nusabali

Tradisi Mayunan di Desa Tua, Tabanan Diawali Penobatan Sutri

  • www.nusabali.com-tradisi-mayunan-di-desa-tua-tabanan-diawali-penobatan-sutri

Krama pangempon Pura Kawitan Undagi Beratan di Banjar Bayan, Desa Tua, Kecamatan Marga, Tabanan kembali melaksanakan tradisi ritual Mayunan di Madya Mandala pura setempat pada Buda Kliwon Pahang, Rabu (12/10).

Pemilihan sutri dilakukan siang sekitar pukul 11.00 Wita melalui prosesi nyanjan. Biasanya, anak yang ditunjuk secara niskala menjadi sutri, mengalami kerauhan saat prosesi nyanjan itu. Namun, karena saat itu tak ada anak yang kerauhan, maka 8 sutri terpilih dengan cara khusus. Awalnya, seluruh anak dikumpulkan duduk dekat palinggih, lalu mereka diberikan kwangen satu per satu.

Ada 8 kwangen yang berisi nomor. Nah, bagi anak yang mendapatkan kwangen berisi nomor, mereka otomatis terpilih secara niskala menjadi sutri. “Mereka yang dapat kwangen berisi nomor itulah yang terpilih jadi sutri dan munggah ke ayunan sakral (Mayunan)," ungkap Wayan Negeriawan kepada NusaBali di Pura Kawitan Undagi Beratan, Kamis (13/10).

Setelah terpilih, 8 sutri ini disucikan melalui upacara. Mereka dilayani seperti seorang raja, termasuk diberikan nunas pica (makanan), karena nantinya akan munggah di ayunan sakral sebagai pelengkap upacara ini. Kemudian, 8 sutri ini melakukan penyucian diri di Pura Beji di sebelah timur Pura Kawitan Undagi Beratan. Setelah itu, mereka akan diberikan pakian putih kuning, sebelum akhirnya siap munggah ayunan sakral (Mayunan), sore pukul 15.00 Wita.

"Mereka naik ke ayunan sakral sambil membawa daksina sebagai stana dari Ida Batara yang melinggih di Pura Kawitan Undagi Beratan ini," papar Wayan  Negeriawan.

Ayunan Jantra berbentuk bundar yang digunakan dalam ritual Mayunan ini berisi 4 tempat duduk. Yang lebih dulu kebagian munggah ayunan sakral adalah 4 sutri lanang (laki-laki). Sedangkan 4 sutri istri (perempuan) dalam giliran berikutnya.

Prosesi Mayunan para sutri ini diawali dengan mengambil daksina yang diletakkan di sebuah pelinggih. Kemudian, daksina tersebut kapundut (dijunjung) menuju Madya Mandala Pura Kawitan Undagi Beratan di mana Ayunan Jantra berada. Setelah semua sutri munggah ayunan dengan memangku daksina, barulah Ayunan Jantra diputar 6 kali, masing-masing 3 kali diputar dari depan dan 3 kali diputar dari belakang.

Menurut Negeriawan, pemutaran dari dua arah berbeda ini menandakan adanya Rwa Bhineda yang selalu bergandengan. "Filosofinya seperti itu, bahwa dalam menjalani kehidupan, harus ada keseimbangan untuk mencapai kerahayuan," papar tokoh adat yang juga menjabat Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) SMPN 1 Marga, Tabanan ini.

Negeriawan menyebutkan, setelah prosesi Mayunan usai, 8 sutri dipingit dan tidak boleh keluar dari area Pura Kawitan Undagi Beratan sampai karya pujawali masineb pada Saniscara Pon Pahang, Sabtu (15/10) besok. “Mereka dilarang keluar dari pura, agar jangan sampai bermain di tempat kotor,” katanya.

Sejak terpilih menjadi sutri sampai karya pujawali masineb, 8 anak-anak suci ini rutin harus Mayunan dua hari sekali, yakni pagi pukul 10.00 Wita dan sore pukul 15.00 Wita. Setiapkali munggah ayunan, mereka mambawa daksina. "Tradisi ritual ini sudah kami warisi sejak dulu, kami pun tidak berani mengubahnya,” papar Negeriawan.

"Setelah adanya rangkaian upacara ini, kami harapkan krama Desa Pakraman Bayan dan pangempon Pura Kawitan Undagi Beratan yang berjumlah 210 KK mendapat kerahayuan dan kesejahteraan. Pikiran, perkataan, dan perbuatan dapat diminimalisir untuk tidak melakukan hal yang buruk," lanjutnya. * cr61

Komentar