nusabali

Pamedek Meninggal di Puncak Gunung Abang

Lemas Usai Sembahyang, Diduga Kena Serangan Jantung

  • www.nusabali.com-pamedek-meninggal-di-puncak-gunung-abang

Saat evakuasi berlangsung kondisi cuaca hujan deras dan angin kencang sehingga jarak pandang terbatas, tidak hanya itu jalur pendakian juga berkabut.

BANGLI, NusaBali

Seorang pamedek meninggal dunia usai melakukan persembahyangan di Pura yang terletak di puncak Gunung Abang di Desa Abang Songan, Kecamatan Kintamani, Bangli, Minggu (9/4). Pamedek yang diketahui bernama I Wayan Ariana,40, ini diduga mengalami serangan jantung dan kelelahan saat mendaki.

Terkait peristiwa ini, Kapolsek Kintamani Kompol Ruli Agus Susanto mengatakan kejadian berawal pada, Minggu pagi pukul 09.30 Wita. Wayan Ariana asal Banjar Tambyak, Pecatu, Kuta Selatan, Badung bersama rombongan warga Pasemetonan Tambyak yang berjumlah kurang lebih 43 orang melaksanakan pendakian di Gunung Abang. Tujuannya untuk melaksanakan persembahyangan bersama atau tirta yatra.

Wayan Ariana beserta rombongan tiba di puncak Gunung Abang sekitar pukul 13.30 Wita. Selanjutnya, rombongan melaksanakan persembahyangan dan selesai pukul 15.30 Wita. "Usai sembahyang, rombongan hendak kembali turun. Namun saat itu ada lima orang yang paling akhir kembali dari pura. Salah satunya adalah korban I Wayan Ariana," jelas Kompol Ruli, Senin (10/4).

Salah satu dari lima orang tersebut bernama I Wayan Kodir sempat menoleh ke arah Wayan Ariana yang posisinya paling belakang. Saat itu dia mendapati Ariana terduduk lemas tidak sadarkan diri. "Saksi juga sempat mengecek nadi korban, namun tidak berdenyut. Sudah sempat dilakukan upaya pertolongan," sebutnya. Kemudian saksi Wayan Kodir memberitahukan kepada rombongan yang sudah mendahului turun melalui HT untuk mencari bantuan kepada warga sekitar dan melaporkan ke Polsek Kintamani.

Pamedek yang lainnya lantas meminta tolong warga sekitar. Hingga pukul 17.00 Wita, puluhan warga Desa Buahan, Kintamani dipimpin Bendesa Adat Buahan I Made Antara dan tim medis bergegas ke lokasi untuk melakukan pertolongan. Begitu dicek korban sudah dinyatakan meninggal. "Diduga korban meninggal karena serangan jantung dan kelelahan setelah mendaki Bukit Abang," kata Kompol Ruli.

Sementara itu untuk proses evakuasi jenazah Wayan Ariana melibatkan personel gabungan, yakni Tim SAR, TNI, Polri, dan Gowri Rescue Bali. Di sisi lain, Koordinator Pos SAR Karangasem I Gusti Ngurah Eka menyampaikan proses evakuasi jenazah Wayan Ariana baru bisa dilaksanakan Minggu malam sekitar pukul 22.00 Wita. Setelah melewati proses pendakian selama 3 jam, jenazah Wayan Ariana akhirnya bisa dievakuasi dari puncak Gunung Abang sampai pos II pendakian.

Diakui dalam proses evakuasi terjadi beberapa kendala. Kendala pertama adalah cuaca hujan yang berdampak pada turun kabut. Di samping itu juga mengakibatkan jalur pendakian yang terjal menjadi licin.

Dikarenakan kondisi tidak memungkinkan, maka proses penurunan korban dari pos II ke parkiran dilanjutkan, Senin pagi kemarin pukul 07.00 Wita. "Jenazah akhirnya bisa diturunkan sampai parkiran sekitar pukul 12.30 Wita," ungkapnya.

Sesampainya di parkiran jenazah langsung diperiksa oleh tim kesehatan. Selanjutnya jenazah dibawa oleh ambulans menuju rumah duka di Banjar Tambyak, Desa Pecatu, Kuta Selatan, Badung. Sementara ditemui di rumah duka, kakak misan almarhum Wayan Ariana, yakni I Ketut Ramiyantha,57, menjelaskan kejadian itu begitu cepat dan tidak disangka oleh rombongan yang berjumlah 30-an orang itu. Saat kejadian adik misannya itu bersama rombongan baru selesai melakukan persembahyangan di Pura yang ada di puncak Gunung Abang. Usai persembahyangan pada Minggu pukul 15.00 Wita, rombongan termasuk almarhum hendak turun ke area parkir.

