nusabali

Pasca Kebakaran di Pura Dang Kahyangan Gunung Payung, Desa Adat Kutuh Gelar Upacara Pamplepeh lan Maresik

  • www.nusabali.com-pasca-kebakaran-di-pura-dang-kahyangan-gunung-payung-desa-adat-kutuh-gelar-upacara-pamplepeh-lan-maresik

MANGUPURA, NusaBali.com – Pangempon Pura Dang Kahyangan Gunung Payung, Desa Adat Kutuh menggelar upacara Pamplepeh lan Maresik pada Senin (25/9/2023) pagi. Upacara itu dilakukan untuk menetralisir unsur negatif dan mengembalikan kesucian pura, pasca musibah kebakaran Meru Tumpang Tiga dan satu palinggih lain di pura tersebut pada Selasa, (19/9/2023) lalu.

Bendesa Adat Kutuh, Jro Mangku Nyoman Mesir mengatakan upacara tersebut menggunakan sarana upakara Caru Wraspati Kalpa. Yang mana upacara itu dilakukan untuk mengembalikan kesucian pura setelah terjadinya musibah kebakaran beberapa waktu lalu. 

Upacara dipuput oleh Ida Rsi Bujangga dari Griya Sesetan dan disaksikan oleh Guru Rupaka dari Pemkab Badung dan PHDI Kabupaten Badung, karena pura tersebut berstatus Dang Kahyangan.

“Upacara ini untuk mengembalikan kesucian pura pasca musibah kebakaran kemarin. Semoga Beliau memberikan jalan yang terbaik,” terang Jro Mangku Nyoman Mesir usai upacara pada Senin siang.

Lebih lanjut ia jelaskan, setelah selesai upacara tersebut pihaknya akan melanjutkan ke tahap proses pembangunan Meru Tumpang Tiga dan satu palinggih yang terbakar. Proses pengerjaannya pun, beber Mesir harus selesai sebelum Purnamaning Kawulu di bulan Januari atau Februari.

“Ini nanti akan kami bongkar semuanya, lanjut akan membangun kembali. Sebab Purnamaning Kawulu merupakan Pujawali di sini. Kami akan gerak cepat, sekitar bulan Januari-Februari dan sebelum Pujawali harus sudah selesai,” tuturnya.


Namun, disinggung soal undagi (tukang, Red) yang akan memperbaiki Meru Tumpang Tiga dan satu palinggih yang rusak, Mesir mengatakan pihaknya belum menunjuk undagi yang akan menggarap. Namun proses pengerjaannya akan segera dilakukan dalam waktu dekat.

Rencananya, Meru Tumpang Tiga dan satu palinggih yang rusak itu akan dibuat lebih kokoh. Namun bentuk bangunan akan dibuat sama dan ada beberapa penyesuaian yang diperlukan. Sebab, tiang yang ada di palinggih tersebut terang Mesir sudah pecah-pecah sehingga patut diganti dengan yang baru.

Sementara, batu yang digunakan pun terang Mesir akan tetap menggunakan batu butih. Namun Mesir mengatakan pihaknya belum mematok berapa anggaran yang digunakan. Pihaknya juga akan mencoba mengajukan bantuan anggaran ke Pemerintah Kabupaten Badung. Sebab, ia menilai hal itu berkaitan dengan kebencanaan, maka itu juga akan diusulkan bantuan kebencanaan daerah dan tinggal dibuatkan permohonan melalui proposal yang diajukan.

“Kemarin tiang penyangganya sudah pecah-pecah. Sehingga patut diganti karena bangunan itu sudah berumur 15 tahun saat masa Bupati Badung AA Gede Agung. Undagi sudah ada dari desa, kami gambar dulu. Ini akan dibongkar, lanjut besok mulai kerja, mudah-mudahan ini musibah yang terakhir,” tambahnya.

Foto: Ketua Harian PHDI Badung, I Gede Rudia Adiputra. -RIKHA SETYA

Ditemui dalam kesempatan yang sama, Ketua Harian PHDI Badung, I Gede Rudia Adiputra menerangkan proses pertama yang dilakukan pangemong pura dalam hal ini Desa Adat Kutuh adalah membersihkan areal secara sekala dan nisekala. Dimana secara nisekala melalui upacara Pamplepeh lan Maresik sekaligus memohon petunjuk dan mohon tuntunan kepada Beliau.

“Terkait hal ini selanjutnya akan dilakukan pembersihan secara fisik, yang rusak dan terbakar lalu dilanjutkan dengan membangun kembali. Sehingga apa yang pernah distanakan maka akan distanakan kembali. Sebagai sumber energi positif dan kesucian yang selalu kami mohonkan dari Beliau,” ungkapnya.

Ia berharap, dari diselenggarakannya upacara ini, para krama bisa bersatu padu dan tidak lagi merasa ragu untuk melanjutkan pembangunan fisik di Parahyangan tersebut. Serta selalu bersatu dalam ikatan sradha bhakti dalam jalinan membangun masyarakat dari generasi ke generasi untuk memiliki komitmen bhakti ke Ida Sanghayang Widhi, serta tresna asih kepada sesama warga.

“Secara nisekala memohon kepada Beliau, secara sekala berharap agar masyarakat pangempon pura senantiasa waspada terhadap lingkungan dan keamanan lingkungan. Apalagi pada musim kemarau yang sangat rentan dengan kebakaran, begitu pula saat hujan dan angin.  Agar tetap parahyangan menjadi aman dan memberikan kontribusi yang nyaman sebagai penyungsung pura,” tutupnya. *ris

Komentar