Fluktuatif, Pasokan Daging Beku di Bali
Pasokan daging beku di Bali fluktuatif. Hal itu bergantung kondisi pariwisata di Bali.
DENPASAR, NusaBali
Bila kunjungan wisatawan ramai, otomatis permintaan daging beku meningkat. Dan demikian, juga sebaliknya. Pasokan daging beku, baik sapi maupun bebek ke Bali dominan untuk kebutuhan industri, yakni hotel dan restoran.
Informasi Dinas Peternakan Provinsi Bali, untuk daging ayam beku sampai 15 Mei tercatat 20 ton. Biasanya pertengahan bulan sampai 50-60 ton. Sedang daging bebek beku, pada April lalu meningkat 112 ton, dari biasanya berkisar 40-50 ton.
Kabid Kesehatan Hewan Verteriner Dinas Peternakan Provinsi Bali Ni Made Sukerni menyatakan, tak jelas persis penyebab naik turunnya pasokan daging. Namun dia mengiyakan kemungkinan berkaitan dengan kondisi kepariwisataan Bali. “Ya kemungkinan,” ujar Sukerni, Selasa (15/5).
Hal itu, kata Sukerni, karena memang daging beku, daging sapi, daging ayam dan daging itik beku diperuntukan untuk industri HRK ( hotel, restoran dan katering).
Menurut Sukerni, daging beku yang masuk ke Bali harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Antara lain, daging tersebut berasal dari rumah potong resmi berizin. Ada sertifikat keterangan asal hewan.
Demikian juga distributor yang mengedarkan mengantongi Nomor Kontrol Verteriner (NKV). Hasil pemeriksaan labaratorium, memastikan daging beku tersebut sehat. Sementara untuk daging terkait konsumsi hari raya keagamaan, warga memilih daging segar yang dijual di pasar- pasar umum. Karena daging segar selalu tersedia.
Sementara harga daging di pasaran dalam dua hari relatif stabil. Harga daging sapi paha depan Rp 94.666 per kilogram. Paha belakang rata-rata Rp 99.333/kg. Sapi has luar rata- rata Rp 110.000/kg. Sedang daging ayam relatif tinggi, rata- rata Rp 36.000/kg. Malah ada sampai Rp 37.000/kg. “Memang sekarang masih mahal pak,” ujar salah seorang pedagang di Pasar Gunung Agung Denpasar Barat. * k17
Bila kunjungan wisatawan ramai, otomatis permintaan daging beku meningkat. Dan demikian, juga sebaliknya. Pasokan daging beku, baik sapi maupun bebek ke Bali dominan untuk kebutuhan industri, yakni hotel dan restoran.
Informasi Dinas Peternakan Provinsi Bali, untuk daging ayam beku sampai 15 Mei tercatat 20 ton. Biasanya pertengahan bulan sampai 50-60 ton. Sedang daging bebek beku, pada April lalu meningkat 112 ton, dari biasanya berkisar 40-50 ton.
Kabid Kesehatan Hewan Verteriner Dinas Peternakan Provinsi Bali Ni Made Sukerni menyatakan, tak jelas persis penyebab naik turunnya pasokan daging. Namun dia mengiyakan kemungkinan berkaitan dengan kondisi kepariwisataan Bali. “Ya kemungkinan,” ujar Sukerni, Selasa (15/5).
Hal itu, kata Sukerni, karena memang daging beku, daging sapi, daging ayam dan daging itik beku diperuntukan untuk industri HRK ( hotel, restoran dan katering).
Menurut Sukerni, daging beku yang masuk ke Bali harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Antara lain, daging tersebut berasal dari rumah potong resmi berizin. Ada sertifikat keterangan asal hewan.
Demikian juga distributor yang mengedarkan mengantongi Nomor Kontrol Verteriner (NKV). Hasil pemeriksaan labaratorium, memastikan daging beku tersebut sehat. Sementara untuk daging terkait konsumsi hari raya keagamaan, warga memilih daging segar yang dijual di pasar- pasar umum. Karena daging segar selalu tersedia.
Sementara harga daging di pasaran dalam dua hari relatif stabil. Harga daging sapi paha depan Rp 94.666 per kilogram. Paha belakang rata-rata Rp 99.333/kg. Sapi has luar rata- rata Rp 110.000/kg. Sedang daging ayam relatif tinggi, rata- rata Rp 36.000/kg. Malah ada sampai Rp 37.000/kg. “Memang sekarang masih mahal pak,” ujar salah seorang pedagang di Pasar Gunung Agung Denpasar Barat. * k17
1
Komentar