nusabali

Wedhasmara, Pencipta Lagu 'Senja di Batas Kota' Tutup Usia

  • www.nusabali.com-wedhasmara-pencipta-lagu-senja-di-batas-kota-tutup-usia

Seorang bayi ditemukan dalam kondisi hidup setelah dikubur selama tiga hari oleh ibunya sendiri yang takut diketahui telah memiliki anak.

DENPASAR, NusaBali
Putra Bali yang karyanya dinyanyikan banyak penyanyi ternama seperti Erni Djohan, Titik Puspa, Titiek Sandhora, dan Layla Dimyati ini meninggal di usai 85 tahun. Hingga akhir hayatnya, satu keinginan yang belum berhasil diwujudkan ialah mendirikan Museum Musik.

Menurut anak bungsu Wedhasmara, AA Bagus Suryawan saat ditemui di rumah duka Jumat (21/4) kemarin, cita-cita Wedhasmara tersebut akan dilanjutkan oleh anak cucunya. “Memang ada rencana mendirikan Museum Musik di rumah ini. Karya-karya beliau yang fenomenal juga sudah berhasil dikumpulkan. Tinggal tunggu waktu yang tepat,” ujarnya didampingi sejumlah anggota keluarga lainnya.

Kepergian Wedhasmara ke tanah wayah, diikhlaskan oleh pihak keluarga mengingat faktor usia dan kondisi kesehatan yang memang menurun sejak dua bulan terakhir. “Beliau sempat mengalami semi stroke dan asma. Daya ingatnya mulai menurun sejak dua bulan terakhir,” kata Bagus Suryawan. Karya terakhir yang bisa dipersembahkan untuk Bali ialah lagu Pesta Kesenian Bali (PKB) yang diciptakan sekitar 4 tahun terakhir. Selain itu, pada usia senja, Wedhasmara juga masih sempat menciptakan lagu Mars Asosiasi Arsitek Indonesia (AAI) yang saat ini menjadi lagu wajib dalam setiap kegiatan AAI.

Wedhasmara meninggalkan 3 anak dari hasil pernikahannya dengan almarhum Jero Kusuma (Nengah Landri). Selain itu, Wedhasmara juga meninggalkan dua anak tiri hasil pernikahan Jero Kusuma dengan I Gusti Putra Matra yang tiada lain merupakan adik kandung Wedhasmara. Wedhasmara menikah dengan Jero Kusuma lantaran Gusti Putra Matra meninggal dunia. Sesuai dengan adat pada keluarga tersebut, Jero Kusuma diambil menjadi istri oleh Wedhasmara. Dari kelima anaknya, Wedhasmara juga meninggalkan sebanyak 11 orang cucu. “Ketika ibu (Jero Kusuma, red) ditinggal meninggal, supaya tidak ‘nyerod’ maka ibu diambil oleh beliau. Supaya ada yang ngurus anak-anak. Total beliau membesarkan 5 anak,” jelas Bagus Suryawan.

Darah bermusik Wedhasmara, dikatakan sudah mengalir pada seluruh anak maupun cucu-cucunya. Namun diakui kemampuan almarhum tak bisa ditandingi. “Musik sudah menjadi jati diri beliau. Karena memang sejak SD sudah fokus untuk musik lanjut di Jogjakarta juga mendalami sekolah musik. Kami sebagai penerus, kami akui tak akan bisa seperti beliau karena selain kemampuan yang jauh, juga karena era nya berbeda,” ujar Bagus Suryawan yang dipesankan untuk segera menikah ini.

Untuk diketahui, prosesi palebon almarhum Wedhasmara akan berlangsung pada Redite Wage Krulut, Minggu (14/5) mendatang di Setra Badung. Sebagai rentetan acara, akan digelar prosesi nyiraman layon pada Wraspati Umanis Pahang, Kamis (11/5) yang dilanjutkan dengan prosesi Ngaskara.

Seperti diketahui, sebagian karya Wedhasmara masih abadi hingga saat ini. Misalnya, Senja di Batas Kota, Berpisah di St Carolus, dan Kau Selalu di Hatiku. Musisi kelahiran tahun 1932 ini juga menulis beberapa lagu pop Bali meski jumlahnya bisa dihitung dengan jari.

Tema lagu Wedhasmara banyak bercerita tentang romantika. Lagunya yang berjudul Senja di Batas Kota, misalnya, tercipta ketika dia jalan-jalan di kawasan Senen, Jakarta Pusat. Dia melihat gadis muda memberikan sapu tangan pada pacarnya yang hendak berangkat perang saat Indonesia terlibat konflik dengan Malaysia.

Lagu lainnya berjudul Berpisah di St Carolus bercerita tentang perpisahan antara perawat dengan pasiennya. Gara-gara lagu ini hingga sekarang Wedhasmara mendapat penghargaan dari Rumah Sakit St Carolus Jakarta, tempat yang menginspirasinya membuat lagu ini. * nv

Komentar