nusabali

Cerita Mistis Sungai Taksu hingga Resiko Tinggi Penambangan Rakyat

Di Balik Musibah Longsor yang Tewaskan 3 Penambang Batu di Desa Buana Giri, Bebandem, Karangasem

  • www.nusabali.com-cerita-mistis-sungai-taksu-hingga-resiko-tinggi-penambangan-rakyat
  • www.nusabali.com-cerita-mistis-sungai-taksu-hingga-resiko-tinggi-penambangan-rakyat

Alur Sungai Taksu dikenal keramat, terdapat Palinggih Ida Bhatara Ratu Sakti Gunung Agung yang beberapa kali diterjang banjir bandang, namun palinggih tetap utuh

AMLAPURA, NusaBali
Musibah longsor yang menimpa lima orang penambang batu tabas, tiga di antaranya meninggal dunia di tebing Sungai Taksu, Banjar Kemoning, Desa Buana Giri, Kecamatan Bebandem, Karangasem, Senin (11/9), menyisakan duka mendalam bagi keluarga korban. Selain itu, penambangan tradisional batu tabas juga memiliki resiko cukup tinggi. Sebab tak jarang para penambang berjibaku lakukan penggalian di tebing-tebing sungai. Khususnya yang terdapat di sepanjang alur Sungai Taksu. Banyak dari mereka yang tak sadar, bahaya longsor mengancam.

Terkait antisipasi ke depan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karangasem melalui Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) akan turun ke lokasi-lokasi penambangan untuk mengedukasi masyarakat, terutama terkait keselamatan dalam bekerja. Kasatpol PP Karangasem, I Ketut Arta Sedana mengatakan aktivitas penambangan tradisional memang bisa dilakukan warga dan tidak perlu izin. Mereka hanya menggali secara manual menggunakan cangkul, linggis dan sekop, tanpa gunakan alat berat.

"Itu namanya penambangan rakyat, tidak perlu izin, kecuali menggunakan alat berat, lain lagi," ujar Arta Sedana yang mantan Camat Kubu ini saat dihubungi, Selasa (12/9). Meski demikian, lanjut Arta Sedana dalam waktu dekat pihaknya akan mengedukasi masyarakat penambang batu tabas agar lebih berhati-hati melakukan penambangan di daerah yang berisiko tinggi. Terutama yang menambang di dasar tebing atau di pertengahan tebing.

Hal ini dilakukan agar tak terulang lagi peristiwa tebing longsor seperti yang menimpa tiga penambang batu tabas di Banjar Kemoning, Desa Buana Giri, Kecamatan Bebandem, Karangasem. "Kami secepatnya mendatangi lokasi-lokasi penambangan tradisional ini untuk memberikan edukasi agar melakukan penambangan di lokasi yang aman. Perhatikan juga keamanan saat mencari nafkah dengan menambang batu tabas," jelasnya.

Selama ini penambangan batu tabas dilakukan manual oleh warga secara berkelompok. Mereka menggali tebing atau lahan tegalan untuk mendapatkan batu tabas. Awalnya mereka menggali dengan cara coba-coba setelah memperkirakan potensinya. Jika menemukan batu tabas penggalian pun berlanjut. “Kita akan turun ke lokasi untuk mengedukasi masyarakat,” imbuh Arta Sedana. Terkait penambangan tradisional batu tabas ini diakui Perbekel Buana Giri, I Nengah Diarsa memang banyak dilakukan masyarakat di wilayahnya. Penambangan batu tabas itu dilakukan warga secara tradisional, mereka menggali secara manual.

Sementara Sungai Taksu yang berhulu di Gunung Agung yang salah satu bagian tebingnya longsor hingga menewaskan tiga penambang batu tabas juga dikenal angker. Di alur Sungai Taksu juga ada Palinggih Ida Bhatara Ratu Sakti Gunung Agung.

"Alur Sungai Taksu memang terkenal keramat, ada Palinggih Ida Bhatara Ratu Sakti Gunung Agung, beberapa kali terjadi banjir bandang dari Gunung Agung, palinggih tetap utuh," jelas Perbekel Nengah Diarsa saat ditemui di ruang kerjanya, Banjar Komala, Desa Buana Giri, Kecamatan Bebandem, Karangasem, Selasa kemarin.

Menurutnya, Sungai Taksu yang berhulu di Gunung Agung setiap hujan lebat di wilayah Gunung Agung airnya akan meluap. Bahkan luapan air sempat memutus akses jalan yang menghubungkan Banjar Kemoning menuju Banjar Nangka, Desa Buana Giri, Bebandem, Karangasem. Diungkapkan Perbekel Diarsa, di tengah alur Sungai Taksu ada Palinggih Ida Bhatara Ratu Sakti Gunung Agung. Saat terjadi luapan air hingga banjir bandang beberapa waktu lalu, palinggih tetap utuh berdiri tidak bergeser sejengkal pun. Padahal di bagian dinding tebing kanan dan kiri telah tergerus air.

Seperti diberitakan longsor menimpa lima orang penambang batu tabas di tebing Sungai Taksu, Banjar Kemoning, Desa Buana Giri, Kecamatan Bebandem, Karangasem, Senin (11/9) pukul 11.40 Wita. Akibatnya tiga (3) orang tewas, dan dua (2) lainnya selamat hanya mengalami luka ringan.

Informasi yang dihimpun, sebanyak 5 orang penambang batu tabas mulai bekerja pukul 09.00 Wita dengan menggali bagian pertengahan tebing dengan ketinggian tebing dari dasar Sungai Taksu sekitar 20 meter. Kelima penambang itu baru pertama menggali di lokasi tersebut dan dilakukan secara manual. Namun baru lakukan penggalian selama dua jam dengan membuat lubang sedalam 2 meter, tiba-tiba lapisan tanah di atas lubang yang mereka gali longsor. Pohon yang ada di sekitar tambang juga tumbang, akibatnya kelima penambang terpental lalu terseret material tebing dan pohon.

Tiga penambang tertimbun longsor, dua korban meninggal di tempat masing-masing I Kadek Berata, 37, dan I Kadek Pasek, 35. Satu lagi, I Ketut Sueca, 39, ketiganya warga Banjar Kemoning, Desa Buana Giri, Bebandem. Sueca awalnya dalam kondisi kritis sempat mendapatkan pertolongan dan dilarikan ke RSUD Karangasem. Namun berselang beberapa jam korban dinyatakan meninggal dunia.

Sedangkan dua korban selamat, yakni I Kadek Berata, 34, dan I Kadek Suardika, 20, juga warga Banjar Kemoning, Desa Buana Giri, Bebandem saat kejadian keduanya terpental dan terhindar dari reruntuhan material tebing. 7 k16

Komentar