nusabali

Diskes Provinsi Bali Terjunkan Tim Surveilans

Telusuri Kasus Penyakit Gagal Ginjal Akut Pada Anak

  • www.nusabali.com-diskes-provinsi-bali-terjunkan-tim-surveilans

DENPASAR, NusaBali - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI meminta Dinas Kesehatan di seluruh Indonesia meningkatkan surveilans (pendataan) kasus yang mengarah kepada penyakit gangguan ginjal akut atau acute kidney injury (AKI) untuk mengantisipasi bertambahnya jumlah korban jiwa.

Untuk itu, Dinas Kesehatan (Diskes) Provinsi Bali telah melakukan koordinasi dengan jajaran Dinas Kesehatan kabupaten/kota maupun puskesmas, klinik serta dokter praktik di seluruh Bali. Tim surveilans pun telah turun untuk menelusuri kasus gagal ginjal akut pada anak-anak di Bali.

"Ada tim khusus dari bagian pengendalian penyakit, mereka bergerak, kerjanya langsung survei di masyarakat, terutama yang terdampak penyakit (gagal ginjal akut)," kata Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Provinsi Bali, Dr dr I Nyoman Gede Anom MKes, kepada awak media di Kantor Diskes Bali, Jumat (21/10). 

Surveilans yang dilakukan nantinya termasuk mendata obat apa saja yang pernah dikonsumsi pasien sebelum dan selama sakit. "Kalau ada anak yang sakit sebelumnya minum obat apa saja, sehingga nanti kalau masuk rumah sakit kita sudah tahu (riwayatnya)," terang dr Anom. Masyarakat juga diimbau lebih waspada dengan AKI jika menemukan gejala sakit anak seperti batuk, pilek, muntah, diare, disertai penurunan volume atau frekuensi buang air kecil (BAK) dalam waktu 6-12 jam. Menurutnya gejala tersebut telah mengarah kepada gangguan ginjal akut. 

"Sebelumnya kan kalau gejala batuk, pilek penyakitnya itu saja yang langsung diobati. Begitu dibawa ke rumah sakit sudah terminal (parah)," jelas dr Anom. Dia mengimbau seluruh pihak, dokter, apotek, penjual obat berizin, dan masyarakat, agar bersabar untuk sementara waktu tidak meresepkan/menjual/mengkonsumsi obat dalam bentuk cair atau sirup sampai hasil kajian komprehensif penyebab AKI yang dilakukan Kemenkes diumumkan. "Dengan kewaspadaan semoga nantinya tidak ada kasus baru lagi," kata dr Anom. 

Sementara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengumumkan sebanyak 102 merek obat sirup yang dikonsumsi oleh para pasien gagal ginjal akut progresif atipikal (Acute Kidney Injury/AKI) di Indonesia. 

"Kemenkes mendatangi 156 rumah pasien, dan ada 102 obat yang ada di lemari keluarga ini yang jenisnya sirup. Itu kami laporkan dan Presiden bilang dibuka saja biar masyarakat tenang," kata Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin dalam agenda konferensi pers terkait AKI yang diikuti dalam jaringan di Jakarta, Jumat kemarin.

Dilansir dari keterangan Kemenkes RI, daftar 102 merek obat sirop itu di antaranya Afibramol, Alerfed Syrup, Ambroxol syr, Amoksisilin, Amoxan, Amoxicilin, Anacetine syrup, Anacetine DOEN, Apialys Syrup, Azithromycin Syrup, Baby cough Camivita, Caviplex, Cazeti, Cefacef Syrup, Cefspan Syrup, Cetirizin, Colfin Syrup, Cupanol Syrup, Curbexon Syrup, Curviplex Syrup, Depakene, Devosix drop 15 ml, Dextaco Syrup, Domperidon Syrup.

Disudrin-ped, Elkana Syrup, Eritromisin, Etamox Syrup, Fartolin Syrup, Ferro K, Hecosan, Hufabetamin, Hufagrip, Hufamag Plus Syrup, Ibuprofen, Ifarsyl Plus, Imunped Drop, Interzinc, Itamol Syrup, Klinik Tazkia: Paracetamol Syrup, Metronidazole Syrup, Mucos Drop, Novachlor Syrup, Nytex, OBH Ane Konidin, Omedom Syrup, Omemox, Pacdin Cough Syrup, Pamol.

