nusabali

Tampil di PKB, Sanggar Sudamala Bawakan Gambang Warisan Leluhur

  • www.nusabali.com-tampil-di-pkb-sanggar-sudamala-bawakan-gambang-warisan-leluhur

DENPASAR, NusaBali - Sanggar Sudamala, Desa Tangkas, Kecamatan/Kabupaten Klungkung tampil pada Rekasadana (pergelaran) Gambang Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-45, di Kalangan Angsoka Taman Budaya (Art Centre) Provinsi Bali, Kamis (6/7).

Duta Kabupaten Klungkung membawakan kesenian klasik yang diwariskan leluhur.

Suasana pergelaran kesenian klasik itu memang beda. Para penonton sepertinya lebih banyak menikmati dari hati, tidak ada sorak sorai ataupun riuh. Mungkin saja, karena menyajikan kesenian klasik yang lebih banyak dipentaskan terkait dengan upacara Dewa Yadnya ataupun Pitra Yadnya, yakni Gamelan Gambang dan .

"Kami menyajikan pupuh yang sudah diwarisi oleh leluhur kami. Bahkan, kami tak berani menambah ataupun mengurangi dari esensi pupuh tersebut," kata pendiri Sanggar, Mangku I Nyoman Sukarya.

Dalam pergelaran itu, menampilkan penabuh dari generasi tua dan generasi muda. Bahkan, melibatkan seorang sepuh di bidang Pupuh Gambang. Pada kesempatan itu, Sanggar Sudamala menyajikan Pupuh Gambang, seperti Pemungkab Lawang, Panji Marga, Demung, Manukaba atau Mayura dan Pupuh Wargasari. Selanjutnya menampilkan Gamelan Saron yang menyajikan lima pupuh, seperti Pupuh Abuang, Ratna Mangelo, Ida Bagus Botok, Gedang Renteng dan Semuran Abuang.

Mangku Sukarya mengatakan, semua pupuh tersebut tergolong lama dan masih orisinil, asli yang dipelajari dari leluhurnya. Semua itu, lanjutnya, merupakan tabuh cikal bakal Gamelan Gambang dan Sarong yang ada di Desa Tangkas.

"Kami tak menampilkan gending baru. Pupuh ini sudah turun-temurun, karena di Tangkas, Klungkung memang cikal bakal gamelan tua yang dalam konteks upacara keagamaan baik Pitra Yadnya maupun Dewa Yadnya," katanya.

Masyarakat Klungkung selalu mencari Gamelan Gambang di Tangkas. Selain itu, di Tangkas juga ada Saron dan Gong Luwang. Karena itu, sanggar yang berdiri sejak 1994 ini terus menggali pupuh klasik yang ada.

"Pupuh ini memang kami pelajari secara turun-temurun. Leluhur kami memang semua pemain gambang dan saron. Maka itu, kami berupaya terus menggali agar gamelan ini tidak punah. Kalau hanya berbicara finansial, mungkin tak akan menarik bagi generasi muda, tetapi kami mencoba memberi pemahaman, bagaimana kelangsungan gamelan ini dalam konteks upacara," paparnya.

Walau demikian, sedikit demi sedikit, pihaknya akan melangkah ke depan agar gamelan ini terus dipelajari. Walaupun dalam permainan tingkat kesulitannya tinggi. Untuk bermain dan mempelajari gamelan ini sangat sulit, tetapi bagaimana cara memberikan dukungan moral kepada generasi muda untuk mencintai.

"Saya tetap berupaya, dalam event ini kebetulan dipercaya oleh Disbud Klungkung sebagai mana tujuan yang 60 persen sebagai bentuk penggalian dan pelestarian, maka kami belum berani mengembangkan gamelan ini baik untuk mengiringi tari ataupun yang lainnya. Tetapi, dalam konteks upacara kami tetap mempertahankan pakem gamelan Saron dan Gambang sesuai dengan kebiasaan kami di Tangkas," cetusnya. 7 cr78

Komentar