nusabali

Suasana Mengharukan Ketika Para Ortua Dihadirkan

  • www.nusabali.com-suasana-mengharukan-ketika-para-ortua-dihadirkan

Suasana mengharukan terasa ketika para orangtua dihadirkan saat penutupan Masa Orientasi Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Ramah Keluarga Karangasem, Rabu (13/9) sore. 

Penutupan Masa Orientasi ABH di LPKA Karangasem

DENPASAR, NusaBali
Untuk diketahui selama 7 hari mulai Kamis (7/9) lalu sebanyak 22 penghuni lapas yang kini disebut ABH mengikuti masa orientasi yang digelar oleh Pusat Kajian Perempuan dan Anak Fakultas Hukum Undiknas Denpasar bersinergi dengan Komunitas Anak Bangsa dan Koperasi Perempuan Ramah Keluarga.

“Kali ini kita memang sengaja mengundang orangtua ABH untuk melihat langsung bagaimana kehidupan anaknya di dalam LPKA. Kalau sebelumnya kan tidak boleh orangtua masuk sampai ke dalam kamar, namun kali ini mereka diizinkan melihat buah hatinya,” ujar Ketua Pusat Kajian Perempuan dan Anak FH Undiknas, Dr AA Ayu Ngurah Tini Rusmini Gorda SH MH MM di Denpasar, Kamis (14/9) kemarin.

Menurut Tini Gorda, selama hampir satu pekan, sebanyak 22 ABH yang semua laki-laki tersebut mengikuti masa orientasi dengan berbagai materi pembinaan dari para narasumber. Tak itu saja, selama masa orientasi juga diisi dengan berbagai perlombaan seperti, Lomba Kebersihan Kamar ABH, Lomba Kesuburan Taman, Lomba Karya Tulis dengan tema ‘Saya Anak GTS (Good, Trash, Smart)’ hingga Lomba Membuat Perencanaan Usaha Rumahan dengan Modal Awal Rp 100.000.

“Yang menarik, saat penutupan masa orientasi yang juga dihadiri Kepala LPKA Karangasem Haryoto, Kadis P3A Karangasem Ni Made Santikawati SPd MSi , sebanyak 22 ABH ini menunjukkan kepiawaiannya membuat Kentucky Lele Goreng, dan para orangtua mereka menilai langsung dan dimintai kritikan agar bisa lebih enak rasanya. 100 lele goreng pun ludes dibeli langsung para orangutan atau wali ABH yang hadir,” ujar Tini Gorda.

Dikatakan, suasana haru sangat terasa ketika para ABH ini menunjukkan talentanya di atas panggung seperti menyanyi, main gitar, dan baca puisi yang disaksikan langsung orangtua mereka. Terlebih ketika sebanyak 22 ABH yang terlibat berbagai kasus ini menyanyi bersama lagu berjudul Karena Cinta. Para ABH dan orangtuanya pun saling berpelukan dan berurai air mata. “Meski tergolong singkat, harapan kami dari masa orientasinya ini adalah munculnya kembali rasa percaya diri dari para ABH dan kepercayaan masyarakat (sosial) ketika mereka sudah bebas. Tentu saja mereka harus kreatif, bisa mengendalikan diri dan adaptif. Nah, disinilah tanggungjawab kita bersama termasuk dari para orangtua mereka sendiri sehingga tidak akan mengulangi perbuatannya lagi. Jadi ABH bisa kembali ke masyarakat harus menjadi anak GTS (Good, Trust, Smart),” pungkas Tini Gorda. *isu

Komentar