nusabali

Jenazah Naker Jepang Tiba di Rumah Duka, Satu Makingsan di Gni

  • www.nusabali.com-jenazah-naker-jepang-tiba-di-rumah-duka-satu-makingsan-di-gni

Dua jenazah pekerja magang di Jepang, I Wayan Ada, 21, dari Banjar/Desa Pempatan, Kecamatan Rendang, Karangasem dan I Wayan Ariana, 20, dari Banjar Waringin, Desa Pempatan, Kecamatan Rendang, tiba di rumah duka, Jumat (9/8) pukul 21.00 Wita.

AMLAPURA, NusaBali
I Wayan Ada diupacarai makingsan di gni di Setra Desa Adat Alasngandang, Desa Pempatan, Kecamatan Rendang, Redite Pon Medangsia, Minggu (11/8) pagi. Sedangkan jenazah I Wayan Ariana rencananya dikubur di Setra Desa Adat Pempatan, Kecamatan Rendang, Soma Wage Medangsia, Senin (12/8).

Kedatangan kedua jenazah diantar ambulans disambut isak tangis orangtua para korban. Awalnya ayah kandung I Wayan Ada, Jro Mangku Parsa nampak begitu tegar, aktif menjemput kedatangan jenazah anaknya I Wayan Ada ke Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Tetapi setibanya mobil ambulans di rumah duka Banjar Pempatan, Jro Mangku Parsa berlinang air mata begitu melihat anaknya terbujur kaku. Begitu juga kakek dan nenek Wayan Ada, I Nengah Parsa dan Ni Wayan Parsi, larut dalam kesedihan. Korban adalah anak piatu, ibu kandungnya Ni Wayan Budiani meninggal saat korban berusia 20 bulan.

Berita sebelumnya Dua Pekerja Magang Asal Karangasem Tewas Terseret Arus Sungai di Jepang

Setelah dua malam jenazah I Wayan Ada menginap di rumah duka, kemudian prosesinya dilakukan paada Minggu (11/8), diawali memandikan jenazah, selanjutnya diprateka, dan diantar ke Setra Desa Adat Alasngandang. Kakak sepupu korban, I Wayan Wendra Ariawan menuturkan, almarhum selama 1,5 tahun kerja di Jepang, telah mampu membantu orangtuanya. Ayahnya Jro Mangku Parsa yang sebagai sopir truk, telah dibelikan truk dari hasil kerja almarhum di Jepang. “Rencananya almarhum hanya kerja tiga tahun, setelah cukup bekal rencananya digunakan untuk biaya kuliah di ISI (Institut Seni Indonesia),” jelas Wayan Wendra Ariawan.

Isak tangis juga pecah di rumah duka I Wayan Ariana. Kedua orangtuanya, I Wayan Sudani dan Ni Wayan Rustini, lunglai saat menerima kedatangan jenazah anaknya. Terutama Ni Wayan Rustini, tak kuasa menahan kesedihannya. Banyak kerabat berupaya menenangkan Ni Wayan Rustini. Apalagi sejak Minggu, tidak mau makan dan minum karena tak rela berpisah dengan putra tunggalnya itu. Saat diajak bercakap-cakap, Ni Wayan Rustini hanya geleng-geleng kepala, enggan memberikan tanggapan terkait jenazah putranya telah tiba di rumah duka. Hanya mengaku tak ada firasat apa-apa, sebelum musibah menimpa putranya.

Baik korban I Wayan Ada maupun I Wayan Ariana diberangkatkan ke Jepang melalui Yayasan Dwi Pahara Bali di Bangli. Hanya saja kontra I Wayan Ariana berakhir pada Februari 2020 dari total kontrak 3 tahun. Dia berangkat tahun 2017. Sedangkan I Wayan Ada kontraknya berakhir 1,5 tahun lagi, diberangkatkan tahun 2018. *k16

Komentar