nusabali

Marmar Herayukti Soroti Pawai Ogoh-Ogoh Pakai Sound System: Budaya Kita Coba Dirusak

  • www.nusabali.com-marmar-herayukti-soroti-pawai-ogoh-ogoh-pakai-sound-system-budaya-kita-coba-dirusak

DENPASAR, NusaBali.com - Sedang ramai dibicarakan di media sosial soal penggunaan sound system untuk mengiringi pawai ogoh-ogoh pada perayaan malam Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1946, Minggu (10/3/2024) lalu.

Beberapa oknum yowana di Kota Denpasar dan di daerah lain viral di media sosial lantaran mengarak tumpukan sound system horeg saat mengarak ogoh-ogoh. Salah satunya adalah oknum yowana yang berpawai di Catur Muka Kota Denpasar.

Warga yang menonton pun menyoraki sekelompok oknum yowana yang lebih memilih menyewa sound system daripada balaganjur untuk mengiringi pawai ogoh-ogoh. Selain itu, musik yang disetel pun tidak mencerminkan musik kebudayaan Bali.

Hal ini mendapat sorotan dari berbagai pihak, apalagi sebelum pawai dimulai, Forkopimda Denpasar sempat merazia penggunaan sound system horeg. Namun di lapangan, tetap ada giat pemakaian sound system untuk menyetel musik diskotek. Bahkan, ada yang lolos pawai ke titik nol Kota Denpasar.

Seniman ogoh-ogoh dan tokoh adat Kota Denpasar, Putu Marmar Herayukti adalah satu di antara tokoh publik yang keras mengomentari pemakaian sound system untuk pawai ogoh-ogoh.

Kekesalannya terhadap tingkah oknum yowana ini diutarakan Marmar melalui unggahan akun Instagram @marmarherrz pada Selasa (12/3/2024) malam.

"Pada sadar gak kalau budaya kita coba dirusak sama orang-orang yang bawa sound system pada pangerupukan?" tulis Marmar menarasikan unggahan potongan video yang menunjukkan sejumlah oknum yowana memakai sound system horeg saat pawai pangerupukan.

Marmar menyayangkan bahwa 'oknum perusak budaya Bali' ini adalah orang-orang Bali sendiri. Karena jumbo dan bisingnya suara dari sound system horeg, gending tabuh balaganjur yang dilatih berbulan-bulan oleh sekaa teruna pun dinilainya jadi tidak terdengar.

Tokoh asal Banjar Gemeh, Desa Dauh Puri Kauh, Kecamatan Denpasar Barat ini mengaku sempat 'melabrak' oknum yowana bersama Sekaa Teruna Gemeh Indah. Menurutnya, beruntung ada yang mengerti dan insyaf namun ada pula yang membandel.

"Ada yang ngerti, sadar, lalu mematikan sound-nya dan janji sama diri sendiri gak akan pakai sound lagi, mudah-mudahan bener, tapi ada juga yang gak peduli kaya sengaja ngetes kesabaran pemuda asli Denpasar," imbuh Marmar.

Menurut Marmar yang juga seniman tato ini, penggunaan sound system horeg bisa memperlebar potensi gesekan antarpemuda lantaran perbedaan prinsip. Pemkot Denpasar diminta lebih serius menertibkan oknum yowana ini pada menjelang perayaan Nyepi tahun depan.

"Kalau (Pemerintah Kota Denpasar) @denpasarkota gak tuntas menertibkan tahun depan, bisa-bisa ada yang bentrok dari tahun ke tahun makin parah situasinya," katanya.

Marmar menilai, harga sewa sound system horeg ini setara dengan membeli set sederhana untuk gambelan bahan besi. Senada, warganet juga heran, jika sound system sejumbo ini bisa disewa seharusnya satu set balaganjur juga dapat disewa.

Sementara itu, seperti yang diberitakan NusaBali, Pemkot Denpasar dan Majelis Desa Adat (MDA) Kota Denpasar berjanji bakal mengevaluasi polemik ini untuk perayaan Nyepi tahun depan. *rat

Komentar