Anggota Dewan Meninggal Akibat Komplikasi
Saat menjalani operasi di Singapura tahun 2013, jantung almarhum Made ‘sampik’ Sudiarta dipasangi batere
Made 'Sampik' Sudiarta Sempat Sebulan Dirawat di RS Sanglah
TABANAN, NusaBali
DPRD Tabanan berduka menyusul meninggalnya I Made ‘Sampik’ Sudiarta, 50, anggota Fraksi Gerindra Dapil Tabanan-Kerambitan, Rabu (23/11) dinihari. Politisi asal Banjar Sangging, Desa Kelating, Kecamatan Kerambitan, Tabanan ini meninggal dalam perawatan di RS Sanglah, Denpasar, karena mengalami komplikasi ginjal dan jantung.
Sebelum menghembuskan napas terakhir, Rabu dinihari sekitar pukul 01.00 Wita, Made ‘Sampik’ Sudiarta sempat selama sebulan lebih dirawat di Ruang Flamboyan RS Sanglah, karena keluhan tidak bisa kencing. Kondisinya semakin memburuk Selasa (22/11) malam, hingga akhirnya meninggal dinihari kemarin.
Jenazah Sampik Sudiarta, anggota Fraksi Gerindra yang duduk di Komisi II DPRD Tabanan, sudah dibawa pulang keluarganya ke rumah duka di Banjar Gerokgak Gede, Desa Delod Peken, Kecamatan Tabanan, Rabu sore pukul 15.00 Wita. Rencananya, jenazah almarhum akan diabenkan di Setra Delod Peken pada Radite Umanis Menail, Minggu (27/11).
Almarhum Sampik Sudiarta---yang sempat berebut kursi Wakil Ketua DPRD Tabanan 2014-2019 dari Fraksi Gerindra, sebelum akhirnya disingkirkan Ni Nengah Sri Labantari---berpulang buat selamanya dengan meninggalkan istri tercinta Ni Ketut Sumiati, 48, serta dua anak yakni Ni Putu Arta Puspa Dewi, 24, dan I Kadek Artha Dwipayana, 21 (masih kuliah di Fakultas Tenik Unud).
Almarhum diketahui sudah sejak lama menderita penyakit jantung. Dia sempat menjalani operasi jantung di Singapura tahun 2013 lalu. "Saat operasi di Singapura, pada jantungnya dipasangkan batere. Jika sewaktu-waktu kondisinya drop, batere tersebut yang membantunya," ungkap AA Sagung Mayun Widiastri, 34, adik ipar almarhum Sampik Sudiarta kepada NusaBali di Banjar Sangging, Desa Kelating, Kecamatan Kerambitan, Rabu siang.
Pasca operasi jantung di Singapura, kondisinya Sampik Sudiarta membaik, bahkan mampu bertarung di politik hingga tembus kursi DPRD Tabanan 2014-2019 saat Pileg 2014, dengan perolehan 881 suara. Namun, belakangan Sampik Sudiarta malah mengalami komplikasi jantung dan ginjal. Karena gangguan ginjal, almarhum sempat cuci darah sejak beberapa bulan terakhir.
Kondisi Sampik Sudiarta mulai drop sejak pertengahan Oktober 2016 lalu, hingga harus dirawat inap di RS Sanglah. Sebetulnya, kondisi almarhum sempat membaik, pertengahan November 2016 lalu. Bahkan, almarhum sudah sempat lancar makan dan bisa jalan-jalan di sekitar ruangan.
“Tapi, kondisi Bapak kembali drop, hingga akhirnya meninggal. Mungkin karena kecapaian, lantaran tahun ini Bapak sering ke luar kota untuk tugas kantor," cerita putri sulung almarhum, Ni Putu Arta Puspa Dewi, saat ditemui NusaBali di trumah duka di Banjar Gerokgak Gede, Desa Delod Peken, Kecamatan Tabanan, Rabu sore.
Menurut Puspa Dewi, dirinya sudah ada firasat buruk sebelum kematian almarhum. Firasat buruk itu muncul ketika Puspa Dewi menunggui ayahnya di RS Sanglah, Sabtu (19/11) lalu. Saat itu, Sampik Sudiarta mengigau dengan mengeluarkan kalimat-kalimat yang sulit dimengerti. "Saya langsung punya firasat bahwa Bapak tidak bisa bertahan," kenang Puspa Dewi.
Sedangkan istri almarhum, Ni Ketut Sumiartini, mengakui sebelum meninggal, suaminya sempat memeluk dirinya dengan erat. Saat itu, almarhum berpesan agar Sumiartini menjaga kedua anaknya. “Bapak juga sering mengeluarkan kata-kata akan meninggal,” tutur perempuan berusia 48 tahun ini saat menunggui jenazah almarhum di Instalasi Forensik Kedokteran RS Sanglah sebelum dipulangkan ke rumah duka, Rabu siang.
