nusabali

Duta Denpasar Tampilkan Payas Agung, Payas Malelunakan hingga Payas Maplekir

Parade (Utsawa) Busana Khas Daerah PKB Ke-45

  • www.nusabali.com-duta-denpasar-tampilkan-payas-agung-payas-malelunakan-hingga-payas-maplekir

DENPASAR, NusaBali - Duta Kota Denpasar menampilkan empat jenis busana adat yakni Busana Payas Madya, Payas Agung, Payas Malelunakan, dan Payas Maplekir dengan pakem tradisi Kota Denpasar, pada Parade (Utsawa) Busana Khas Daerah serangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-45 Tahun 2023, di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali, di Denpasar, Minggu (2/7) malam. 

Perancang busana duta Kota Denpasar Dr Anak Agung Ngurah Anom Mayun, Senin (3/7), mengatakan busana payas madya merupakan busana yang biasa digunakan saat upacara akil balik atau Ngeraja Singa untuk laki-laki dan Ngeraja Swala untuk perempuan, upacara Matatah atau Mapandes dan upacara perkawinan dengan tingkatan upacara tingkat madya.

Model payasan ini identik dengan penggunaan tapih prada, wastra songket, sabuk songket benang, dan selendang songket pada perempuan. Sedangkan untuk laki-laki biasanya menggunakan destar songket atau prada, wastra songket mekancut prada, kampuh songket, dan umpal prada.

Untuk payas agung merupakan busana yang biasa dikenakan pada upacara akil balik, mapandes, dan pernikahan dengan tingkatan upacara tingkat utama.

Ciri khas busana ini yakni memakai pusungan yang dinamakan gelung agung yang dihiasi dengan bunga segar seperti cempaka putih, cempaka kuning, kenanga, dan mawar merah untuk perempuan. Sedangkan laki-laki identik mengenakan hiasan kepala gelung garuda mungkur, rumbing menghiasi telinga, badong, gelang kana, gelang naga satru, keris, cincin/ali-ali, serta gelang kaki slaka.


Ketiga yakni payas malelunakan. Busana ini dikenakan oleh wanita pada upacara Ngaben atau Palebon di Kota Denpasar. "Malelunakan merupakan jalinan rambut dengan selendang yang memiliki panjang 2,5 meter serta lebar 7-8 cm yang dililitkan di kepala dengan putaran 3 kali, yang merupakan pakem Tri Kona yang berarti dinamika hidup," ungkap Ngurah Anom.

Model payas ini identik dengan aksesoris berupa setangkai bunga puspa limbo emas, bunga sandat emas yang diselipkan pada bagian atas lelunakan, subang emas, dan aksesoris pendukung lainnya.

Dan yang terakhir yakni payas maplekir. "Busana ini dikenakan oleh wanita pada upacara Pitra Yadnya yaitu Nyekah, Mamukur atau Maligia," imbuhnya.

Busana ini identik dengan hiasan kepala yang menggunakan pusung gonjer untuk remaja dan pusung tagel untuk dewasa. Di atas kepala terdapat hiasan melingkar terbuat dari kain dengan hiasan pada bagian belakang berbentuk kipas. "Hiasan ini berwarna putih, dilengkapi bunga segar seperti cempaka putih, cempaka kuning, bunga puspa limbo emas, bunga sandat emas, dan aksesoris pelengkap seperti subang emas, bros, dan cucuk emas," tandas Ngurah Anom.

Ketua TP PKK sekaligus Ketua Dekranasda Kota Denpasar Ny Sagung Antari Jaya Negara yang hadir bersama Ketua DWP Denpasar Ny Widnyani Wiradana, memberikan apresiasi atas penampilan duta Kota Denpasar pada Parade (Utsawa) Busana Khas Daerah tersebut. Menurutnya, seluruh busana adat yang ditampilkan telah menggambarkan ciri khas, pakem, dan tradisi berbusana di Kota Denpasar.

Ke depan, Sagung Antari berharap pakem dan tradisi berbusana adat ini terus dilestarikan. Sehingga bisa menjadi contoh bagi masyarakat dalam berbusana sesuai dengan fungsinya. 7 mis

Komentar