nusabali

Harga Stabil, Petani Sayur Organik di Tabanan Sumringah

  • www.nusabali.com-harga-stabil-petani-sayur-organik-di-tabanan-sumringah

TABANAN, NusaBali
Sejumlah petani sayur organik di Kabupaten Tabanan sumringah meski di tengah pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Jawa-Bali, yang mengakibatkan turunnya volume serapan pasar.

Sebab, petani sayur organik masih menikmati untung dari harga hasil panen yang stabil hingga saat ini.
 Salah satu petani sayur organik di Banjar Munduk Andong, Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, I Made Sandi mengungkapkan dengan PPKM yang terus diperpanjang memang berdampak pada serapan pasar yang menurun dibanding sebelumnya. Biasanya terserap hingga satu kwintal per sekali pengambilan oleh supplier, belakangan ini hanya terserap di kisaran 25-40 kilogram per sekali pengambilan yang dilakukan setiap tiga hari sekali.

“Selama ini kami sudah memiliki pembeli langsung yang merupakan supplier sayur organik yang datang ke kebun. Sekali pengambilan biasanya terdiri dari beragam jenis sayur organik,” ujar Made Sandi, Jumat (27/8).

Kata Made Sandi, jenis sayur organik yang diserap oleh supplier (pasar khusus) tersebut di antaranya, sayur hijau (sawi hijau), pakcoy, bawang prei, dan brokoli. Rata-rata harga sayur tersebut cukup stabil saat ini.

“Contohnya sayur pakcoy stabil di kisaran Rp 7.000 per kilogram, brokoli mencapai Rp 23.000, dan bawang pre di harga Rp 8.000 per kilogram,” ucap Made Sandi.

Made Sandi menjelaskan, selama ini hasil panen rata-rata semua terserap pasar atau tidak ada yang terbuang. Karena sisa produksi yang tidak terserap oleh pasar khusus ini dilempar ke pasar lokal, dan jika masih ada sisa diolah kembali untuk dijadikan pupuk.

Namun untuk di pasar lokal, harga jual sayur organik ini memang hampir sama dengan sayur konvensional (menggunakan pupuk kimia). Harapannya dengan penjualan di pasar lokal selain untuk terus memperkenalkan sayur organik kepada konsumen, upaya tersebut sebagai cara untuk mengajak petani lainnya yang belum menerapkan pola organik agar ikut bertani sehat.

Menurutnya, ketika jumlah petani yang mengembangkan pola pertanian organik ini semakin banyak, maka nantinya akan semakin banyak pula bahan pangan yang bisa dinikmati konsumen dengan kualitas sehat. “Terpenting lagi untuk bertani organik tidak membutuhkan biaya mahal, namun harga jual saat panen lebih tinggi dibanding sayur konvensional di pasar khusus,” kata Made Sandi.

Dia mencontohkan untuk budidaya sayur pakcoy dengan luasan 20 are, bisa menghasilkan sekitar 1 – 1,5 ton per bulan. Prediksinya, biaya yang dibutuhkan dengan luasan tersebut hanya membutuhkan maksimal Rp 800 per kilogram, sedangkan dengan luasan yang sama jika menggunakan pola pertanian konvensional kemungkinan biaya yang dibutuhkan bisa mencapai Rp 1.800 hingga Rp 2.000 per kilogram.

“Bila sudah bisa menekan biaya produksi, sekalipun nanti kita hanya bisa mendapat harga jual yang murah dari hasil panen, tapi itu masih di atas BEP (break even point) produksi atau masih ada untungnya,” tandas Made Sandi. *des

Komentar