nusabali

PR Pemenang Pilkada

  • www.nusabali.com-pr-pemenang-pilkada

Pemilihan kepala daerah (pilkada) kali ini bisa dianggap istimewa. Banyak kalangan menganggap bahwa ini cenderung dipaksakan ditengah pandemi yang melanda. Namun akhirnya pesta demokrasi berskala kabupaten/kota ini terlaksana juga dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan yang ketat.

Statistisi pada Badan Pusat Statistik Kota Denpasar

Di tengah minimnya pengerahan masa saat kampanye, para calon kepala daerah dituntut piawai menyampaikan visi misi untuk menggaet sebanyak-banyaknya suara. Terlepas siapa yang muncul sebagai pemenang kontestasi politik ini, PR besar telah menanti. Masyarakat tentunya berharap pemimpin nanti tidak hanya piawai mengumbar janji, namun juga punya solusi untuk segera mengatasi pandemi. Apalagi hingga saat ini belum kunjung berhenti.

Di Bali Pilkada serentak pada tahun 2020 ini diadakan di Jembrana, Tabanan, Badung, Bangli, Karangasem dan Kota Denpasar. Terlepas siapapun terpilih sebagai kepala daerah, baik dari petahana maupun yang baru terpilih, tugas yang berat sudah pasti menanti. Harapan yang besar tentunya pemenang pilkada nanti memiliki terobosan-terobosan untuk mengatasi pandemi. Sebelum menggelar rencana besar untuk mencapai visi misi yang membuat pemilihnya berbinar-binar, mengatasi pandemi menjadi salah satu kunci awal kesuksesan untuk menggapai impian yang dijanjikan.  Bagaimana tidak, pandemi kali ini sudah menghantam hampir semua sendi kehidupan. Di Bali misalnya, pandemi COVID-19 ini telah membuat industri pariwisata mati suri. Hasilnya, perekonomian Bali pada triwulan III 2020 turun sebesar 12,28 persen dibanding triwulan III tahun 2019. Dengan sebagain besar penduduk Bali menggantungkan diri pada sektor pariwisata, kondisi ini selanjutnya akan meninggalkan pengangguran. Angka pengangguran pun meningkat cukup tajam dari 1,57 persen pada Agustus 2019 menjadi 5,63 persen pada Agustus 2020. Jika tidak di atasi, kondisi ini bisa berkembang lebih parah. Apalagi menurut BPS, pada tahun 2015 saja jumlah tenaga kerja terkait sektor pariwisata bisa mencapai 1,2 juta orang. Jika kondisi ini tidak segera teratasi, angka kemiskinan dipastikan juga akan meningkat.

Membangun kembali sektor ekonomi khususnya pariwisata menjadi tugas yang berat bagi kepala daerah terpilih di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Seperti kita ketahui bersama pariwisata di Bali terkonsentrasi di kedua wilayah ini, selain di Kabupaten Gianyar. Dengan tingkat ketergantungan yang tinggi pada sektor pariwisata, wilayah konsentrasi pariwisata cenderung terdampak lebih awal dan dampaknya paling besar. Dampak pandemi ini sudah dirasakan sejak awal, dengan turunnya tingkat kunjungan dan jumlah tamu yang menginap dihampir semua destinasi wisata maupun tempat akomodasi. Bahkan sebagain besar hotel hingga penghujung tahun ini belum kunjung beroperasi. Hal ini berdampak pada penyerapan tenaga kerja tidak hanya di wilayah ini. Sebagian pekerja yang berasal dari luar Badung dan Denpasar juga terpaksa pulang ke tempat asal karena tempat kerjanya tutup sementara maupun karena pengurangan jam kerja, bahkan ada yang mungkin sudah di PHK. Berdasarkan rilis angka pengangguran dari BPS, hampir semua kabupaten/kota di Bali mengalami peningkatan pengangguran. Tingkat pengangguran tertinggi tercatat di Kota Denpasar dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) sebesar 7,62 persen. 

Membangun kembali pariwisata Bali bukanlah pekerjaan yang mudah. Mengembalikan pariwisata Bali tidak hanya sekedar menerapkan protokol kesehatan yang ketat bagi pelaku pariwisata untuk menjamin wisatawan yang datang terbebas dari COVID-19. Melakukan seleksi terhadap wisatawan yang datang juga masih diperlukan untuk memotong lingkaran penyebaran virus ini. Apalagi hingga saat ini trend pandemi ini belum juga melandai sehingga masih ada kekawatiran untuk membuka pintu bagi wisatawan khususnya wisatawan mancanegara. Di sisi lain, negara-negara asal wisman tentunya akan sangat berhati-hati untuk mengijinkan warga negaranya untuk berkunjung ke negara-negara yang masih mengalami pandemi. Oleh karena itu diperlukan usaha ekstra untuk memberikan jaminan keselamatan dan kesehatan bagi wisatawan yang datang. Mengandalkan wisatawan nusantara juga tidak mudah. Meskipun potensinya juga tidak kalah besar untuk mulai menghidupkan perekonomian Bali, kasus COVID-19 di beberapa daerah juga belum membaik secara signifikan. Libur panjang pada Oktober lalu sempat memberikan angin segar pada industri pariwisata Bali, namun kembali dievaluasi karena munculnya cluster baru yang ditengarai bersumber dari para pelancong, yang pada akhirnya memunculkan keputusan memangkas cuti bersama diakhir tahun 2020. Apalagi dengan dampak pandemi cukup panjang ini, daya beli masyarakat semakin melemah.

Dengan turunnya jumlah wisatawan pundi-pundi pendapatan daerah pun akan berkurang. Kabupaten Badung, Gianyar dan Denpasar misalnya, sangat mengandalkan sektor pariwisata sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Berkurangnya PAD berpotensi pada tidak terlaksananya berbagai program dan kegiatan yang telah direncanakan. Apalagi kepala daerah terpilih yang tentunya memiliki visi misi yang baru untuk masa tugasnya 5 tahun ke depan. Selain harus mampu menata kembali perekonomian, kepala daerah nanti juga diharapkan mampu mencari sumber-sumber pendapatan daerah alternatif untuk membiayai pembangunan, serta memanfaatkannya secara bijaksana dan terarah untuk mengurangi dampak COVID-19 ini agar tidak semakin parah. Kepala daerah terpilih harus sudah memiliki strategi-strategi yang nantinya mampu mengatasi masalah-masalah yang telah dan masih akan timbul akibat pandemi ini. Harus bisa memimpin masyarakat untuk membangun tatanan hidup new normal atau normal baru, perubahan pola hidup masyarakat dengan tatanan dan adaptasi kebiasaan yang baru agar dapat hidup produktif dan terhindar dari penularan Covid-19.

Selamat untuk semua calon kepala daerah terpilih.


*. Tulisan dalam kategori OPINI adalah tulisan warga Net. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Komentar