Bukan cuma itu. Menurut Sumiartini, almarhum Sampik Sudiarta juga berpesan kepada putra bungsunya, I Kadek Artha Dwipayana, agar meneruskan kuliahnya di Fakultas Teknik Unud. Almarhum berharap putranya ini kelak melanjutkan kariernya di politik.
Menurut Sumiartini, almarhum Sampik Sudiarta merupakan sosok pendiam, tapi penuh tanggung jawab. Selama 2 tahun menjadi anggota DPRD Tabanan dari Fraksi Gerindra, almarhum selalu menerima tugas ke mana pun ditugaskan. Sayang, belum genap satu periode (5 tahun) menjawi wakil rakyat di DPRD Tabanan, almarhum Sampik Sugiarta keburu meninggal.
Sampik Sudiarta adalah satu dari empat anggota Fraksi Gerindra DPRD Tabanan 2014-2019. Dia menjadi satu-satunya caleg Gerindra yang lolos ke kursi Dewan dari Dapil Tabanan I (Kecamatan Tabanan-Kerambitan) di Pileg 2014. Dia lolos dengan raihan 881 suara. Sebelum gabung ke Gerindra, Sampik Sudiarta sempat lama bernaung di bawah PDIP. “Setelah gabung Gerindra, barulah Bapak nyalon ke DPRD Tabanan,” cerita Sumiartini.
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Tabanan dari Fraksi Gerindra, Ni Nengah Sri Labantari, mengaku terkejut mendengar kabar duka kematian rekan separtainya, almarhum Made Sampik Sugiarta. Menurut Sri Labantari, Sampik Sudiarta merupakan kader pekerja keras, yang diajaknya berjuang dari nol untuk membangkitkan Partai Gerindra di Tabanan.
Sri Labantari mengatakan, berkat andil dan kerja keras almarhum Sampik Sudiarta, Gerindra mengukir sejarah untuk kali pertama mampu membentuk satu fraksi di DPRD Tabanan hasil Pileg 2014. "Saya kaget ketika tadi pagi sekitar pukul 10.00 Wita dikasi kabar oleh teman-teman bahwa telah kehilangan sosok teman yang supel (Sampik Sudiarta, Red). Padahal, seminggu lalu saya sempat menjenguk almarhum dan kondisinya saat itu cukup baik," ujar Srikandi Gerindra asal Desa Abiantuwung, Kecamatan Kediri, Tabanan ini.
Sri Labantari puji almarhum Sampik Sudiarta sebagai kader yang bertanggung jawab. Dia menceritakan, saat terjadi isu boikot sidang paripurna dengan agenda pidato pengantar Bupati Tabanan, Sampik Sudiarta yang dalam kondisi sakit tetap hadir karena komitmen Fraksi Gerindra hadir 100 persen. Sampik punya semangat tinggi dalam bekerja dan bertanggung jawab terhadap tugas. “Kami sangat kehilangan,” katanua.
Secara terpisah, Ketua DPC Gerindra Tabanan, Made Pasek Mika Wijaya, juga merasa kehilangan dengan meninggalnya Sampik Sudiarta. Menurut Pasek Mika, Sampik Sudiarta merupakan kader yang punya dedikasi dan loyalitas. Dalam kondisi sakit sekalipun, Sampik Sudiarta rela menghadiri rapat pengurus DPC Gerindra Tabanan, Oktober 2016 lalu.
Hanya saja, saat itu Sampik Sudiarta tak kuat naik ke Lantai II di mana rapat pengurus DPC Gerindra Tabanan digelar. “Saya sarankan kepada Pak Sampik Sudiarta untuk santai di Lantai I,” kenang Pasek Mika sembari menyebut, kondisi Sampik Sudiarta mulai ngedrop sejak 6 bulan lalu.
Dikonfirmasi NusaBali secara terpisah, Rabu kemarin, Ketua DPRD Tabanan I Ketut ‘Boping’ Suryadi juga mengaku sangat kehilangan teman sejawat. Menurut mantan Ketua DPC PDIP Tabanan 2010-2015 ini, Sampik Sudiarta awalnya merupakan kader Banteng, sebelum bergabung ke Gerindra hingga lolos sebagai anggota DPRD Tabanan.
