nusabali

Tengkulak Permainkan Harga Garam Kusamba

  • www.nusabali.com-tengkulak-permainkan-harga-garam-kusamba

Petani garam di Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Klungkung, setiap tahun mengalami penyusutan.

SEMARAPURA, NusaBali

Pada era 1990 mencapai ratusan orang, namun tahun 2014 tersisa 40 orang, dan kini tinggal 17 petani garam.  Faktor pemasaran salah satu penyebab jumlah petani garam menurun setiap tahun. Pasalnya harga di pasaran naik-turun alias tidak stabil, terlebih tengkulak juga turut mengambil kesempatan dalam situasi ini. Sehingga dengan terobosan program Pemkab Klungkung untuk bmengelola garam Kusamba menjadi garam beryodium yang dikelola oleh sebuah koperasi di Desa Kusamba. Memberi angin segar kepada para petani garam. Karena mereka tidak perlu khawatir masalah pemasaran yang bersifat naik-turun. Kini hasil produksi garam tersebut dibeli dengan harga lumayan yakni Rp 10.000/kg.

Hal itu diakui Ketua Kelompok Sarining Segara, Desa Kusamba Wayan Rena, yang menaungi petani garam Kusamba. Karena situasi pemasaran yang tidak stabil petani garam berangsur-angsur berkurang setiap tahunnya. “Kami berharap lewat program ini bisa membangkitkan kembali petani garam, agar ada regenerasi,” ujarnya kepada NusaBali, Senin (8/1).

Diakui, tengkulak sering memainkan harga di pasaran, kalau musim hujan mereka berani beli mahal. Kalau musim kemarau dan cuaca caerah, mereka kerap membeli dengan harga murah. Untuk penjualan kepada tengkulak saat harga murah biasanya takaran 1,5 kg mencapai Rp 12.000/kg dan koperasi untuk 1,5 kg dibeli Rp 15.000. Untuk produksi seorang petani garam setiap harinya rata-rata 10 kg, di mana 5 kg dijual kepada koperasi dan 5 kg lagi dijual ke pasaran. “Supaya sama-sama jalan,” katanya.

Lebih lanjut disebutkan, saat musim hujan petani garam memang tidak memproduksi. Untuk memenuhi kebutuhan pengolahan garam beryodium, petani garam juga akan membuat stok. “Ini untuk mengantisipasi saat musim hujan,” katanya.

Sementara itu, uji coba pembuatan garam beryodium dilakukan sejak pertengahan Desember 2017. Uji coba oleh Koperasi Mina Segara Kusamba sudah empat kali dilakukan, hasilnya garam yang sudah melalui proses pengolahan sempat terasa pahit dan warnanya kuning. “Uji coba kelima hasilnya sudah cukup baik, garam hasil petani garam di Desa Kusamba itu tidak lagi terasa pahit dan warnanya pun sudah bisa berubah dari kuning menjadi putih,” ujar seorang Pengurus Koperasi Mina Segara Kusamba I Putu Suarta.

Dijelaskan, rasa pahit itu disebabkan karena kandungan yiodiumnya melebihi 30 ppm (30 mg iodium dalam 1 kilogram garam). Meski batas maksimunya kadar iodiumnya 50 ppm. Setelah dipakai 30 (kadar iodium 30 ppm) rasa pahitnya sudah hilang dan warnanya kembali putih. Setiap uji coba diperlukan sebanyak 100 kg garam, diproses dan dikemas, setiap kemasannya seberat 250 gram. “Untuk produksinya saat belum,” ujarnya.

Sebelum garam tersebut dibuat dalam bentuk kemasan dan dipasarkan, pihaknya berusaha memenuhi syarat sebagaimana ditetapkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No 69/1994 Tanggal 13 Oktober 1994  tentang pengadaan garam beryodium serta SK Memperindag No. 77/M/SK/5/1995 tanggal 04 Mei 1995 tentang persyaratan teknis pengolahan, pengawasan dan pelabelan garam beryodium. Garam beryodium ini akan didistribusikan kepada aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan Pemkab Klungkung sekitar 3 ton setiap bulannya, termasuk ke pasaran umum.*wan

Komentar