nusabali

Diikuti 30 Orang Peserta, Berlangsung Penuh Haru dan Bahagia

Upacara Metatah Massal Khusus Penyandang Disabilitas Digelar di Taman Prakerti Buana, Gianyar

  • www.nusabali.com-diikuti-30-orang-peserta-berlangsung-penuh-haru-dan-bahagia
  • www.nusabali.com-diikuti-30-orang-peserta-berlangsung-penuh-haru-dan-bahagia

30 penyandang disabilitas ini sudah dirangkul sejak berusia 5 atau 7 tahun, mereka juga aktif melakukan terapi kesehatan agar tetap semangat menjalani kehidupan

GIANYAR, NusaBali
Suasana haru dan bahagia tersirat dari wajah para orang tua saat menyaksikan buah hati mereka yang berkebutuhan khusus bisa metatah atau mepandes (upacara potong gigi) di Taman Prakerti Buana, Kelurahan Beng, Kecamatan/Kabupaten Gianyar pada Soma Paing Merakih, Senin (15/4). Sebanyak 30 remaja penyandang disabilitas yang mengikuti metatah massal ini. Mereka tampak cantik dan rupawan dalam balutan riasan adat Bali, duduk di atas kursi roda. Bahkan ada remaja penyandang disabilitas down syndrome (kelainan genetik) yang harus dipapah saat prosesi mejaya-jaya. 

Salah satu orang tua, I Made Warja mengaku tak menyangka bisa melihat buah hatinya I Kadek Agus Dharmayoga metatah. Pria asal Desa/Kecamatan Sukawati, Gianyar ini bahkan sulit membayangkan untuk menggelar metatah di rumah. "Rasanya sulit kalau digelar di rumah, anak ini rasanya belum siap," ungkapnya. Maka dari itu, Made Warja merasa beruntung ada metatah massal khusus penyandang disabilitas ini digelar di Taman Prakerti Buana. "Syukur ada acara metatah ini, Jack sangat senang ketika mengetahui akan metatah bersama teman sesama penyandang disabilitas," ungkapnya. 

Bagi Warja, senyum sumringah putranya ini adalah secercah harapan yang harus dijaga. Lebih-lebih Jack, sapaan akrab anaknya ini punya cita-cita sebagai desain grafis. Jack di usianya kini 18 tahun sedang menempuh pendidikan di SMKN 1 Sukawati di Jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV). Made Warja hadir menemani Jack bersama istri tercinta, anak perempuan dan sejumlah kerabat. Begitu pula peserta metatah lainnya, tampak didampingi penuh oleh orang tua beserta kerabat masing-masing. 


Owner Taman Prakerti Buana (TPB), Ida Bagus Mangku Adi Supartha mengatakan metatah massal khusus penyandang disabilitas ini merupakan bagian dari pelayanan umat. Metatah Massal khusus penyandang disabilitas ini terwujud, bermula dari permintaan satu-dua orangtua penyandang disabilitas yang berkeinginan untuk menunaikan tugasnya kepada sang buah hati. Merasa bahwa ada lebih banyak disabilitas yang punya maksud serupa, sehingga Tuaji menjalin komunikasi dengan Yayasan Peduli Kemanusiaan (YPK) Bali untuk menghimpun lebih banyak peserta. 

Sebab, TPB sejak awal berdiri sudah bergerak membantu umat apalagi yang mempunyai kendala. "Tentu kita berharap, prosesi sakral pengendalian sad ripu ini dapat memutus kendala serupa pada generasi berikutnya. Jangan sampai kembali dialami keturunannya," jelasnya. Metatah massal khusus penyandang disabilitas ini memang baru pertama kali digelar di TPB. Namun demikian, sejak berdiri TPB sudah sangat sering menggelar program massal, seperti bayuh oton, menek kelih, dan lain-lain secara cuma-cuma. 

Sementara itu, Elsye Suryawan Ketua Pengurus Yayasan Peduli Kemanusiaan Bali mengatakan 30 penyandang disabilitas ini sudah dirangkul sejak mereka berusia 5 atau 7 tahun. Mereka aktif melakukan terapi kesehatan agar tetap semangat menjalani kehidupan. "Anak-anak ini sudah kita ajak sejak usia 5 tahun, sampai kini usia mereka akil balig para orang tua sedih belum bisa metatah-kan buah hatinya," ujar Elsye. Ternyata setelah dicek, banyak orang tua yang merasa senasib sepenanggungan. 

"Bersama komunitas orang tua, akhirnya disetujui disepakati untuk metatah bersama-sama. Karena biasanya kalau ikut metatah massal pada umumnya, anak-anak ini agak susah mengikuti," jelasnya. Hal inilah yang menjadi cikal bakal digelarnya metatah massal khusus penyandang disabilitas. "Syukurlah kami bertemu Tuaji yang men-support semuanya," ungkapnya. Metatah massal khusus ini diikuti sebanyak 30 penyandang disabilitas dari Kabupaten Gianyar, Kota Denpasar dan Kabupaten Tabanan. Mereka cenderung mengalami keterbatasan dari segi fisik tubuh dan ada yang down syndrome. "Sebenarnya ada dari Buleleng berminat ikut, hanya saja karena kami belum punya fasilitas rumah singgah bagi mereka cukup jauh ke sini. Mungkin di lain kesempatan kita bisa prepare (mempersiapkan) lebih baik lagi," imbuhnya. 7 nvi

Komentar