nusabali

Sebelum Magoak-goakan, Krama Pantang Sembelih Hewan Apa Pun

  • www.nusabali.com-sebelum-magoak-goakan-krama-pantang-sembelih-hewan-apa-pun

Saat ritual Magoak-goakan, krama yang menempati posisi terdepan kejar dan tangkap ekor (orang urutan terakhir) dari kelompok Goak lawan. Permainan berakhir jika ekor salah satu kelompok tertangkap lawan.

Tradisi Ritual Magoak-goakan Rangkaian Nyepi Desa di Desa Pakraman Kintamani, Bangli 

KRAMA Desa Pakraman Kintamani, Kecamatan Kintamani, Bangli menggelar tradisi ritual Magoak-goakan pada Wraspati Paing Medangsia, Kamis (4/3). Ritual ini digelar sebagai rangkaian upacara Nyepi Desa di Desa Pakraman Kintamani, yang bertujuan untuk mohon keselamatan seluruh krama. Sebelum ritual Magoak-goakan ini, krama setempat selama beberapa hari tidak boleh menyem,belih hewan dan terima tamu untuk menginap. 

Ritual Magoak-goakan dilaksanakan di sebuah lapangan khusus di sebelah timur Mapolsek Kintamani. Ritual ini dilakanakan bersamaan dengan puncak upacara Nyepi Desa di Desa Pakraman Kintamani, Kamis kemarin, sejak pagi pukul 09.00 Wita hingga petang pukul 18.00 Wita.

Prosesi ritual Magoak-goakan ini adalah semacam permainan yang dilakoni seluruh krama, lanang-istri (laku perempuan), mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa. Dalam ritual ini, terjadi saling serang dua kelompok Goak diperankan kelompok Luh (perepuan) dan Muani (lelaki). 

Krama yang menempati posisi terdepan (tenggek) dalam kelompoknya berusaha mengejar dan menangkap ekor (orang urutan terakhir) dari kelompok goak lawan. Permainan Magoak-goakan baru berakhir jika salah satu dari kelompok tersebut  berhasil ditangkap ekornya. 

Nah, permainan Magoak-goakan tersebut terus berulang-ulang dilakukan krama silih berganti, yang selalu melibatkan dua kelompok Goak. Seluruh rangkaian ritual Magoak-goakan berakhir petang hari kala nyit bintang (bintang di langit mulai kelihatan).

Tradisi ritual Magoakan-goakan ini merupakan bagian dari upacara Nyepi Desa di Desa Pakraman Kintamani, yang digelar setahun sekali serangkaian pujawali di Pura Dalem Pingit, Desa Pakraman Kintamani. Tujuannya, untuk memohon keselamatan. Krama setempat amat percaya, dengan ngayah Magoak-goakan, mereka dan anggota keluarganya akan mendapat waranugraha (anugerah) keselamatan dari Ida Batara di Pura Dalem Pingit, Desa Pakraman Kintamani, yang karya pujawalinya tahun ini jatuh pada Buda Umanis Medangsia, Rabu (2/3).

Sebelum puncak Nyepi Desa dengan diidi tradisi ritual Magoakan-goakan, lebih dulu dilaksanakan sejumlah kegiatan. Paling awal, digelar upacara Ngeker Bulan, yakni menetapkan waktu pelaksanaan Nyepi Desa. Nah, untuk Nyepi Desa tahun 2016 ini, upacara Ngeker Bulan diputuskan mulai Buda Wage Langkir, Rabu, 24 Februari 2016  hingga berakhir pada Buda Umanis Medangsia, Rabu, 2 Maret 2016.

Upacara Ngeker Bulan itu sendiri diawali dengan dua ritual. Pertama, ritual Maboros Kidang (berburu Kijang) di hutan Kintamani pada Hari Soma Paing Langkir, Senin, 22 Februari 2016 bertepatan Purnamaning Kasanga. Kidang hasil buruan inilah yang digunakan sebagai wewalungan (hewan kurban) dalam upacara Mejaga di Pura Bale Agung pada Anggara Pon Langkir, Selasa, 23 Februari 2016. 

Sehari kemudian pada Buda Umanis Langkir, Rabu, 24 Februari 2016 dimulailah masa Ngeker Bulan selama 7 hari hingga Buda Umanis Medangsia, Rabu, 2 Maret 2016. Upacara Ngeker Bulan berakhir dengan ngayah membuat bebantenan untuk upacara di Pura Bale Agung dan Pura Dalem Pingit.

Selama rentang waktu Ngeker Bulan, krama Desa Pakraman Kintamani harus mengikuti dua pantangan pokok. Pertama, pantang menyemblih hewan apa pun, termasuk ayam. Kedua, pantang berpergian ke luar daerah dan dilarang keras menerima tamiu (tamu) untuk menginap.

Jika pantangan sampai dilanggar, ada sanksi niskala berupa wajib melaksanakan upacara Nawur Kasisipan (bermakna tebus kesalahan) di Pura Bale Agung saat Ngembak Nyepi Desa pada Redite Kliwon Medangsia, Minggu, 6 Maret 2016. “Desa pakraman tidak meminta digelar upacara itu, tapi tergantung keyakinan masing-masing. Jika merasa langgar pantangan, pasti secara sadar akan bikin upacara Nawur Kasisipan,” ungkap Bendesa Pakraman Kintamani, I Nyoman Sukadia, kepada NusaBali, Kamis kemarin.

Krama yang ngaturang upacara Nawur Kasisipan tidak semata karena melanggar pantangan saat Nyuepi Desa di Desa Pakraman Kintamani. Ada pula krama yang ngaturang upacara Nawur Kasisipan karena merasa pernah berpikiran, berkata, dan bertindak salah, baik dilakukan secara sengaja maupun tanpa sadar. 

Bagaimana untuk memenuhi kebutuhan daging konsumsi keluarga saat Nyepi Desa? Menurut salah satu tokoh Desa Pakraman Kintamani, I Putu Mariasa, karena dilarang potong segala jenis hewan, maka krama setempat harus membeli daging siap olah dari luar desa untuk keperluan konsumsi keluarga. “Dengan begitu, larangan Nyepi Desa bisa dipatuhi, pekerjaan juga tetap jalan,” kata Putu Mariasa, Kamis kemarin. 7 wayan nata

Komentar