nusabali

Pertama Kali, Didampingi Tim Dokter RSUP Jantung Harapan Kita

RSUP Prof dr I GNG Ngoerah Lakukan Operasi Jantung Terbuka Anak Tingkat III

  • www.nusabali.com-pertama-kali-didampingi-tim-dokter-rsup-jantung-harapan-kita

RSUP Prof Ngoerah dipersiapkan menjadi satu dari delapan RS yang dalam waktu dekat menjadi RS rujukan operasi jantung anak, khususnya untuk wilayah Bali-Nusra

DENPASAR, NusaBali
RSUP Prof dr I GNG Ngoerah Denpasar untuk pertama kali melakukan operasi jantung terbuka terhadap pasien anak yang mengalami kelainan jantung bawaan, Jumat (29/9). Didampingi tim dokter RSUP Jantung Harapan Kita Jakarta, ini merupakan operasi jantung terbuka anak tingkat III pertama yang dilakukan pihak RS Prof Ngoerah.

Operasi jantung anak tingkat III (proctoring complete atrioventricular septal defect) dilakukan terhadap pasien anak berjenis kelamin perempuan berusia 8 tahun asal Kelurahan Lelateng, Kecamatan Negara, Jembrana. Pasien rujukan RSUD Negara ini didiagnosis mengalami kelainan jantung dengan adanya lubang antara serambi/bilik jantung sehingga darah bersih dan darah kotor tercampur. Pertumbuhan anak pun menjadi terganggu dan mudah mengalami kelelahan. Direktur Utama RSUP Prof Ngoerah, dr I Wayan Sudana MKes, menyampaikan terima kasih atas pendampingan yang diberikan RSUP Jantung Harapan Kita, sehingga nantinya RSUP Prof Ngoerah mampu melakukan operasi jantung terbuka anak tingkat III secara mandiri di masa mendatang.

"Sebelumnya penanganan operasi jantung anak (tingkat III) harus dilakukan ke Jakarta atau bahkan ke luar negeri," ujar dr Sudana pada konferensi pers sebelum operasi dilakukan. Dokter Sudana menyatakan RSUP Prof Ngoerah berkomitmen mengembangkan layanan jantung yang dimilikinya. Setelah sebelumnya RSUP Prof Ngoerah mampu melakukan operasi jantung terbuka anak tingkat II secara mandiri, ia yakin dengan pendampingan RSUP Harapan Kita, fasilitas dan SDM mumpuni, RSUP Prof Ngoerah segera mampu menangani operasi jantung terbuka anak tingkat III secara mandiri.

Direktur RSUP Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Dr dr Iwan Dakota Sp JP(K) MARS mengatakan penyakit jantung bawaan terjadi pada 1 di antara 50.000 kelahiran (penduduk). Selama ini RSUP Harapan Kita tidak mampu sendirian menangani seluruh kasus kelainan jantung pada anak di Indonesia. Bahkan pasien harus mengantre selama dua tahun, dan tak jarang pasien  meninggal dunia sebelum mendapat penanganan.

Untuk itu, sejalan dengan program Kementerian Kesehatan, RSUP Prof Ngoerah dipersiapkan untuk menjadi salah satu dari delapan rumah sakit yang dalam waktu dekat menjadi RS rujukan operasi jantung anak, khususnya untuk wilayah Bali dan Nusa Tenggara. "Data yang ada di kita menunjukkan hampir 92 persen kelainan jantung anak selalu berujung dengan tindakan operasi dan dioperasi di Harapan Kita," ungkap dr Iwan.

Dokter Iwan menjelaskan pendampingan tim dokter RSUP Harapan Kita kemungkinan berjalan selama dua tahun atau paling cepat selama setahun. Pendampingan berupa kunjungan langsung ke RSUP Prof Ngoerah ataupun dokter RSUP Prof Ngoerah yang melakukan kunjungan ke RSUP Harapan Kita. Lebih jauh, dr Iwan menyampaikan setelah mampu melakukan operasi jantung anak secara mandiri, RSUP Prof Ngoerah diharapkan dapat mengampu RS yang ada di NTB dan NTT supaya setidaknya mampu melakukan tindakan operasi jantung terbuka secara mandiri. "Nanti ke depannya menjadi wilayah pengampuan Prof Ngoerah bersama-sama dengan kami," jelas dr Iwan.

Program Kemenkes sendiri, lanjut dr Iwan, seluruh rumah sakit di setiap provinsi nantinya akan mampu melakukan tindakan operasi terbuka secara mandiri pada tahun 2024. Operasi jantung terbuka pada anak memiliki tingkat kesulitan lebih tinggi dari operasi jantung koroner yang umumnya dilakukan pada orang dewasa. Tim dokter tidak hanya melibatkan dokter bedah jantung namun juga spesialis lainnya seperti anestesi dan anak.

Dokter bedah jantung RSUP Harapan Kita dr Budi Rahmat Sp BTKV menyampaikan ada sekitar 950 jenis kelainan jantung bawaan pada anak. Pada kasus yang ditangani kali ini merupakan kelainan di mana gangguan pertumbuhan dari sekat jantung. "Kelainan ini membuat lubang di tengah-tengah sehingga darah bersih dan darah kotor bercampur, akibatnya darah yang dipompa ke paru-paru berlebihan, sementara yang ke tubuh kerkurang. Akibatnya tumbuh kembang anak sangat-sangat terganggu," jelasnya.  

Orangtua pasien anak, Putu Agus Mahendra,34, menyampaikan baru mengetahui kelainan yang dimiliki anaknya pada awal tahun ini. Bermula sang anak mengeluhkan sakit lambung, dokter di RSUD Negara mendiagnosis anaknya kemungkinan mengalami kelainan jantung dan akhirnya dirujuk ke RSUP Prof Ngoerah.

Secara fisik sang anak dikatakannya memiliki tinggi normal (132 centimeter) meski berat badannya relatif rendah (22 kilogram). Sang anak bahkan bersekolah seperti anak-anak lainnya. Namun diakui, sejak usia 2,5 tahun anaknya sudah menunjukkan gejala mudah lelah dan sering sakit. "Dari lahir kondisi normal secara fisik, cuma dalam perjalannya pertumbuhannya terganggu," ujarnya. Mahendra pun berharap operasi yang dijalani anaknya dapat berjalan lancar dan anak pertamanya dari tiga bersaudara ini dapat menjalani aktivitas sebagaimana anak sehat lainnya. 7 cr78

Komentar