“Dia (Sampik Sudiarta) pekerja keras dan bertanggung jawab. Almarhum selalu riang, penuh canda, fleksibel dalam bergaul. Kami sangat kehilangan,” kata Boping Suryadi. Dikatakan, setelah sakit, Sampik Sudiarta memang lebih banyak istirahat di rumah. Namun, yang berangkutan tetap datang ke kantor karena tanggung jawabnya sebagai anggota Dewan. * cr61,cr63,k21
TABANAN, NusaBali
DPRD Tabanan berduka menyusul meninggalnya I Made ‘Sampik’ Sudiarta, 50, anggota Fraksi Gerindra Dapil Tabanan-Kerambitan, Rabu (23/11) dinihari. Politisi asal Banjar Sangging, Desa Kelating, Kecamatan Kerambitan, Tabanan ini meninggal dalam perawatan di RS Sanglah, Denpasar, karena mengalami komplikasi ginjal dan jantung.
Sebelum menghembuskan napas terakhir, Rabu dinihari sekitar pukul 01.00 Wita, Made ‘Sampik’ Sudiarta sempat selama sebulan lebih dirawat di Ruang Flamboyan RS Sanglah, karena keluhan tidak bisa kencing. Kondisinya semakin memburuk Selasa (22/11) malam, hingga akhirnya meninggal dinihari kemarin.
Jenazah Sampik Sudiarta, anggota Fraksi Gerindra yang duduk di Komisi II DPRD Tabanan, sudah dibawa pulang keluarganya ke rumah duka di Banjar Gerokgak Gede, Desa Delod Peken, Kecamatan Tabanan, Rabu sore pukul 15.00 Wita. Rencananya, jenazah almarhum akan diabenkan di Setra Delod Peken pada Radite Umanis Menail, Minggu (27/11).
Almarhum Sampik Sudiarta---yang sempat berebut kursi Wakil Ketua DPRD Tabanan 2014-2019 dari Fraksi Gerindra, sebelum akhirnya disingkirkan Ni Nengah Sri Labantari---berpulang buat selamanya dengan meninggalkan istri tercinta Ni Ketut Sumiati, 48, serta dua anak yakni Ni Putu Arta Puspa Dewi, 24, dan I Kadek Artha Dwipayana, 21 (masih kuliah di Fakultas Tenik Unud).
Almarhum diketahui sudah sejak lama menderita penyakit jantung. Dia sempat menjalani operasi jantung di Singapura tahun 2013 lalu. "Saat operasi di Singapura, pada jantungnya dipasangkan batere. Jika sewaktu-waktu kondisinya drop, batere tersebut yang membantunya," ungkap AA Sagung Mayun Widiastri, 34, adik ipar almarhum Sampik Sudiarta kepada NusaBali di Banjar Sangging, Desa Kelating, Kecamatan Kerambitan, Rabu siang.
Pasca operasi jantung di Singapura, kondisinya Sampik Sudiarta membaik, bahkan mampu bertarung di politik hingga tembus kursi DPRD Tabanan 2014-2019 saat Pileg 2014, dengan perolehan 881 suara. Namun, belakangan Sampik Sudiarta malah mengalami komplikasi jantung dan ginjal. Karena gangguan ginjal, almarhum sempat cuci darah sejak beberapa bulan terakhir.
Kondisi Sampik Sudiarta mulai drop sejak pertengahan Oktober 2016 lalu, hingga harus dirawat inap di RS Sanglah. Sebetulnya, kondisi almarhum sempat membaik, pertengahan November 2016 lalu. Bahkan, almarhum sudah sempat lancar makan dan bisa jalan-jalan di sekitar ruangan.
“Tapi, kondisi Bapak kembali drop, hingga akhirnya meninggal. Mungkin karena kecapaian, lantaran tahun ini Bapak sering ke luar kota untuk tugas kantor," cerita putri sulung almarhum, Ni Putu Arta Puspa Dewi, saat ditemui NusaBali di trumah duka di Banjar Gerokgak Gede, Desa Delod Peken, Kecamatan Tabanan, Rabu sore.
Menurut Puspa Dewi, dirinya sudah ada firasat buruk sebelum kematian almarhum. Firasat buruk itu muncul ketika Puspa Dewi menunggui ayahnya di RS Sanglah, Sabtu (19/11) lalu. Saat itu, Sampik Sudiarta mengigau dengan mengeluarkan kalimat-kalimat yang sulit dimengerti. "Saya langsung punya firasat bahwa Bapak tidak bisa bertahan," kenang Puspa Dewi.
Sedangkan istri almarhum, Ni Ketut Sumiartini, mengakui sebelum meninggal, suaminya sempat memeluk dirinya dengan erat. Saat itu, almarhum berpesan agar Sumiartini menjaga kedua anaknya. “Bapak juga sering mengeluarkan kata-kata akan meninggal,” tutur perempuan berusia 48 tahun ini saat menunggui jenazah almarhum di Instalasi Forensik Kedokteran RS Sanglah sebelum dipulangkan ke rumah duka, Rabu siang.
