nusabali

Tabuh dan Legong Khas Banjar Binoh Tampil di PKB

  • www.nusabali.com-tabuh-dan-legong-khas-banjar-binoh-tampil-di-pkb

Sekaa Palegongan Semara Pegulingan Banjar Binoh Kaja, Desa Pakraman Poh Gading, Ubung Kaja, Denpasar Utara membawakan sejumlah tabuh dan tari pelegongan klasik khas Banjar Binoh dalam ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-40 di Kalangan Ayodya, Taman Budaya-Art Center, Denpasar, Jumat (29/6).

DENPASAR, NusaBali

Uniknya, penari yang tampil menggunakan lima gelungan yang disungsung di Pura Banjar setempat. Ada empat sajian yang ditampilkan kemarin. Menurut Kelihan Sekaa, I Wayan Sudiana, dua tabuh dan dua tari palegongan klasik merupakan kesenian yang ada di banjar tersebut. Dua tabuh dinamai Gending Gegambangan gaya Binoh dan Gending Kebyang Kebyot. Sementara tari Legong yang ditarikan antara lain tari klasik berjudul Legong Keraton Prabhu Lasem lengkap gaya Binoh dan tari kreasi berjudul Legong Binor.

Menurut Sudiana, Binoh merupakan salah satu daerah yang terkenal dengan kesenian palegongan di Kota Denpasar. Ciri khas yang mencolok dari palegongan Binoh adalah jenis gambelan saih lima dengan gantungan rotan di setiap ujung gambelannya. “Kalau masyarakat melihat gambelan saih lima dengan gantungan rotan, itu pasti dari Binoh dan gambelanya juga telah berusia sangat tua,” ujarnya.

Berdasarkan sejarah, Gamelan Palegongan Banjar Binoh Kaja diperkirakan sudah ada sekitar tahun 1910-an. Setelah dilengkapi berbagai instrument, kemudian berkembang pesat antara tahun 1915- 1925. Namun sebelumnya, di daerah ini sudah ada kesenian klasik gambuh, gender wayang, dan gambang.

Dra Gusti Agung Mas Susilawati, bersama dengan Ni Ketut Reneng (alm) dan Ni Ketut Arini Alit, dibawah pimpinan Djesna Winada, terlibat dalam proyek penggalian legong klasik yang dibiayai Ford Foundation tahun 1976- 1977. Sementara sebagai penata tabuh pada waktu itu adalah guru I Wayan Lotring (alm), I Gusti Putu Made Geria (alm), I Wayan Sinti MA dan sesepuh klasik Banjar Binoh Kaja, I Wayan Djiwa (alm), serta I Nyoman Suandi, I Made Sumadi (alm), Djesna Winada, dan I Ketut Ganta. Saat itu, sekitar 10 jenis Legong klasik dan 10 gending petegak dan pejongkok yang berhasil digali.

Keberadaan sekaa palegongan di Banjar Binoh, kata Sudiana, kini telah memasuki regenarasi yang ketiga. Mereka telah berhasil merekontruksi berbagai kesenian palegongan dengan pakem khas Binoh. Beberapa diantaranya seperti Tabuh Gegambangan dan Kebyang-Kebyut yang merupakan karya maestro palegongan I Wayan Lotring. “Kami di Binoh mempunyai pakem palegongan tersendiri dengan gambelan saih lima, selain itu, Binoh juga merupakan salah satu desa yang memiliki kesenian legong yang khas di Kota Denpasar,” katanya.

Terkait dengan persiapan, walaupun materi yang dibawakan sebanyak empat tabuh dan tari, pihaknya mengaku diperlukan rasa dalam membawakan kesenian dengan ciri khas tertentu. Memahami rasa dalam membawakan tabuh yang cukup lama, termasuk menyesuaikan antara tabuh dan suara gerong. “Bagaimana kita mampu menampilkan kesenian yang mampu memberikan kesan khas sebagaimana yang diketahui masyarakat tentang Palegongan Binoh,” tandasnya. *ind

Komentar