nusabali

Delegasi WWF Kunjungi Museum Subak Tabanan

WWF Sahkan Deklarasi Tingkat Menteri

  • www.nusabali.com-delegasi-wwf-kunjungi-museum-subak-tabanan

TABANAN, NusaBali - Di sela kegiatan konferensi di Nusa Dua, para delegasi World Water Forum (WWF) ke-10 Tahun 2024 mulai mengunjungi sejumlah venue kunjungan yang juga berkaitan dengan tema WWF.

Salah satunya adalah Water Museum Mandala Mathika atau Museum Subak di Banjar Sanggulan, Desa Banjar Anyar, Kediri, Tabanan. Pada, Selasa (21/5) terpantau sejumlah delegasi dari negara Filipina dan Jamaika mengunjungi museum yang baru selesai direvitalisasi tersebut. 

Di Water Museum Mandala Mathika para delegasi mengunjungi sejumlah spot. Mulai dari melihat cara membajak sawah hingga meninjau contoh rumah tradisional Bali. Dalam kunjungan itu mereka juga mendapat pengamanan dari personel Polsek Kediri dan Polres Tabanan. 

Turut memimpin pengamanan Wakapolres Tabanan Kompol I Gede Made Surya Atmaja. Sementara di hari yang sama mereka juga berkunjung ke DTW Jatiluwih di Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Tabanan. Dalam kunjungannya ke Jatiluwih mereka tertarik akan beras merah. Ketertarikannya itu membuat para delegasi ini membeli oleh-oleh beras merah untuk dibawa pulang. 

"Mereka ini (para delegasi) khususnya dari Jamaika sangat terkesan dengan beras merah, karena di negaranya tidak ada beras selain beras putih, " beber Manager DTW Jatiluwih, ‘John’ Ketut Purna. Beras merah jenis Cendana memang menjadi hasil pertanian di subak Jatiluwih seluas sekitar 303 hektare. Bahkan produknya telah menembus pasar internasional.

Subak Jatiluwih juga menjadi daya tarik tersendiri karena merupakan salah satu daerah persawahan di Bali yang dibuat berteras atau berundak-undak (terasiring).

Sistem sawah berteras ini yang membuat Jatiluwih dinobatkan UNESCO sebagai World Heritage atau warisan budaya dunia. Sementara itu Kapolsek Kediri Kompol I Nyoman Sukadana mengatakan pengawasan yang dilakukan untuk memberikan rasa aman kepada delegasi. Pengamanan dilakukan pada jalur yang dikunjungi delegasi. "Pengamanannya melekat," katanya. 

Dalam kesempatan itu dia pun mengingatkan kepada personel untuk selalu bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas. Sehingga semua rangkaian kegiatan para delegasi yang melalui atau melewati wilayah  dalam keadaan aman dan nihil terjadi gangguan serta ancaman. 

Sementara dari arena World Water Forum (WWF) ke-10 yang digelar di Nusa Dua, Selasa kemarin telah disahkan Deklarasi tingkat menteri Forum Air Dunia (World Water Forum) ke-10 dalam rapat tingkat menteri yang dipimpin Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI Basuki Hadimuljono sebagai co-chair.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono (kiri) dan Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan (kanan) menyampaikan keterangan pers seusai Pertemuan Tingkat Menteri WWF di Nusa Dua, Selasa (21/5). -ANTARA

"Deklarasi tersebut menyentuh persoalan hak atas akses air minum dan sanitasi yang aman, pentingnya koordinasi dan kolaborasi inklusif, dan memperkuat kebijakan manajemen sumber daya air terintegrasi," ucap Basuki saat mengesahkan deklarasi dalam rapat tingkat menteri WWF ke-10 di Nusa Dua, Bali, Selasa kemarin. Deklarasi tersebut mengesahkan sejumlah usulan Indonesia dalam pengembangan air, yaitu pendirian Centre of Excellence untuk ketahanan air dan iklim, penetapan Hari Danau Sedunia melalui resolusi PBB, dan pengarusutamaan isu pengelolaan air untuk negara-negara berkembang di pulau-pulau kecil.

Selain itu, kompendium aksi konkret World Water Forum ke-10 yang menjadi bagian tak terpisahkan dari deklarasi tersebut turut disahkan. Ia menjelaskan bahwa kompendium tersebut mencakup 113 proyek di sektor air dan sanitasi dengan nilai total 9,4 miliar dolar AS atau Rp149,94 triliun. Menteri PUPR mengatakan, deklarasi itu disahkan setelah disetujui semua negara peserta serta dengan mengakomodasi masukan terkait penerapan hasil World Water Forum ke-10 pada masa mendatang yang diajukan oleh Republik Kongo dalam rapat tersebut. Usulan dari Kongo yang diterima oleh forum tersebut menyoroti pentingnya peran air sebagai dasar ‘Ekonomi Biru’ yang membuka potensi pembangunan manusia melalui manfaat yang didapatkan dari sumber daya kelautan dan perairan, serta mencegah populasi rentan terpinggirkan dari potensi itu.

Republik Kongo juga mengusulkan penegasan terhadap usaha mendorong inovasi dan akses instrumen finansial baru untuk memperkuat transisi menuju pembangunan berkelanjutan, serta pengembangan proyek terkait ekonomi perairan untuk menguatkan tata kelola dan manajemen air yang berkelanjutan. Oleh karena itu, Basuki mengucapkan terima kasih atas partisipasi dan masukan dari para delegasi World Water Forum ke-10 yang memperkaya deklarasi tingkat menteri itu beserta kompendiumnya.

World Water Forum (WWF) Ke-10 yang digelar di Nusa Dua, pada 18-25 Mei 2024, membahas konservasi air, air bersih dan sanitasi, ketahanan pangan dan energi, serta mitigasi bencana alam. Sebanyak 244 sesi pembahasan terkait air dalam WWF ke-10 diharapkan dapat memberikan hasil konkret mengenai pengelolaan air secara global. 7 des, ant

Komentar