfirmasi, Kamis (23/8), menjelaskan gempa yang terjadi pada Kamis kemarin dirasakan di sebagian wilayah Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat dan sebagian wilayah di Jawa Timur.

Dengan memperhatikan episenter dan kedalamannya, gempa ini tak berpotensi tsunami. Ini disebabkan oleh mekanisme pergerakan sesar naik. “Gempa ini disebabkan oleh adanya aktivitas subduksi di Selatan Bali. Awalnya kekuatan gempa itu 5,4 SR, setelah dilakukan pemutakhiran kekuatan gempanya Magnitudo 5,1. Kedalamannya yang semula 10 km menjadi 68 km. Lokasi gempanya di laut pada jarak 103 km arah Barat Daya Kota Denpasar,” tutur Septiadhi.

Dia menegaskan gempa bumi yang terjadi ini bukan satu rangkaian dengan gempa yang terjadi di Lombok, NTB. Gempa di Bali kemarin terjadi akibat aktivitas subduksi sementara di Lombok disebabkan oleh sesar naik Flores (Flores Back Arc Thrust).

“Ada dua sumber gempa utama di Bali dan NTB yakni di Selatan karena aktivitas subduksi dan di Utara akibat aktivitas Flores Back Arc Thrust atau zona patahan naik daerah Flores,” tuturnya.  

Secara keilmuan, biasanya gempa besar itu akan terjadi manifestasi energi. Artinya akan ada energi yang dikeluarkan melalui gempa susulan. Gempa susulan biasanya berakhir sampai mencapai titik kestabilan. Sementara hingga pukul 10.00 Wita kemarin tak terjadi gempa susulan.

Secara umum Indonesia merupakan daerah pertemuan tiga lempeng utama, yakni lempeng Pasifik, Eurasia, dan Indo Australia. Nah, di Selatan Bali ada pergerakan lempeng Indo Australia yang relatif bergerak ke arah lempeng Eurasia. Pergerakanya sekitar 7 cm tiap tahun. Akibat aktivitas pergerakan lempeng ini terdapat zona pertemuan lempeng (subduksi) kurang lebih 300 km di Selatan Pulau Bali.

Aktivitas pertemuan ini merupakan menjadi sumber gempa bumi. Sehingga daerah Selatan Bali, Barat Sumatera, Selatan Jawa, dan Selatan NTB merupakan daerah-daerah pertemuan lempeng (subduksi) yang menyebabkanya daerah sumber gempa bumi. Dengan demikian Bali rawan akan kejadian gempa bumi.

Sementara untuk Flores Back Arc Thrust akibat aktivitas tektonik sehingga menimbulkan zona patahan naik busur belakang pulau. Timbulah Flores Back Arc Thrust di Utara Bali, Lombok, hingga NTT. Itulah sebabnya Bali dan Lombok dikeliling dua sumber gempa utama.

Selain itu terdapat juga sumber gempa lokal utama di Pulau Bali sendiri. Seperti gempa Karangasem, sumber gempanya adalah sesar Culi. Gempa Tejakula, dan gempa Seririt. Itu adalah patahan lokal yang ada di Pulau Bali.

Dia mengungkapkan setiap hari di Pulau Bali sebenarnya terjadi gempa rata-rata sekitar 5-7 kejadian. Kekuatantannya relatif kecil sehingga tak dirasakan. Menurutnya itu hal yang sangat lumrah terjadi karena Bali memang berada pada jalur gempa.

“Dalam sebulan di Bali bisa sampai 200 hingga 300 kejadian gempa. Setahun bisa sampai 2.000 hingga 4.000. Itu hal yang lumrah karena itu adalah manifeatasi dari energi aktivitas jalur gempa bumi yang ada di sekitar Bali,” tuturnya.

Sementara itu, akibat gempa yang mengguncang Bali kemarin membuat panik para murid di SDN 4 Tuban, Badung. Para siswa terpaksa belajar di halaman sekolah. Sekitar sejam lamanya setelah dirasakan aman, barulah para siswa masuk kembali ke dalam kelas untuk melanjutkan pelajaran. *po

Komentar