nusabali

MUTIARA WEDA: Kekayaan Milik Bersama, Mungkinkah?

  • www.nusabali.com-mutiara-weda-kekayaan-milik-bersama-mungkinkah

apaḥ paraṁ kṛtayuge tretāyāṁ jñānanucyate, dvāpare yajñam ityacurddānam ekaṁ kalau yuge. (Parasara Dharmaśastra I.23)

Tapa merupakan kebajikan pada masa Satyayuga; pengetahuan tentang sang diri (jñana) pada Tretayuga, pelaksanaan upacara kurban keagamaan (yajña) pada masa Dwaparayuga, dan melaksanakan amal sedekah (danam) pada masa Kaliyuga.

MENGAPA pembagiannya begitu? Kapan batas yuga-yuga itu? Berdasar perhitungan kalender Gregorian, saat Krishna meninggal, 23 Januari 3102 SM dinyatakan Kali yuga dimulai. Umur Kali yuga berlangsung 432.000 tahun. Dari perhitungan ini, umur Kali Yuga masih sangat panjang, baru berlangsung sekitar 5.130 tahun. Jika perhitungan ini valid, bagaimana membayangkan kapan satyayuga, tretayuga, dan dwaparayuga itu, seperti apa kehidupannya? Dan, yang terpenting, apakah sudah ada manusia di zaman itu? Dari catatan sejarah dan temuan arkeologis, peradaban manusia baru dimulai sekitar 6 ribu Sebelum Masehi. Beberapa menduga sedikit lebih awal. Namun, karena ini perhitungan teks suci, maka yakini saja itu benar, dan karena berbagai faktor, sejarawan tidak mampu melacaknya. 

Mari kita lihat isi teks di atas. Di zaman Kali Yuga, kebajikan tertinggi adalah danam (amal sedekah). Artinya, dari semua jenis praktik spiritual-religius, bersedekahlah paling utama. Upacara yadnya sudah mulai tidak relevan, apalagi jnana dan tapa, semakin jauh. Lalu, apa arti filsafat Advaita Sankaracharya dengan jnana marganya? Apa arti praktik bhakti yang berlandaskan upacara yadnya? Jika sedekah adalah metode spiritual paling utama di zaman Kaliyuga, maka Buddha dan Sankaracharya di masa lalu, serta Vivekananda dan Swami Sivananda di zaman modern menjadi tidak relevan. Lalu, apakah gerakan universalisme, new age, dan humanisme dewasa ini sejalan dengan kebajikan berdanam ini? 

Mari kita analisa pentingnya berdanam, terlepas dari praktik agama dewasa ini yang tidak menjadikan danam sebagai yang utama. Mungkin karena Kali Yuga baru saja mulai (berbeda dengan pandangan beberapa spiritualis yang menyatakan bahwa Kali Yuga telah berlalu dan sekarang menuju satya yuga), maka proses menuju praktik danam ini sedang berlangsung secara bertahap. Bagaimana tahapannya? Mari kita lihat peninggalan temple-temple kuno yang megah. Di zaman itu, orang mendedikasikan tenaga dan waktunya untuk membuat itu. Mereka berdanam melalui tenaga dan waktu. Kemudian, ketika perbudakan dan penjajahan merajalela, mereka mendedikasikan tenaga, waktu, dan kecerdasannya untuk membebaskan penjajahan dan perbudakan itu. Saat kemiskinan memuncak, orang mendedikasikan hidupnya untuk tetap bertahan. Saat ini, ketika peradaban menuntut profesionalisme dan memenangkan persaingan, segalanya didedikasikan untuk itu. 

Jadi, proses kesadaran dalam berdana ini dari masa ke masa mengalami perkembangan. Saat ini menjadi semakin massif seiring hadirnya internet. Nanti, ketika persoalan kekayaan tidak lagi dibatasi oleh tembok-tembok kepemilikan pribadi (seperti halnya zaman eclectic, keyakinan tanpa sekat), maka proses danam akan mencapai puncaknya. Di sini, kebajikan tertingginya akan terlihat. Apa maksudnya ‘kekayaan tanpa tembok kepemilikan’? Dipredikasi bahwa di masa yang akan datang, akan ada saatnya kekayaan menjadi milik bersama. Siapapun boleh menggunakan kekayaan itu untuk keperluan apa saja. Kekayaan jumlahnya tanpa batas, sehingga orang melakukan pekerjaan tidak lagi untuk mengumpulkan kekayaan, melainkan hanya sekadar mengekspresikan kehidupannya. Namun justru, ekspresi itulah yang membuat kekayaan itu terus bertambah. Setiap tindakan yang dilakukan akan menghasilkan kekayaan yang berlimpah, sehingga keinginan untuk memiliki kekayaan itu tidak lagi relevan.

Mereka akan berlomba saling berkontribusi untuk menambah kekayaan itu sehingga tidak ada lagi pemikiran akan kepemilikan. Semua hasil pekerjaan menjadi milik bersama. Apapun yang diperlukan tinggal ambil saja. Inilah kondisi hidup yang ideal. Orang tidak lagi berpikir susahnya mencari penghasilan, tidak lagi dihantui kemiskinan, tidak lagi sibuk menjaga kekayaan pribadi. Ketika kekayaan menjadi milik bersama, maka orang tidak lagi berinvestasi pemikiran, ide, dan usaha untuk itu. Pada saat inilah praktik danam mencapai puncaknya. Mengapa? Karena hasil dari ekspresi diri diserahkan semuanya untuk kekayaan kolektif. Puncak praktik danam adalah ini, altruis. Orang akan berekspresi apa saja tanpa batas, karena alatnya telah tersedia sepenuhnya. Ini tentu sebatas utopia, namun bisa saja terwujud di masa yang akan datang. 7 

I Gede Suwantana
Direktur Bali Vedanta Institute   

Komentar