nusabali

Menhub: Groundbreaking LRT Masih Dibahas

Tinjau Lokasi Rencana LRT di Sentral Parkir Kuta

  • www.nusabali.com-menhub-groundbreaking-lrt-masih-dibahas

Menhub Budi Karya mengatakan penanggung jawab proyek kerja sama (PJPK)-nya pemerintah daerah dan pemerintah pusat akan mendukung dari segi teknis

MANGUPURA, NusaBali
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan awal pembangunan kereta cepat Light Rail Transit (LRT) di Bali masih dalam pembahasan. Hal ini disampaikan ketika disinggung soal rencana pemerintah pusat yang ingin peletakan batu pertama (groundbreaking) dilakukan awal tahun 2024 mendatang.

“Groundbreaking masih dalam pembahasan,” kata Menhub, usai melihat langsung kondisi lokasi pembangunan LRT dan rapat dengan jajaran Pemprov Bali di Sentral Parkir Kuta, Badung, Minggu (17/12). Dari pembahasan itu, Menhub Budi Karya menyadari ada dua hal yang krusial sehingga LRT memang harus segera ditindaklanjuti, yaitu Bali yang merupakan pameran atau wajah pariwisata taraf internasional milik Indonesia, serta kemacetan yang tak tertangani.

“Memang terjadi kemacetan yang kronis yang bisa menjadi bumerang apabila tidak kita tangani, oleh karenanya sama dengan Jakarta kita akan membuat format bahwa penanggung jawab proyek kerjasama (PJPK)-nya pemerintah daerah dan pemerintah pusat akan mendukung dari segi teknis sebagai minoritas,” ujar Menhub Budi Karya didampingi Pj Gubernur Bali Sang Made Mahendra dan Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta.

Menanggapi rencana pembangunan LRT, Menhub Budi Karya menjelaskan bahwa pemerintah pusat telah menugaskan dirinya untuk memastikan proyek tersebut dapat terealisasi dengan efisien. Nantinya Pemprov Bali akan memegang saham mayoritas dengan besaran 51 persen, sementara pemerintah pusat 49 persen, jadi pemda sudah bersedia mendanai capital expenditure (capex) maupun operasional expenditure (opex) sebagai penyangga.

Menhub Budi Karya membocorkan bahwa sudah ada negara yang setuju menggarap tahap pertama LRT ini, namun rencananya akan dikombinasikan dengan perusahaan swasta, sehingga kehadirannya di Bali ini untuk melihat kondisi riil dan awal pembangunan LRT segera terlaksana. “Kami berharap, setelah adanya koordinasi secara intensif dengan seluruh stakeholder terkait, proyek pembangunan transportasi massal perkeretaapian di Bali ini bisa segera dimulai,” tuturnya.

Dalam kesempatan yang sama, Penjabat Gubernur Bali, Sang Made Mahendra Jaya mengungkapkan urgensi kehadiran transportasi massal modern di Pulau Dewata untuk mengatasi kemacetan parah yang kerap terjadi pada jam-jam tertentu. “Pada jam-jam tertentu terjadi kemacetan luar biasa di Bali, terutama dari Bandara I Gusti Ngurah Rai ke wilayah Kuta sampai Canggu. Jadi kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Bapak Presiden dan Bapak Menteri untuk kemajuan pariwisata di Bali,” kata Pj Gubernur Mahendra Jaya. Menanggapi permasalahan kemacetan, dia mengungkapkan bahwa Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali saat ini memprioritaskan pembangunan Fase 1 Light Rail Transit (LRT) yang menghubungkan Bandara I Gusti Ngurah Rai ke Seminyak melalui Central Park. Dalam upaya untuk menggali lebih dalam tentang proyek tersebut, dirinya bersama Menteri Perhubungan telah melakukan peninjauan langsung ke area Central Parkir.

Atas kunjungan Menhub Budi Karya di Central Parkir Kuta, lokasi pemberhentian kereta cepat LRT nanti, Pj Gubernur Bali Sang Made Mahendra mengaku senang. Pemprov Bali menilai ini sebagai bentuk perhatian pemerintah pusat yang peduli dengan kondisi kemacetan Bali yang berimbas juga pada pariwisatanya. “Bali sangat membutuhkan transportasi pariwisata yang modern, karena memang kita rasakan saat ini pada jam-jam tertentu kemacetannya luar biasa terutama bandara ke wilayah Kuta sampai Canggu. Terima kasih perhatiannya kepada Bali untuk kemajuan pariwisata,” ujarnya. 

Seperti diberitakan sebelumnya pembangunan moda transportasi kereta LRT di Bali terus disiapkan. Badan Perencanaan Nasional (Bappenas) mengungkapkan ada rencana LRT di Bali bakal dibangun di bawah tanah alias underground. Hal ini diungkapkan oleh Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Bappenas Ervan Maksum. Menurutnya, ada banyak aturan pembangunan di Pulau Bali yang mesti dihormati dalam melakukan pembangunan.

Di antaranya adalah bangunan yang tidak boleh tinggi dan juga tidak boleh menggusur pura. Maka dari itu, pembangunan LRT di bawah tanah nampaknya menjadi solusi yang tepat untuk diambil. "Di Bali ada masalah besar, bangunan nggak boleh tinggi daripada pohon kelapa, nggak boleh ke atas. Kalau mau pelebaran jalan di sana banyak pura. Jadi bagaimana caranya? Harus ke bawah satu-satunya cara," ungkap Ervan Maksum di Jakarta 24 September 2023 lalu. Menurutnya, pembangunan moda perkeretaapian di Bali sangat penting. 

Menurut Ervan yang bakal jadi masalah adalah pembiayaan untuk pembangunannya. Menurut Ervan, pembangunan LRT di bawah tanah biayanya bisa sampai 3 kali lipat daripada pembangunan jalur LRT sejajar dengan jalan ataupun dibangun layang. Dia memaparkan untuk 4,9 kilometer jalur LRT bawah tanah saja butuh biaya sampai Rp 5 triliunan. "Nah kalau ke bawah itu bisa 3 kali harga kalau di atas. Misalnya dari Bandara Ngurah Rai ke Kuta itu Rp 5 triliun, padahal nggak sampai 4,9 kilometer pak. Karena lewat bawah mahal sekali," ungkap Ervan.

Dalam bahan paparan yang diperlihatkan Ervan, terlihat rencana besarnya LRT Bali mau dibangun sepanjang 5,3 kilometer. Menghubungkan Bandara Ngurah Rai ke Kuta Central Park kemudian berlanjut rutenya ke Seminyak. Kebutuhan investasinya sendiri ditulis sebesar US$ 592,28 juta. Bila dikonversikan ke kurs terkini jumlahnya sekitar Rp 9,10 triliun (kurs Rp 15.370). 7 ol3, ant

Komentar