nusabali

Kenali Apa Itu Istilah Quarter Life Crisis pada Milenial

  • www.nusabali.com-kenali-apa-itu-istilah-quarter-life-crisis-pada-milenial

DENPASAR, NusaBali.com – Pernah mendengar istilah quarter life crisis? Banyak kalangan milenial masa kini mengaku mengalami quarter life crisis.

Quarter life crisis (QLC) adalah suatu fase di mana seseorang memiliki kecemasan terhadap masa depannya. Kebanyakan takut jika tahun-tahun berikutnya berjalan tidak sesuai dengan harapan. Fenomena ini sangat sering terjadi di kalangan milenial pada kisaran umur 20-30 tahun.

Menjadi dewasa merupakan keharusan bagi setiap orang karena waktu terus berjalan. Tak jarang keharusan tersebut malah memunculkan krisis dalam diri. Psikolog sekaligus psikiater dr Meva Nareza dari Alodokter memberikan beberapa tips bagaimana mempersiapkan diri menghadapi quarter life crisis.

“Pertama, kenali dulu penyebabnya. Quarter life crisis seringkali disebabkan oleh lingkungan sekitar. Keseringan bermain sosial media mempengaruhi seseorang jadi ingin membandingkan dirinya dengan orang lain, padahal itu di dunia maya. Selain itu, terlalu menutup diri dari dunia luar juga bisa menjadi penyebab quarter life crisis ini,” jelas dokter Meva.

Lebih lanjut dokter Meva juga mengungkapkan ada beberapa tanda orang sedang mengalami QLC ini. Ia menyebutkan perasaan tidak bahagia saat menjalani kehidupan rutinitas, rasa minder berlebihan, kurang motivasi serta perasaan stuck atau terjebak dalam suatu kondisi bisa menjadi penyebab QLC.

“Cara untuk mengatasinya susah-susah gampang. Pertama dan yang paling penting atau mendasar adalah kenali diri sendiri. Temukan lagi motivasi atau passion atau coba hobi baru karena quarter life crisis ini bisa terjadi juga karena ada rasa jenuh,” terang dokter umum yang sudah cukup lama berkecimpung dalam aplikasi Alodokter ini.

Dokter Meva kemudian menyarankan lagi untuk bersosialisasi dan berhenti membandingkan diri dengan orang lain. “Setiap manusia itu unik ya. Dan manusia itu juga makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan sesamanya,” ujar dokter muda ini.

Terakhir, dokter Meva menyarankan untuk membuat perencanaan hidup serta mencari mentor atau kelompok pertemanan yang positif. “Buat planning satu tahun ke depan, tiga tahun atau bahkan lima tahun. Kalau perlu ikut komunitas yang supportif. Gunakan sosial media sebijak mungkin, karena semua yang di sosmed itu kan tidak nyata,” tandasnya sembari bercanda.

Komentar