nusabali

Buleleng Perluas Perkebunan Manggis

  • www.nusabali.com-buleleng-perluas-perkebunan-manggis

Untuk memperluas peluang pasar ekspor, ratusan pohon manggis akan segera dikembangkan di Desa Sepang.

SINGARAJA, NusaBali
Setelah berhasil menembus pasar ekspor, buah manggis hasil perkebunan Buleleng kini difokuskan kembali untuk memenuhi lebih banyak pemintaan pasar. Dinas Pertanian pun tahun ini mulai melakukan pendataan dan membantu proses registrasi lahan milik petani manggis yang ada di Buleleng. Ratusan pohon manggis pun akan dikembangkan di Desa Sepang, untuk memperluas peluang ekspor.

Kabid Hortikultura, Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, I Gede Subudi belum lama ini  menjelaskan kran pasar ekspor manggis Buleleng menuju China baru dibuka di akhir tahun 2017 lalu. Sedikitnya sudah ada 400 ton manggis asal Buleleng yang sudah dinikmati masyarakat China.

Dengan potensi itu, Dinas Pertanian pun ingin memaksimalkan peluang tersebut untuk meningkatkan kesejahteran petani. “Untuk manggis Buleleng memang punya potensi besar, karena hampir di seluruh Kecamatan di Buleleng ada. Tahun 2017 kemarin populasi pohon manggis ada 66.904 pohon,” ungkap Subudi.

Hanya saja untuk dapat memenuhi permintaan pasar ekspor bukanlah perkara mudah. Petani di Buleleng harus meregistrasi lahan manggis yang dimiliki kepada Kementerian Pertanian. Selanjutnya setelah mendapatkan sertifikasi itu baru bisa memasukkan buah hasil pertaniannya ke pasar ekspor, melalui pengepul dan eksportir.

“Jadi kami sedang lakukan pendataan dan akan membantu petani meregistrasi lahan yang dimiliki, untuk bisa ikut mengekspor buah hasil pertaniannya,” imbuh dia.  Melihat  peluang pasar, Dinas Pertanian pun merencanan akan mengembangkan orientasi ekspor dengan menambah 800 pohon manggis yang akan dibudidayakan di Desa Sepang, Kecamatan Busungbiu Buleleng.

Sementara itu hingga kini untuk memenuhi permintaan ekspor buah manggis ke China, baru ada sejumlah lahan di tiga desa, yakni Desa Lemukih, Galungan dan Sekumpul yang sudah teregistrasi. Subudi pun tengah menggenjot ke depannya lahan perkebunan manggis yang tersertifikasi semakin banyak.

Menurut Subudi, petani manggis yang selama ini sudah dapat menembus pasar ekspor akan jauh lebih sejahtera. Buah maggisnya akan diambil pengepul lebih tinggi jika dijual di pasar lokal. Satu kilogram manggis siap ekspor di petani diambil dengan harga Rp 25-30 ribu. Sangat jauh perbandigannya jika hanya dijual di pasaran yang harganya tak stabil, berkisar Rp 15-20 ribu.

Sedangkan untuk manggis Buleleng yang diekspor ke China dari harga Rp 25-30 ribu perkilogramnya menjadi Rp 75 ribu di China. “Ya cukup jauh perbedaannya karena ada proses penyortiran buah pencucian dan biasanya langsung kirim lewat penerbangan sehari setelah dipanen, jadi benar-benar fresh,” kata Subudi. *k23

Komentar