nusabali

DPRD Sarankan Bangun Industri Garam di Jembrana

  • www.nusabali.com-dprd-sarankan-bangun-industri-garam-di-jembrana

Kelangkaan garam sejak hampir sebulan belakangan yang dirasakan sejumlah kalangan di Jembrana, mendapat sorotan DPRD Jembrana. 

NEGARA, NusaBali
Kelangkaan hingga membuat kenaikan harga garam tersebut, dinilai perlu disikapi jajaran Pemkab Jembrana dengan melihat sebagai peluang untuk membangun industi garam di Jembrana.

Wakil Ketua DPRD Jembrana I Kadek Darma Susila mengatakan, kebutuhan akan garam di Jembrana selama ini tergolong relatif tinggi. Mengingat Jembrana ini, merupakan salah satu penghasil ikan terbesar di Bali, dan banyak berdiri usaha pengolahan ikan yang membutuhkan garam. Tetapi selama ini untuk memenuhi kebutuhan garam itu, Jembrana masih tergantung dengan daerah penghasil garam dari daerah lainnya, yakni Madura, Jawa Timur. “Sebenarnya, masih seperti sekarang, tidak terjadi jika masyarakat di Jembrana mau memanfaatkan potensi pantai yang ada dan bertani garam. Tentunya, dinas terkait perlu melihat peluang ini,” katanya.

Menurutnya, dengan menangkap peluang mendirikan industri garam itu, masalah kelangkaan maupun kenaikan harga garam, tidak mesti ikut terjadi. Begitu juga masyarakat pesisir ikut diberdayakan menjadi petani garam. “Ini sebenarnya peluang. Jembrana punya wilayah pantai yang luas. Harusnya melihat kebutuhan garam tinggi, dan jelas peluang pasarnya, kenapa tidak berpikir membuat industri garam di Jembrana. Tidak perlu ketergantungan dengan derah lain, sehingga ketika terjadi masalah, baru kemudian ribut-ribut,” ujar Darma Susila yang juga Ketua DPC Partai Gerindra Jembrana ini.

Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan (Koperindag) Jembrana I Made Gede Budhiarta, mengatakan sesuai hasil pemantauan jajarannya, kelangkaan hingga memicu kenaikan harga garam itu, juga terjadi di Jembrana. Berdasar pemantaun jajarannya, harga garam beryodium hasil olahan sejumlah perusahaan industri yang sebelumnya dijual Rp 1.500 per bungkus (isian 250 gram), kini diketahui naik menjadi Rp 5.000 per bungkus. “Kalau untuk kebutuhan rumah tangga, tidak terlalu berdampak. Tetapi kesulitan mencari garam ini, lebih dirasakan pengusaha pengolahan ikan,” katanya.

Mengenai kelangkaan garam ini, menurutnya, terjadi lantaran pengaruh cuaca tidak menentu belakangan ini, sehingga membuat para petani garam di Madura, Jawa Timur, mengalami gagal panen. Mengantisipasi kondisi ini, pihaknya pun masih menunggu kebijakan dari Pemerintah Pusat, yang wacananya akan mengimpor garam dari luar negeri. 

Disinggung mengenai solusi upaya membuat industri garam di Jembrana, pihaknya mengaku belum berpikir sampai ke sana. “Kalau untuk membuat industri garam di Jembrana, sepertinya belum memungkinkan karena kami belum mengkaji itu. Kadar garam tiap pantai juga beda-beda. Belum lagi untuk sumber daya manusia,” ujarnya. *ode

Komentar