nusabali

Tradisi Lepas Satwa Awali Rangkaian Waisak

Perayaan Trisuci Waisak di Vihāra Buddha Sakyamuni

  • www.nusabali.com-tradisi-lepas-satwa-awali-rangkaian-waisak
  • www.nusabali.com-tradisi-lepas-satwa-awali-rangkaian-waisak

DENPASAR, NusaBali - Umat Buddha di Vihāra Buddha Sakyamuni (VBSM) Jalan Gunung Agung, Lingkungan Padang Udayana No 3A, Denpasar Barat, Kota Denpasar, Kamis (23/5) merayakan Tri Suci Waisak 2568 BE dengan penuh kegembiraan dan kekhidmatan. Prosesi diawali tradisi pelepasan ribuan burung sebagai simbol cinta kasih dan kebebasan.

Perayaan yang mengusung tema ‘Memperkokoh Persatuan Dalam Keberagaman’ ini dihadiri sekitar 3.000 umat Buddha dari seluruh Kota Denpasar dan sekitarnya. Sebelum dimulai, Humas VBSM Handi Cahyani menjelaskan umat Budha melakukan Puja Pohon Bodhi, yaitu berdoa di sebuah pohon tempat Sang Budha bermeditasi mencapai pencerahan, dengan tujuan meminta kelancaran agar acara yang diselenggarakan dapat berjalan dengan lancar.

Tampak umat yang hadir kompak mengenakan pakaian serba putih dan sudah memenuhi wihara sebelum pukul 16.00 Wita. Saat acara dimulai, umat dengan khusyuk dan khidmat mengikuti serangkaian acara. Perayaan Tri Suci Waisak ini merupakan momen penting bagi umat Buddha untuk memperingati tiga peristiwa utama dalam kehidupan Sang Buddha, kelahiran Siddhartha Gautama, pencapaiannya dalam penerangan sempurna sebagai Buddha, dan parinibbhana atau wafatnya Sang Buddha.

Acara dimulai dengan Abhayadana, sebuah ritual yang melambangkan pemberian keselamatan dan kebebasan kepada makhluk hidup dengan melepaskan 2.815 ekor burung pipit dan kukur ke alam bebas. Ketua Pengurus Cabang Magabhudi Denpasar, Romo Sutikno Gunawan,64, menjelaskan bahwa Abhayadana adalah bentuk nyata dari kasih sayang dan kebebasan dalam ajaran Buddha.

"Detik-detik Waisak sendiri jatuh pada pukul 21.52.42 Wita. Persembahyangan dimulai pukul 18.30 Wita hingga pukul 22.00 Wita," kata Romo Sutikno. Sebelum puncak acara, berbagai rangkaian kegiatan telah dilaksanakan, seperti Mahajata dan HUT Vihāra Buddha Sakyamuni ke-32, sebulan pendalaman Dhamma, pindapata untuk bhiksu, dan patidana sebagai persembahan kepada leluhur.

Romo Sutikno, menegaskan bahwa perayaan Waisak tahun ini memiliki makna khusus karena berhasil melewati tahun politik dengan damai. "Kami bersyukur dan berbahagia, serta berharap bangsa Indonesia tetap bersatu, saling menghormati, menghargai, dan mengasihi, karena Sang Buddha menyatakan bahwa kebencian tidak bisa dilawan dengan kebencian, tetapi dengan kasih sayang dengan cinta kasih, kebencian itu bisa kita sirnakan," ujar Romo Sutikno.

Dengan tema ‘Memperkokoh Persatuan Dalam Keberagaman,’ perayaan Tri Suci Waisak kali ini tidak hanya menjadi ajang refleksi spiritual, tetapi juga pengingat akan pentingnya menjaga persatuan dan toleransi dalam kehidupan bermasyarakat yang beragam. 

Sementara itu, Bikkhu Dhamaratano menambahkan bahwa pelepasan burung merupakan simbol pembebasan makhluk yang terkurung, dengan harapan agar semua makhluk dapat hidup bahagia. "Dalam Buddhis kita mengenal metta atau cinta kasih terhadap semua makhluk hidup tanpa terkecuali, maka sebagai umat Buddha senantiasa kepada seluruh makhluk hidup jangan sampai kita membunuh, melukai, dan merusak, apalagi kita tidak memberi kehidupan bagi mereka," ujarnya. 

Kegiatan juga diselingi dengan hiburan-hiburan sebelum memasuki acara puncak Puja Bhakti dan menyambut detik-detik Waisak, baik dari komunitas Buddhis maupun sekolah anak-anak Buddhis di Vihāra Buddha Sakyamuni, yang menggelar pertunjukan seperti nyanyian-nyanyian ataupun vokal grup. 7 cr79

Komentar