nusabali

Usai Melahirkan, Sartini Dilarang Lihat Bayinya

  • www.nusabali.com-usai-melahirkan-sartini-dilarang-lihat-bayinya

Ni Ketut Meina Krisnawati lahir dalam kondisi kurang sempurna. Anak keempat dari pasangan suami istri (pasutri) Ni Made Sartini, 37, dan I Nengah Milu, 41, asli Banjar Antugan, Desa Jehem, Kecamatan Tembuku, Bangli dan kini tinggal di Banjar Belok, Desa Yangapi, Kecamatan Tembuku, Bangli, menderita kelainan bagian bibir dan hidung serta hidrosefalus.

Bayi Derita Hidrosefalus dan Kelainan pada Bibir dan Hidung


BANGLI, NusaBali
Krisnawati yang lahir pada 2 Mei 2017 itu sudah menjalani operasi untuk mengangkat cairan di kepala. Ditemui di rumahnya di Banjar Belok, Desa Yangapi, Minggu (16/7) pagi, Sartini sedang melakukan aktivitas rumah tangga. Dituturkannya, anak keempat dari empat bersaudara lahir pada 2 Mei 2017 dengan cara operasi caesar. Pada saat melahirkan, usia kandungannya 8 bulan. Bayinya lahir dengan berat 3,8 kilogram dan panjang 49 centimeter.

Ketika itu Sartini hanya ingin memeriksakan kandungan, tetapi dirinya merasakan sakit luar biasa. “Saya mau memeriksakan kandungan, tapi saat itu rasanya seperti mau melahirkan. Namun selama dua hari bayi tidak kunjung lahir dan tetap bukaan satu, akhirnya dioperasi caesar,” ucapnya.

Setelah melahirkan, Sartini tidak diizinkan untuk melihat kondisi bayinya. “Saya tidak dikasih lihat bayi saya. Tapi saya memaksa dan baru tahu kalau kondisi bayi tidak sempurna,” imbuhnya. Dua hari setelah lahir, anaknya langsung dirujuk ke RSUP Sanglah, Denpasar, guna penangan lebih lanjut.

Tim medis malakukan tindakan operasi atas sakit hidrosefalus yang diderita bayinya. Selama sebulan Krisnawati menjalani perawatan di RSUP Sanglah. Sedangkan rencana operasi pada bagian bibir dan hidung akan dilakukan setelah Krisnawati berusia enam bulan. “Hasil pemeriksaan dokter, organ dalam tidak ada masalah. Operasi kali ini untuk bagian bibir,” ungkapnya.

Pasca-operasi bagian kepala Krisnawati dikatakan mulai normal. Disinggung soal biaya operasi, Sartini menggunakan Kartu Indonesia Sehat. Mata pencaharian suaminya, Nengah Milu, adalah buruh bangunan. Sementara dirinya ibu rumah tangga.

Sehari-hari, Krisnawati hanya minum susu, dan minumnya menggunakan sendok. “Saya kasih susu secara langsung (disuapi menggunakan sendok, Red), kalau pakai dot tidak bisa karena kondisinya begini. Syukur anaknya tidak rewel, jadi kami tidak kesulitan merawat,” katanya sembari memberi susu kepada Krisnawati.

Sartini mengaku selama masa kehamilan tidak ada yang janggal, ngidam pun tidak. Dirinya rutin memeriksakan kandungan di salah satu bidan yang ada di Bangli. USG juga telah dilakukan, pada usia kandungan lima bulan. “Waktu USG tidak terlihat ada kelainan. Dan USG di usia delapan bulan, saya langsung melahirkan,” tuturnya.

Tidak ada firasat atau keanehan yang dirasakan selama mengandung, tidak jauh berbeda dengan kehamilan ketiga anaknya, yakni, Novi Krisna Cahya Dewi, 13, Desi Krisna Cahya Lestari, 12, Komang Ayu Septiari, 8.  Sartini bersama suami berusaha memberikan perawatan terbaik bagi putrinya. *e

Komentar