nusabali

Megawati Ingatkan Cerita Soal Marhaen

  • www.nusabali.com-megawati-ingatkan-cerita-soal-marhaen

JAKARTA, NusaBali - Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IV PDI Perjuangan (PDIP) di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (29/9) dihadiri ribuan petani dan nelayan. Ketua Umum PDIP Prof. Dr. (H.C) Megawati Soekarnoputri pun, mengungkapkan alasannya para ribuan nelayan dan petani itu hadir di Rakernas.

“Sengaja kami hadirkan perwakilan para petani dan juga nelayan budidaya laut se-Indonesia. Sebab, Rakernas ini menjadi bagian dari kontemplasi ideologis bahwa seluruh dialektika mengapa Indonesia merdeka dan untuk apa Indonesia harus merdeka, semua dari falsafah tentang sosok petani yang bernama Pak Marhaen,” kata Megawati dalam pidato pembukaannya.

Presiden Kelima RI itu mengungkapkan, banyak orang yang mengkonotasikan Marhaenisme dengan arti yang berbeda. Padahal itu jelas tak sesuai sejarahnya. “Marhaen itu adalah seorang petani yang ditemui oleh Bung Karno kala dia berjuang di Jawa Barat, terutama di kota Bandung,” tutur Megawati.

Megawati pun bercerita bagaimana ayahnya Soekarno atau Bung Karno bercakap dengan Marhaen. Mulai aktivitas bertani hingga bisa menghasilkan beras dan menjualnya. “Lalu beliau (Soekarno) bertanya. ‘Apakah dalam kecukupan Bapak, bapak cukup,’ . Iya, tetapi saya tidak bisa memberikan tambahan bagi orang lain,” cerita Megawati.

Filosofi dari Marhaenisme itu, lanjut Megawati, ingin dia perkenalkan kepada Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Maruf Amin dan yang lainnya agar tidak ada prasangka. Bahkan, makamnya ada di kampung Cipagolo, Bandung sehingga itu bukan omong kosong. "Jadi, itu bukannya omong kosong. Maksud dari Bung Karno mengenalkan Marhaenisme oleh sebab pertanyaannya kepada seorang Bapak Marhaen. Soekarno menginginkan sebenarnya seluruh rakyat Indonesia, petani, nelayan itu menjadi sebuah sokoguru. Soko itu kan tiang, guru ya guru. Jadi soko ini memberikan pelajaran bagi kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia,” terang Megawati.

Menurut Megawati, Pak Marhaen adalah representasi wong cilik bersama petani, nelayan, serta mereka yang hidup dalam kemiskinan yang menjadi dasar dan tujuan dari perjuangan PDIP. “Kita harus menjabarkan falsafah pembebasan ini ke dalam konsepsi demokrasi ekonomi, sebab ada kecenderungan pangan hanya dilihat sebagai sistem produksi yang sepertinya sudah berjalan sendiri tanpa panduan,” papar Megawati. k22

Komentar