Paracetamol Drop dan Syrup, Paraflu Syrup, Praxion Syrup, Profilas Syrup, Proris, Proris Hijau, Psidii Syrup, Ranivel Syrup, Rhelafen, Rhinofed, Rhinos Junior Syrup, Rhinos Neo Drop, Rosidon, RSKM: Paracetamol Syrup, Sanmol Syrup, Sanprima, Sucralfate, Tempra, Tremenza Syrup, UNIBEBI Cough Syrup, Unibeby drop, Vesperum, Vesperum drop 15 ml, Vestein (Erdostein), Vometa, Yusimox, Zenichlor Syrup, Zinc Drop, Zinc Syrup, Zincpro Syrup, Zibramax, Asam Valproat Sirup, Carsida, Hufabethamine, Renalit, Hufallerzine, Hufagrip.

Menkes Budi Gunadi mengatakan seluruh produk obat sirup tersebut terbukti secara klinis mengandung bahan polyethylene glikol yang sebenarnya tidak berbahaya sebagai pelarut obat sirop selama penggunaanya berada pada ambang batas aman. Sesuai Farmakope dan standar baku nasional yang diakui, ambang batas aman atau Tolerable Daily Intake (TDI) untuk cemaran EG dan DEG sebesar 0,5 mg/kg berat badan per hari. "Kalau formula campurannya buruk, polyethylene glikol bisa memicu cemaran seperti Etilen Glikol (EG), Dietilen Glikol (DEG) dan Etilen Glikol Butil Ether (EGBE). Kalau dilihat, polyethylene glikol adalah pelarut tambahan yang jarang dicatat dalam informasi produk obat," katanya.

Daftar obat sirup tersebut merupakan hasil telisik Kemenkes bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan organisasi profesi terkait tentang kejadian AKI di Indonesia sejak September 2022. Awalnya, terdapat sejumlah hal yang diduga kuat sebagai pemicu kasus AKI di Indonesia, yakni pengaruh Adenovirus pada pasien COVID-19 yang telah sembuh, leptospirosis, hingga pengaruh EG dan DEG pada obat sirup.

"Adenovirus itu ada di mana-mana, hampir di setiap orang. Cuma 5 persen persentase kematiannya pada pasien AKI, itu normal. Jadi kami berkesimpulan bukan pada Adenovirus," katanya. Budi Gunadi mengatakan pengaruh lain AKI akibat vaksin COVID-19 juga tidak terbukti, sebab jumlah kasus AKI berdasarkan kelompok umur didominasi usia 1 hingga 5 tahun mencapai 153 kasus dari total 241 kasus di 22 provinsi di Indonesia.
"Ada yang bertanya apakah ini gara-gara vaksin?, masyarakat di bawah usia lima tahun belum divaksin COVID-19," katanya.

Penelusuran Kemenkes berlanjut pada tes patologi untuk membuktikan penyebab lain, seperti disebabkan virus, bakteri, atau parasit, termasuk leptospirosis. "Ternyata tidak terbukti. Kecil sekali kandungan patogen pada pasien AKI," katanya. Berdasarkan panduan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), telisik kasus AKI di Indonesia mengerucut pada kandungan senyawa kimia EG, DEG, dan EGBE pada obat sirup melalui tes toksikologi.

"Yang membuat kami agak terbuka, karena ada kasus serupa di Gambia, Afrika. WHO keluarkan rilis AKI yang disebabkan senyawa kimia," katanya. Dari hasil toksikologi terhadap tujuh dari 11 pasien anak di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) memiliki senyawa kimia EG, DEG dan EGBE. "Sekitar 60 persen pasien konfirmasi bahwa kasus AKI disebabkan oleh senyawa kimia EG, DEG, dan EGBE," katanya. 

Seperti diberitakan sebelumnya RSUP Prof Ngoerah menerima rujukan 17 pasien dicurigai menderita gangguan ginjal misterius atau acute kidney injury (AKI) sejak Agustus 2022. Sebanyak 11 pasien pada akhirnya tidak dapat diselamatkan atau meninggal dunia karena datang sudah dalam keadaan kondisi parah. Pasien yang dominan berusia di bawah 6 tahun tersebut sebagian besar harus menjalani terapi cuci darah.

Dalam kesempatan yang sama Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Bali dr I Gusti Ngurah Sanjaya Putra, SpA, menyampaikan untuk sementara penggunaan obat cair atau sirup diganti dengan obat serbuk atau puyer. "Sama khasiatnya hanya saja dalam bentuk tablet (yang digerus)," sebut dr Sanjaya. 7 cr78, ant

Komentar