nusabali

Puluhan Kios di Besakih Tutup

  • www.nusabali.com-puluhan-kios-di-besakih-tutup
  • www.nusabali.com-puluhan-kios-di-besakih-tutup
  • www.nusabali.com-puluhan-kios-di-besakih-tutup

Ada 60 kios di jalur barat Pura Besakih. Hanya beberapa yang buka, namun tidak ada pembeli.

AMLAPURA, NusaBali
Puluhan pemilik kios di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem, memilih menutup kiosnya. Padahal kios baru ini didapatkan pasca pengembangan Kawasan Suci Pura Besakih.

Salah seorang pedagang, I Ketut Sumendra mengaku karena menutup kios dirinya kehilangan penghasilan puluhan juta per tahun. “Biasanya setiap tahun selama Karya Ida Bhatara Turun Kabeh di Pura Penataran Agung Besakih, kami bisa berpenghasilan Rp 60 juta. Kali ini nihil penghasilan,” jelasnya  saat ditemui di Banjar Batumadeg, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem, Rabu (13/9).

Sumendra mengaku, awalnya memiliki 6 kios di jalur Pura Dalem Puri Besakih, atau dekat Terminal VIP Pura Besakih di jalur barat. Setiap Karya Ida Bhatara Turun Kabeh di Pura Penataran Agung Besakih dia menyewakan 6 kios. Per kios Rp 6 juta. Dia juga menyewakan 4 kamar kecil, hingga berpenghasilan total Rp 60 juta.

Kali ini di jalur itu, jelas dia, tidak ada pamedek lewat. Karena pemedek yang baru datang dan yang akan kembali dari Pura Besakih, melintasi jalur Pura Manik Mas Besakih atau jalur tengah Pura Besakih. Akibatnya, puluhan kios di jalur barat sepi.

“Sekarang saya dapat pengganti tiga kios. Sejak dibangun, kios itu sampai sekarang tidak pernah buka. Bahkan dipinjamkan, kios itu tidak ada yang mau,” tambah mantan Danramil Rendang itu.

Ada 60 kios di jalur barat Pura Besakih. Hanya beberapa yang buka, namun tidak ada pembeli. Karena tidak ada pamedek atau wisatawan yang melintasi jalur itu.

Senada dikatakan Pemilik kios Jro Mangku Jati dari Banjar Batumadeg. Pemilik kios Ni Ketut Suteni mengelola dua kios, namun bernasib sama. Pedagang Ni Wayan Darya dari Banjar Batumadeg mengaku pinjam kios milik kemenakannya. “Sekarang tidak dapat jualan. Karena tidak ada pamedek dan wisatawan melintas, beda dengan dulu selalu dapat untung,” ujar Darya.

Pantauan NusaBali, dengan adanya kios baru setelah ada pengembangan Kawasan Suci Pura Besakih, bangunan terlihat rapi dan tertib. Hanya saja, kebanyakan pedagang memilih berhenti  jualan. Apalagi di jalur itu tidak ada akses kendaraan, semuanya hanya bangunan kios.

Kecuali ada piodalan di Pura Hyang Aluh Besakih, barulah ada pamedek melintas di antara kios-kios di jalur barat itu. Namun hanya setiap enam bulan sekali. Berbeda dengan kondisi sebelum ada pengembangan Kawasan Suci Pura Besakih. Terminal terpusat di jalur barat sehingga pamedek lebih ramai lalulalang di jalur barat, termasuk wisatawan. Saat Karya Ida Bhatara Turun Kabeh belum lama ini, sempat pecalang membelokkan jalur pamedek ke barat, namun pamedek enggan melintasi jalur itu.

Saat dikonfirmasi, Kepala Badan Pengelola Kawasan Suci Pura Besakih I Gusti Lanang Muliarta, mengakui banyak kios mubazir. "Kondisi itu tidak bisa saya pungkiri. Faktanya memang demikian, tidak semua pedagang buka kios," jelas pendiri Yayasan Bali Kuna Santi, asal Jro Tumbuk, Banjar Santhi, Desa/Kecamatan Selat, Karangasem ini.

Muliarta mengakui, jika tidak ada karya agung di Pura Besakih, pamedek sepi. Walaupun ada segelintir pamedek, semuanya melintasi jalur depan. "Kami masih mencari formula yang tepat untuk membangun jalur pamedek saat meninggalkan Pura Besakih, agar pamedek melintas di antara kios-kios itu," lanjut alumnus ITB Bandung 1990 ini.
Inovasi lain, kata dia, rencananya akan membuat program kerja sama dengan sekolah-sekolah untuk mewajibkan matirtayatra ke Pura Besakih.7k16

Komentar