nusabali

Musim Angin Barat, Sebagian Nelayan Pilih Tak Melaut

  • www.nusabali.com-musim-angin-barat-sebagian-nelayan-pilih-tak-melaut

MANGUPURA, NusaBali - Nelayan tradisional di Pantai Kuta, Kecamatan Kuta, menghadapi tantangan serius akibat musim angin barat.

Sebagian nelayan bahkan terpaksa tak melaut. Sekalipun ada yang nekat tetap melaut untuk mencari ikan, itu pun tak jauh dari bibir pantai.

Ketua Kelompok Nelayan Samudra Jaya Kuta I Wayan Setiyasa, mengatakan sebagian besar nelayan saat ini enggan melaut karena cuaca yang tidak menentu. “Tetapi ada beberapa nelayan yang tetap melaut, meskipun hanya dekat pantai karena angin kencang membuat mereka tidak berani menjauh,” ujar Setiyasa, Selasa (30/1) siang.

Setiyasa mengatakan, perjalanan paling jauh yang bisa nelayan tempuh dengan perahu tradisional adalah satu jam menuju perairan terdekat, sehingga nelayan hanya bisa menangkap sekitar 15-30 kilogram ikan dalam satu hari. “Sebelum musim hujan, kami bisa mendapatkan 50 kilogram ikan dalam sehari, bahkan bisa mencapai 100 kilogram jika melaut sampai malam. Namun, sekarang kami harus bertarung dengan cuaca yang tidak mendukung,” ucapnya.

Ikan yang berhasil ditangkap para nelayan kemudian dibawa ke pengepul, baik yang ada di Serangan atau Suwung, Denpasar. Untuk harga ikan hasil tangkapan nelayan bervariasi tergantung jenisnya, misalnya ikan tenggiri dijual seharga Rp 100.000 per kilogram, tongkol kenyar dibandrol dengan harga Rp 40.000 per kilogram, dan tongkol comel dibandrol Rp 30.000 per kilogram.

Ironisnya, kata Setiyasa, musim ikan di Pantai Kuta biasanya terjadi pada musim angin barat, terutama Oktober hingga Januari, dengan puncak panen ikan November hingga Desember. Namun para nelayan, lanjut Setiyasa, harus bertarung melawan angin untuk bisa mendapatkan pasokan ikan lebih banyak. Setelah itu, mereka harus menunggu hingga Maret untuk bisa kembali melaut, karena angin barat mencapai puncaknya pada Februari.

Di sela-sela waktu tidak melaut, para nelayan akan melakukan aktivitas lain seperti memperbaiki alat pancing, jaring, dan jukung. Beberapa dari nelayan juga menjaring lobster di dekat Pantai Kuta sebagai alternatif mata pencaharian. Di Pantai Kuta sendiri, terdapat empat kelompok nelayan, di mana kelompok dikelola oleh Setiyasa memiliki 42 orang anggota.

Setiyasa pun mengimbau kepada sesama nelayan, terutama yang beroperasi dalam skala kecil, untuk lebih berhati-hati menghadapi kondisi cuaca ekstrem. Namun, Setiyasa mengatakan jika sebagain besar dari mereka sudah melek teknologi. Kini, para nelayan telah memanfaatkan aplikasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk memonitor prediksi cuaca.

Sementara, Koordinator Bidang Data dan Informasi BBMKG Wilayah III Denpasar I Nyoman Gede Wiryajaya menjelaskan sudah mengeluarkan peringatan dini terkait tinggi gelombang laut yang dapat mencapai 2 meter atau lebih di Selat Bali bagian selatan, Selat Badung, Selat Lombok bagian selatan,perairan selatan Bali, dan Samudera Hindia Selatan Bali selama tiga hari ke depan.

“Masyarakat umum, nelayan, dan pelaku kegiatan wisata bahari perlu mewaspadai potensi tinggi gelombang yang dapat mencapai 2 meter atau lebih di perairan selatan Bali. Kami imbau selalu memerhatikan informasi BMKG khususnya peringatan dini cuaca atau iklim ekstrem,” pesannya. 7 ol3

Komentar