Namun, baru berjalan kurang lebih sekitar 100 meter tiba-tiba almarhum lemas. "Sempat dikira kerauhan. Namun saat diajak bicara tidak ada respon atau jawaban dari almarhum. Waktu kejadian itu pada pukul 15.40 Wita dan 10 menit kemudian adik saya itu diperkirakan sudah meninggal dunia," ujar Ramiyantha.

Meski rombongan sempat memberikan pertolongan, nyawa korban tidak bisa diselamatkan. Kejadian itu pun langsung dilaporkan ke petugas di sana dan juga Basarnas Denpasar untuk proses evakuasi dari atas gunung hingga ke parkiran. Sayangnya, kondisi cuaca ekstrem seperti hujan dan kabut tebal membuat petugas tidak bisa berbuat banyak. Petugas dan rombongan pamedek itu hanya membuat tenda sebagai perlindungan di sana. "Memang saat kejadian, kondisi cuaca lagi tidak bersahabat. Tim pertama yang tiba sore untuk evakuasi tidak jadi. Karena kondisi tubuh almarhum lumayan bongsor. Tim kedua yang naik pukul 22.00 Wita baru bisa evakuasi, meski dilakukan dengan ekstra hati-hati dan berlangsung cukup lama," terang Ramiyantha seraya mengakui jenazah almarhum Ariana baru bisa dievakuasi sampai kaki Gunung Abang pada, Senin sekitar pukul 12.30 Wita.

Meninggalnya Wayan Ariana usai melakukan persembahyangan di puncak Gunung Abang tentu saja membuat keluarga besar terpukul. Kondisi jenazah saat itu langsung membiru dan mengeluarkan busa pada mulut. Namun dari hasil pemeriksaan tim medis, almarhum meninggal dikarenakan kelelahan dan serangan jantung.

Jenazah saat ini sudah disemayamkan di rumah duka Desa Adat Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Badung. Jenazah tiba di rumah duka pada, Senin sore pukul 16.00 Wita. "Keluarga besar mengikhlaskan. Sesuai kesepakatan dengan desa adat, hari baik untuk penguburan dilakukan besok (hari ini, Red). Almarhum meninggalkan istri dan tiga orang anak," katanya. Dia juga bercerita kalau persembahyangan yang dilakukan di Gunung Abang itu dilakukan keluarga besarnya, baik yang tinggal di Pecatu, Sanur (Denpasar) dan juga Ungasan. Total ada 30-an orang yang ikut dan berangkat dari Pecatu pada Minggu pagi pukul 06.00 Wita.

Rombongan tiba di kaki gunung pada pukul 09.00 Wita dan langsung melakukan pendakian hingga ke puncak gunung tersebut. "Kalau persembahyangan ini hanya keluarga saja, semuanya ikut. Ini juga kita lakukan tiap tahun, bisa sampai dua kali dalam setahun," pungkasnya. Terpisah, Kepala Basarnas Denpasar I Gede Darmada menerangkan laporan adanya pamedek yang meninggal itu masuk pada Minggu malam pukul 22.00 Wita.

Setelah adanya laporan, tim Basarnas mengerahkan 11 orang petugas dan mulai melakukan pendakian pada pukul 22.30 Wita. Tim evakuasi tiba di titik korban pada Senin pukul 01.30 Wita. "Apabila ditempuh dengan jalur darat dari Pos SAR Karangasem, memerlukan waktu antara 120 menit, untuk itu selain menggerakkan tim rescue, kami juga terus berkomunikasi dengan unsur SAR terdekat untuk bisa cepat mengevakuasi jenazahnya," ungkap Darmada, Senin sore.

Dari laporan awal lokasi kejadian berada pada jarak kurang lebih 200 meter dari puncak dengan ketinggian puncak Gunung Abang adalah 2.152 Mdpl. Saat evakuasi berlangsung kondisi cuaca hujan deras dan angin kencang sehingga jarak pandang terbatas. Tidak hanya itu, kondisi jalur pendakian itu pun berkabut, jalanan licin, jalan sempit dan terjal. Meski demikian, tim memutuskan untuk melakukan evakuasi secara hati-hati. Dalam proses evakuasi itu melibatkan unsur SAR gabungan dari Basarnas Bali (Pos SAR Karangasem), Dit Samapta Polda Bali, Koramil Kintamani, Kodim Bangli, Polsek Kintamani, BPBD Bangli, Tim PSC Dinas Kesehatan Bangli, tim medis Klinik Mutiara Medika Sanur, Relawan Gowri Rescue Bali, Pemandu Gunung Abang dan masyarakat setempat. "Proses evakuasi berlangsung kurang lebih 11 jam dari posisi korban ditemukan. Korban berhasil tiba di parkiran baru pukul 12.30 Wita," katanya. *dar, esa

Komentar