nusabali

Ogoh-Ogoh Pancoran Cetik, Angkat Asal-usul Tirta Empul yang Menawan

  • www.nusabali.com-ogoh-ogoh-pancoran-cetik-angkat-asal-usul-tirta-empul-yang-menawan

MANGUPURA, NusaBali.com - Arak-arakan ogoh-ogoh merupakan salah satu tradisi unik yang setiap tahunnya dibuat oleh masyarakat Bali pada malam pangerupukan. Tradisi ini tidak hanya menjadi simbol pembakaran sang Bhuta Kala, tetapi juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan.

Setiap ogoh-ogoh mempunyai temanya tersendiri. Ogoh-ogoh tidak asal dibuat, proses penggarapan awal harus memperhatikan pemaknaan yang ingin diangkat. Biasanya hal tersebut dibuat dengan bertolak dari berbagai legenda masyarakat setempat.

Menyambut tahun baru Caka 1946 yang jatuh pada tanggal 11 Maret 2024, Sekaa Teruna (ST) di Bali sudah sibuk mempersiapkan ogoh-ogohnya untuk memeriahkan perayaan tersebut. Salah satu ST yang sudah mulai menggarap ogoh-ogoh adalah ST Eka Putra.

ST Eka Putra yang berlokasi di Banjar Badung Lukluk, Mengwi, Kabupaten Badung, mengangkat legenda asal-usul Tirta Empul sebagai tema ogoh-ogohnya. Dalam legenda tersebut, dikisahkan pasukan Bhatara Indra yang berjuang melawan seorang raja yang jahat dan sombong bernama Mayadenawa.

Dalam pertempuran tersebut, Raja Mayadenawa menciptakan sebuah mata air beracun, yang bernama Yeh Cetik. Akibat pertempuran yang dahsyat, banyak pasukan Bhatara Indra yang merasa kehausan, dan akhirnya meminum air yang diciptakan oleh Mayadenawa.

Untuk bisa membangun cerita tersebut, ST Eka Putra membuat 4 jenis figur, mulai dari Bhatara Indra, pasukan Bhatara Indra yang keracunan, Raja Mayadenawa, dan Pancoran air Yeh Cetik.

“Kami juga tambahkan kolam, persis di bawah pancoran itu,” ujar I Putu Suyoga Prayitna (25), Ketua ST Eka Putra.

Proses penggarapan ogoh-ogoh setinggi 4 meter ini, kurang lebih sudah memakan waktu satu bulan. Dalam penggarapan awal, tim ST. Eka Putra, berusaha menentukan tema, mematangkan konsep, dan langsung memulai proses pengerjaan ogoh-ogoh tersebut.

“Sekarang ini, progres pengerjaan sudah mencapai 40 persen. Ditargetkan awal Februari sudah rampung,” ujar Yoga.

Berkaitan dengan bahan yang digunakan, Yoga menyebut, pihaknya masih menggunakan pemilihan bahan yang ramah lingkungan, seperti bambu dan kertas koran. “Kami gunakan arduino-bluetooth control untuk sistem elektroniknya,” kata Yoga.

Banyak pihak sudah membantu dalam proses pengerjaan ogoh-ogoh ini, khususnya dari masyarakat banjar setempat. Bantuan tersebut ada yang berupa sumbangan dana dan juga bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan ogoh-ogoh tersebut.

“Nanti, ada sumbangan dana dari Pemkab Badung. Masing-masing, (ST) dapat Rp 20 juta,” kata Yoga senang.


Ogoh-ogoh Pancoran Cetik yang dibuat oleh ST Eka Putra ini memiliki desain yang cukup unik dan menarik. Penggunaan warna-warna cerah, serta detail yang rapi, membuat ogoh-ogoh ini terlihat semakin memukau.

Selain itu, ogoh-ogoh ini juga memiliki makna yang mendalam, yaitu sebagai simbol perjuangan melawan kejahatan dan keangkuhan. Ogoh-ogoh ini juga diharapkan dapat menjadi sarana edukasi bagi masyarakat, khususnya generasi muda, untuk mengenal legenda asal-usul Tirta Empul.

Dengan desain yang unik dan makna yang mendalam, ogoh-ogoh Pancoran Cetik karya ST Eka Putra ini berpotensi menjadi salah satu ogoh-ogoh favorit pada malam pangerupukan, 10 Maret 2024, menyambut Hari Suci Nyepi.*ol4

Komentar