nusabali

Weda Githa Angkat Isu Gender Equality dan Inequality Melalui Fashion

  • www.nusabali.com-weda-githa-angkat-isu-gender-equality-dan-inequality-melalui-fashion

MANGUPURA, NusaBali.com - Desainer asal Tabanan, Bali, Weda Githa mengangkat isu gender equality dan inequality dalam gelaran Bali Fashion Trend 2023 pada Sabtu (5/8/2023) malam.

Pemilik nama lengkap Dewa Made Weda Githa Pradana menerangkan kali ini ia merancang busana koleksi menswear dengan membawa brandnya Xander.G. Dalam fashion parade kali ini terangnya tidak berfokus pada garmen, melainkan kepada berbagai masalah terkait dengan toxic masculinity dan identitas gender.

“Mereka yang tidak ‘maskulin’ kerap diintimidasi. Hal tersebut menunjukkan adanya toxic masculinity di lingkungan masyarakat. Hal ini jelas dikarenakan adanya budaya patriarki yang masih melekat,” terangnya pada pada Sabtu (5/8/2023) malam.

Lebih lanjut ia jelaskan, koleksi yang diperkenalkan saat ini merupakan salah satu alat media komunikasi. Sebab, terang dia dibalik rancangan busana yang indah terdapat pesan sosial di dalamnya.

Weda Githa juga menuturkan dirinya konsen mengangkat isu gender equality dan inequality, agar dapat menecegah diskriminasi gender. Sebab ia mengatakan hingga saat ini di Indonesia masih terjadi ketimpangan gender.  Sehingga ia sendiri mengadaptasi gender fluid fashion yang artinya pakaian tersebut tidak terbatas pada peruntukannya bagi perempuan atau laki-laki, melainkan juga di antaranya maupun non-biner (bukan laki-laki maupun perempuan).

“Dulu stigmanya stereotip fashion maskulin atau feminim. Kalau laki-laki berdandan di luar normal artinya dia akan mendapat stigma buruk begitu juga sebaliknya. Namun kalau laki-laki saat ini masih menjadi sorotan. Ada toxic masculinity yang misalnya laki-laki berdandan dengan adaptasi warna seperti warna pink, pasti dianggap kurang sesuai dengan kodrat maskulinitas,” ungkapnya.

Lewat koleksi tersebut pula, ia menekankan bahwa fashion merupakan elemen dalam berekspresi yang tak terikat dengan batasan gender.

“Intinya di sini, saya ingin merombak semua itu. Bahwa orang itu bebas berekspresi sesuai dengan karakternya, tanpa harus ada batasan sosial yang mengekang ekspresi individu tersebut dan mengikuti stereotip yang dianut oleh masyarakat hingga saat ini,” tutupnya.

Komentar