nusabali

Standarisasi, Alasan Hortikultura Luar Masuk Bali

  • www.nusabali.com-standarisasi-alasan-hortikultura-luar-masuk-bali

Sejumlah produk hortikultura Bali, seperti semangka,  kentang dan wortel  tak mampu tembus masuk hotel/ restoran di Bali.

DENPASAR, NusaBali
Kegagalan’ tersebut  diduga karena  beberapa  produk hortikultura Bali tak memenuhi standar kualitas  yang disyaratkan industri pariwisata, khususnya kalangan hotel dan restoran. Karenanya pengusaha hortikultura yang menjadi suplier hotel/ restoran, mendatangkan barang- barang dari luar daerah. Barang- barang  tersebut d iantaranya kentang, wortel,  juga semangka.

I Gusti Ngurah Alit, seorang petani  yang juga pemasok produk hortikultura menyampaikan hal tersebut.  “Terpaksa kami datangkan dari Jawa,” ujar Ngurah Alit, pengusaha horti asal Desa Besakih,Kecamatan Rendang Karangasem, Senin (7/5).

Contohnya buah semangka. Menurut Ngurah Alit,  potensi produk semangka di Bali tinggi. Budidaya semangka banyak di berbagai tempat. Diantaranya Gianyar, Klungkung, Badung hingga Jembrana.

Namun dari pengalamannya tak semuanya bisa lolos  di hotel, karena alasan belum memenuhi standar. “Makanya ambil dari luar,” ujar Ngurah Alit.

Demikian juga dengan produk hortkultura lain kentang dan wortel. Juga banyak didatangkan dari luar, khususnya Jawa. “ Entah bagaimana caranya menanam, bentuknya bulat-bulat dan mulus,” tunjuk Ngurah  Alit.

Dan model produk hortikultura seperti itulah yang lebih dipilih oleh pihak  hotel maupun restoran. “Padahal di Bali juga budidaya wortel dan kentang juga ada,” ungkapnya.  

Sementara di lapangan produksi hortikultura Bali belum maksimal. Hal tersebut merupakan buntut dari erupsi Gunung Agung. “Seperti di kami di Besakih, petani kekurangan modal,” ungkap Ngurah Alit. Dituturkan Ngurah Alit, hal itu disebabkan warga , terutama petani banyak yang mengungsi waktu erupsi l Gunung Agung.  Modal petani, baik uang dan juga ternak habis untuk bekal di pengungsian. Itu pulalah yang menyebabkan produksi hortikultura menurun, sehingga belum mampu memenuhi pasokan, baik untuk pasar maupun industri. “Kami di sini ( di Besakih) baru bersiap-siap untuk budidaya,” ungkap Ngurah Alit. *k17

Komentar