nusabali

ITTF dan KOI Bahas Dualisme PTMSI

  • www.nusabali.com-ittf-dan-koi-bahas-dualisme-ptmsi

JAKARTA, NusaBali - Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Raja Sapta Oktohari, mengatakan dirinya diundang International Table Tennis Federation (ITTF) untuk membahas positioning atau keikutsertaan Indonesia dalam ajang internasional, akibat adanya kisruh dualisme pengurus cabang olahraga tersebut

Raja Sapta membeberkan, hasil rapat anggota tahunan dan kongres luar biasa KOI, pihaknya melaporkan kepada ITTF terkait kondisi cabang olahraga tenis meja di Indonesia saat ini.

"Senin (1/4), kami diundang ITTF untuk membahas positioning Indonesia di kancah dunia maupun persiapan di fase-fase yang lain," kata pria yang akrab disapa Okto, Sabtu (30/3) malam.

Lebih lanjut Okto membeberkan, ITTF menyatakan dinamika yang terjadi di cabang olahraga tenis meja di Indonesia cukup dinamis, sehingga butuh kepastian untuk keikutsertaan dalam ajang internasional, seperti SEA Games, Asian Games, dan Olimpiade.

Untuk menindaklanjuti pernyataan tersebut, Okto mengatakan KOI terus berusaha berkomunikasi dengan ITTF, dan tetap melibatkan Indonesia dalam ajang internasional ke depannya, sambil menyelesaikan masalah dualisme yang belum usai.

Okto menambahkan, ITTF memberikan "angin segar" kepada Indonesia, jika sudah menyelesaikan kisruh pengurus tenis meja yang tak kunjung usai itu. Jika sudah siap, kata Okto, maka turnamen internasional tenis meja dapat digelar di Indonesia.

Konflik dualisme organisasi tenis meja antara Pengurus Pusat Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PP PTMSI) dan Pengurus Besar Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PB PTMSI), mengakibatkan Indonesia melewati sejumlah multievent olahraga nasional dan internasional.

Pada Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua 2020, tenis meja bahkan tidak dipertandingkan. Sedangkan di SEA Games, tim tenis meja Indonesia absen pada tiga edisi, yaitu 2017, 2019, dan 2021. Namun, tim tenis meja sempat kembali pada SEA Games Kamboja 2023.

Untuk Olimpiade, Indonesia sudah jarang mengirimkan atlet-atlet tenis meja terbaiknya seperti yang pernah ditorehkan Toni Meringgi di Olimpiade 1988 Seoul, Ling Ling Agustin pada Olimpiade 1992 Barcelona, hingga Ismu Harinto di Olimpiade 2000 Sydney. ant

Komentar