Bukan cuma itu. Menurut Sumiartini, almarhum Sampik Sudiarta juga berpesan kepada putra bungsunya, I Kadek Artha Dwipayana, agar meneruskan kuliahnya di Fakultas Teknik Unud. Almarhum berharap putranya ini kelak melanjutkan kariernya di politik.
Menurut Sumiartini, almarhum Sampik Sudiarta merupakan sosok pendiam, tapi penuh tanggung jawab. Selama 2 tahun menjadi anggota DPRD Tabanan dari Fraksi Gerindra, almarhum selalu menerima tugas ke mana pun ditugaskan. Sayang, belum genap satu periode (5 tahun) menjawi wakil rakyat di DPRD Tabanan, almarhum Sampik Sugiarta keburu meninggal.
Sampik Sudiarta adalah satu dari empat anggota Fraksi Gerindra DPRD Tabanan 2014-2019. Dia menjadi satu-satunya caleg Gerindra yang lolos ke kursi Dewan dari Dapil Tabanan I (Kecamatan Tabanan-Kerambitan) di Pileg 2014. Dia lolos dengan raihan 881 suara. Sebelum gabung ke Gerindra, Sampik Sudiarta sempat lama bernaung di bawah PDIP. “Setelah gabung Gerindra, barulah Bapak nyalon ke DPRD Tabanan,” cerita Sumiartini.
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Tabanan dari Fraksi Gerindra, Ni Nengah Sri Labantari, mengaku terkejut mendengar kabar duka kematian rekan separtainya, almarhum Made Sampik Sugiarta. Menurut Sri Labantari, Sampik Sudiarta merupakan kader pekerja keras, yang diajaknya berjuang dari nol untuk membangkitkan Partai Gerindra di Tabanan.
Sri Labantari mengatakan, berkat andil dan kerja keras almarhum Sampik Sudiarta, Gerindra mengukir sejarah untuk kali pertama mampu membentuk satu fraksi di DPRD Tabanan hasil Pileg 2014. "Saya kaget ketika tadi pagi sekitar pukul 10.00 Wita dikasi kabar oleh teman-teman bahwa telah kehilangan sosok teman yang supel (Sampik Sudiarta, Red). Padahal, seminggu lalu saya sempat menjenguk almarhum dan kondisinya saat itu cukup baik," ujar Srikandi Gerindra asal Desa Abiantuwung, Kecamatan Kediri, Tabanan ini.
Sri Labantari puji almarhum Sampik Sudiarta sebagai kader yang bertanggung jawab. Dia menceritakan, saat terjadi isu boikot sidang paripurna dengan agenda pidato pengantar Bupati Tabanan, Sampik Sudiarta yang dalam kondisi sakit tetap hadir karena komitmen Fraksi Gerindra hadir 100 persen. Sampik punya semangat tinggi dalam bekerja dan bertanggung jawab terhadap tugas. “Kami sangat kehilangan,” katanua.
Secara terpisah, Ketua DPC Gerindra Tabanan, Made Pasek Mika Wijaya, juga merasa kehilangan dengan meninggalnya Sampik Sudiarta. Menurut Pasek Mika, Sampik Sudiarta merupakan kader yang punya dedikasi dan loyalitas. Dalam kondisi sakit sekalipun, Sampik Sudiarta rela menghadiri rapat pengurus DPC Gerindra Tabanan, Oktober 2016 lalu.
Hanya saja, saat itu Sampik Sudiarta tak kuat naik ke Lantai II di mana rapat pengurus DPC Gerindra Tabanan digelar. “Saya sarankan kepada Pak Sampik Sudiarta untuk santai di Lantai I,” kenang Pasek Mika sembari menyebut, kondisi Sampik Sudiarta mulai ngedrop sejak 6 bulan lalu.
Dikonfirmasi NusaBali secara terpisah, Rabu kemarin, Ketua DPRD Tabanan I Ketut ‘Boping’ Suryadi juga mengaku sangat kehilangan teman sejawat. Menurut mantan Ketua DPC PDIP Tabanan 2010-2015 ini, Sampik Sudiarta awalnya merupakan kader Banteng, sebelum bergabung ke Gerindra hingga lolos sebagai anggota DPRD Tabanan.
“Dia (Sampik Sudiarta) pekerja keras dan bertanggung jawab. Almarhum selalu riang, penuh canda, fleksibel dalam bergaul. Kami sangat kehilangan,” kata Boping Suryadi. Dikatakan, setelah sakit, Sampik Sudiarta memang lebih banyak istirahat di rumah. Namun, yang berangkutan tetap datang ke kantor karena tanggung jawabnya sebagai anggota Dewan. * cr61,cr63,k21
Komentar