nusabali

Siswa SMAN Bali Mandara Ciptakan Alat 'BMG Mini'

  • www.nusabali.com-siswa-sman-bali-mandara-ciptakan-alat-bmg-mini

SMA Negeri Bali Mandara, Buleleng terus saja menorehkan prestasi membanggakan. Kali ini, SMAN Bali Mandara tampil sebagai juara umum Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) 2016 yang dilaksanakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Bisa Pandu Petani Mendeteksi Perubahan Cuaca


SINGARAJA, NusaBali
Ini berkat sukses dua siswa mereka, I Made Radikia Prasanta, 16, dan dan Bagus Putu Satria Suarima Putra, 16, menciptakan alat yang mampu memprediksi perubahan cuaca di satu tempat.

Dengan peralatan yang dikembangkannya, I Made Radikia Prasanta dan Bagus Putu Satria Suarima Putra berhasil menyabet medali emas Bidang Sain dan Teknologi dalam OPSI yang digelar Kemendikbud di Jakarta, 2-7 Oktober 2016. Made Radikia Prasanta merupakan siswa Kelas XI IPA SMAN Bali Mandara, sementara Buleleng Bagus Putu Satria Suarima Putar duduk di Kelas XI IPS. Alat yang diciptakan kedua siswa SMAN Bali Mandara ini mampu memprediksi perubahan cuaca di satu tempat.

Peralatan yang diberi nama ‘Digital Smart Pshycrometer’ ciptaan mereka cukup simpel, hingga disebut sebagai ‘BMG Mini’. Alat ini termasuk multi fungsi, karena bisa menjadi panduan bagi petani memilih jenis tanaman yang cocok dan waktu yang tepat untuk menanam bibit.

Peralatan ‘BMG Mini’ ini juga bisa dibawa para pendaki untuk mengukur kelembaban udara di puncak gunung. Di samping itu, alat ‘BMG Mini’ ciptaan siswa SMAN Bali Mandara juga bisa dimanfaatkan kalangan pembuat bata merah dan genting untuk mengetahui perkembangan cuaca.

Peralatan ‘BMG Mini’ dicipatakan berawal dari rasa penasaran Made Radikia Prasanta dan Satria Suarima Putra terhadap fenomena cuaca yang tidak menentu saat ini. Cuaca kadang berubah secara mendadak dari panas, kemudian turun hujan atau sebaliknya. Rasa penasaran itu muncul setelah mereka teringat dengan nasib petani yang selalu gagal panen akibat fluktuasi cuaca.

“Kami mencermati petani banyak gagal panen karena perubahan cuaca. Dari situ, kami berfikir kenapa tidak ada alat yang bisa memandu petani mengetahui untuk perubahan cuaca yang akan terjadi, sebelum menanam? Jika ada panduan cuaca, tentunya petani bisa memperkecil kerugian akibat gagal panen,” ungkap Redikia Prasanta saat ditemui NusaBali di SMA Bali Mandara kawasan Desa Kubutambaan, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, Sabtu (8/10).


SELANJUTNYA . . .

Komentar