nusabali

Siswa SLB Berkebun Hortikultura

Praktikkan Model Kurikulum Merdeka

  • www.nusabali.com-siswa-slb-berkebun-hortikultura

AMLAPURA, NusaBali - Seratusan siswa SLB Negeri 1 Karangasem menjalani penguatan proyek profile pelajar Pancasila (P5),  untuk penerapan model Kurikulum Merdeka. Bentuknya, dengan berkebun hortikultura dan mengolah biji kopi jadi bubuk.

Program yang melibatkan 176 siswa SLB itu juga merupakan untuk penguatan kompetensi siswa. Hal itu diakui Kasek SLBN 1 Karangasem Mudi Dwikora Hesti. Dia mengatakan itu di sela-sela memantau perkembangan kebun siswa di belakang sekolah, Lingkungan Telaga Mas, Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem, Kamis (19/10).

Mudi Dwikora Hesti menambahkan, P5 itu merupakan pembelajaran lintas disiplin ilmu, mengamati, dan memikirkan solusi terhadap permasalahan lingkungan sekitar. Metode ini untuk penguatan berbagai kompetensi dalam profile pelajar Pancasila.

Dalam P5, jelasnya, ada pengenalan kontekstualisasi, aksi, dan refleksi. Tujuannya, untuk mempercepat capaian profil pelajar Pancasila  dengan pendekatan berbasis proyek. Kontekstualisasi dengan berkunjung saat pembibitan, refleksi dengan menyimak kembali hasil pekerjaan sebelumnya, dan aksi dengan cara melakukan kegiatan nyata sesuai topik pembelajaran.

Mudi Dwikora Hesti menambahkan, pihaknya menggerakkan 176 siswa yang dibagi dalam beberapa fase. Dengan itu, semua siswa aktif ambil bagian dalam pengenalan program Kurikulum Merdeka. Siswa dibagi menjadi fase A hingga B, mendapatkan pengenalan tanaman kopi. Mulai dari cara menanam, pengenalan daun kopi, dan teknis memetik buah. Paparan semua itu melalui video pembelajaran.

Selanjutnya, memperkenalkan biji kopi yang masih ada kulit mentah, kemudian pengupasan kulit, mengeringkan, berlanjut mematangkan, lalu menumbuk kopi hingga jadi kopi bubuk.

Siswa dalam fase C - F mendapatkan pelajaran bertanam bunga gumitir, tomat, pare, dan bayam. Prosesnya mulai dari mencampur tanah dengan sekam, lalu menempatkan di polybag. Tiap polybag ditanami satu pohon bibit, tiap polybag ada nama siswa. Biaya pengadaan bibit dan pupuk bersumber dari BOS (bantuan operasional sekolah). "Tugas setiap siswa merawat dan menyiram setiap hari, sampai tanaman berbunga," katanya.

Setelah berumur sebulan, lanjut Mudi Dwikora Hesti, tanaman bunga gumitir mulai panen. Panen setiap tiga hari sekali. Sekali panen mendapatkan 4 kilogram, dijual per kilogram Rp 20.000. Total penjualan sekali panen Rp 80.000. "Hasil penjualan untuk beli bibit dan pupuk, agar kegiatan itu berkelanjutan," tambahnya.

Siswa yang terlibat masing-masing 104 siswa SD, 43 siswa SMP, dan 29 siswa SMA, dengan melibatkan 30 guru. "Pembelajaran itu juga bertujuan untuk menumbuhkan karakter siswa, dan pengembangan kompetensi," lanjutnya.

Mudi Dwikora Hesti menegaskan, setiap pendidik agar termotivasi sehingga lebih awal merencanakan pembelajaran secara aktif dan berkelanjutan. Termasuk mengembangkan sikap, melatih kemampuan, dan memecahkan masalah. Di samping memanfaatkan lingkungan sebagai bahan ajar.7k16

Komentar