nusabali

Tirta Pelisan, Wisata Religi Mata Air di Kintamani

  • www.nusabali.com-tirta-pelisan-wisata-religi-mata-air-di-kintamani

BANGLI, NusaBali.com –  Kintamani bukan hanya soal wisata pegunungan dan danau saja.

Di kawasan berketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut ini juga memiliki wisata religi. Belum terlalu dikenal luas, namun Tirta Pelisan yang berada di Banjar Langgahan Kangin, Desa Langgahan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli memiliki daya tarik sebagai tempat wisata religi hingga pangelukatan karena didukung suasana sakral.

Setelah sebelumnya hanya menerapkan tiket dana punia seikhlasnya, maka sejak 17 Agustus 2021 ditetapkan tiket sebesar Rp 5.000.  “Tirta Pelisan ini mulai dibuka untuk umum sejak tahun 2019,” kata Perbekel Desa Langgahan, I Komang Dangkayana, Jumat (17/9/2021).

Keberadaan Tirta Pelisan sendiri  sangat disakralkan oleh warga setempat. Seperti namanya, Tirta Pelisan merupakan kucuran mata air yang berasal dari sejumlah bebatuan tebing yang ada di sekitar Tirta Pelisan. Mata air yang berkucuran tersebut mengalir ke bawah dan menyatu dengan aliran sungai. Kucuran air yang tercipta pun nampak indah dan tidak jarang wisatawan menamai tempat ini sebagai Air Terjun Pelisan.

“Seiring berjalannya waktu dan semakin banyaknya kunjungan, wisatawan kerap menyebut Tirta Pelisan sebagai Air Terjun Pelisan,” ujar Made Wanjana, 29, salah satu pengelola Tirta Pelisan.

Tirta Pelisan sering digunakan sebagai tempat memohon tirta (air suci) yang dipergunakan pada saat hari-hari piodalan atau hari suci lainnya. “Desa Manikliyu, Desa Glagah Linggah, bahkan dari Desa Buahan, Kecamatan Payangan pun mencari tirta ke Tirya Pelisan ini,” tambah Made Wanjana.

Namun saat pandemi saat ini Tirta Pelisan terlihat sepi, sekalipun PPKM sudah dilonggarkan bagi tempat wisata. Terlihat hanya ada dua  orang pengelola yang berjaga di tempat wisata religi ini pada  Jumat (17/9/2021) sore.

Kunjungan wisatawan biasanya cenderung ramai pada akhir pekan. “Biasanya pengunjung Sabtu-Minggu bisa 40 sampai 60 orang. Jika hari biasa 10 sampai 30 orang,” tutur Kadek Purna yang juga salah satu pengelola wisata religi Tirta Pelisan.

Namun diingatkan pula bahwa tidak semua orang boleh masuk ke area Tirta Pelisan, karena tempat tersebut pun memiliki beberapa pantangan. Adapun pantangan tersebut yakni, perempuan dalam masa datang bulan (cuntaka), perempuan hamil, dan masyarakat yang masih dalam masa kesebelan (ada keluarga meninggal). “Selain itu masyarakat harus berbusana adat Bali, setidaknya menggunakan selendang, atau kain,” ujar Kadek Purna.

Pantangan lain yang tidak boleh dilakukan di Tirta Pelisan,  lanjut Kadek Purna, yakni membawa minuman berakohol, membuang sampah sembarangan, dan membakar sampah. “Sebaiknya pantangan dan larangan tersebut ditaati, untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan,” pesan Kadek Purna.

Tirta Pelisan juga menerapkan batas area yang bisa dimasuki.  Batasan itu adalah sebuah pagar di tengah sungai, tepat di bawah kucuran air. “Wisatawan tidak boleh ke Utara pagar, hanya pamangku saja yang boleh melewati,” ujar Kadek Purna.

Dikarenakan Tirta Pelisan merupakan kucuran sumber mata air alami, masyarakat pun dapat melakukan kegiatan panglukatan (pembersihan diri dari hal negatif) di tempat ini. “Sangat bagus untuk melakukan panglukatan, di sekitar Tirta Pelisan juga sudah disediakan tempat untuk mengaturkan sesajen,” ungkap Made Wanjana.

Di Tirta Pelisan terdapat dua ruang ganti sekaligus toilet, jadi wisatawan tidak perlu khawatir berganti pakaian di lokasi wisata yang  beroperasi  pukul 09.00 hingga 17.00 Wita.  Sebaliknya hal yang perlu diketahui sebelum berwisata ke Tirta Pelisan yakni lemahnya jaringan sinyal ponsel ketika berada di sekitar Tirta Pelisan.*rma

Komentar