nusabali

Utsawa Dharmagita Mengetarkan Anak Bali

  • www.nusabali.com-utsawa-dharmagita-mengetarkan-anak-bali

Kalau anak-anak sudah ditunjuk, dan dibina maka mereka pasti akan tampil dengan baik.

DENPASAR, NusaBali
Semangat para peserta Utsawa Dharmagita (UDG) ke-31 Tahun 2023 Provinsi Bali, Selasa (5/9), tampak begitu tinggi. Jauh sebelum jadwal lomba dimulai, mereka yang berbusana adat sudah hadir lengkap dengan segala sarana dan alat pendukungnya di Taman Budaya (Art Centre) Provinsi Bali, tempat pelaksanaan Utsawa Dharmagita. Event tradisi Bali ini pun menggetarkan jiwa anak-anak.

Hal itu tersirat pula dari kemampuan dan gaya mereka yang sangat mengagumkan saat tampil. Meskipun jumlah peserta UDG yang merupakan perwakilan dari kabupaten/kota di Bali ini tak pernah lengkap, namun kualitas penampilan mereka sangat baik. Secara kualitas jadi makin meningkat dibandingkan peserta tahun-tahun sebelumnya.

Pada hari kedua pelaksanaan Utsawa Dharmagita itu, sejumlah kategori lomba dipertandingkan. Ada Utsawa Ngewacen Sloka Pasangan Anak-anak Putri bertempat di Kalangan Angsoka, Utsawa Ngewacen Palawakya Pasangan Remaja Putri di Kalagan Ayodtya, Utswa Ngewacen Kekawin Pasangan Remaja Putra di Gedung Ksirarnawa, Utsawa Menghaval Sloka Anak-anak Putri di bawah Gedung Ksirarnawa, Ustsawa Dharmawacana Mabasa Bali Anak-anak Putri di Wantilah, dan Utsawa Dharmawacana Mabasa Ingris kategori Remaja Putri di Kalangan Ratnakandha.


Salah satu juri, I Gusti Lanang Subamia mengatakan lomba Dharma Wacana Mabasa Bali kategori anak-anak putri hanya diikuti oleh dua peserta. Kedua peserta itu merupakan duta Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Sementara kabupaten lain absen yang mungkin karena pengaruh tidak menyelenggarakan perhelatan UDG di tingkat daerah.

“Jika kabupaten tidak menyelenggarakan, tentu tidak akan memiliki juara, sehingga tidak ada yang dikirim di tingkat provinsi,” ucapnya usai menilai lomba.

Kabupaten yang tak menyelenggarakan UDG kemungkinan agak ragu menunjuk anak-anak untuk tampil di tingkat provinsi, sehingga tujuh kabupaten absen kali ini. Padahal, di tahun-tahun sebelumnya, kabupaten-kabupaten tersebut menyelenggarakan UDG.

“Padahal ini tingkat anak-anak, namun sangat antusias mengikuti lomba Dharma Wacana. Kalau anak-anak sudah ditunjuk, dan dibina maka mereka pasti akan tampil dengan baik,” sebutnya.

Buktinya, kedua peserta yang tampil ini memiliki kualitas sangat lumayan dalam ukuran kemampuan berbicara dengan bahasa Bali. Materi yang diangkat banyak kutipan bahasa sansekerta, namun disajikan dengan bagus sekali.

“Itu menunjukkan anak-anak kalau dikasih kesempatan, mereka akan semangat sekali. Kemampuan mereka sesuai uger-uger yang ada, seperti wicara mengungkap permasalahan, wiraga non verbal, wirama ada intonasinya, dan wibawa sudah bagus. Artinya konsisten dan meningkat secara kualitas, jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Walau pesertanya sedikit, tetapi berkualitas,” ucapnya.


Anggota Tim Pengawas UDG 2023 Provinsi Bali Nengah Medera mengaku sangat bangga karena semangat anak-anak untuk mengikuti utsawa ini sudah meningkat. Niat anak-anak untuk mempelajari sastra itu sudah mulai tumbuh melihat kemampuan para peserta yang tampil. Hal ini terjadi setelah sekian kali melakukan ajang UDG ini, dan diikuti pula dengan pembinaan-pembinaan. Apalagi, ajang ini sampai digelar di tingkat nasional.

Tujuan UDG ini sesungguhnya untuk memotivasi anak-anak supaya mau mencintai warisan budaya leluhur, terutama dari sektor agamanya. “Budaya Hindu itu ibarat sebatang pohon, tradisi nyastra inilah akarnya. Maka, kalau orang tak senang membaca sastra, tidak suka memahami sastra mustahil akan bisa memahami budaya Bali,” sebutnya.

Beber dia, dasar agama Hindu di Bali adalah susastra yang diadaptasi dari weda-weda. Oleh karena itu, masyarakat  di Bali selalu mengatakan, dasar agama adalah susastra. Maka itu, kalau ingin memahami budaya Bali secara konprehensif, setidaknya susastra inilah dasarnya yang harus dipelajari.

“Oleh karena itu, kami selalu memotivasi anak-anak supaya mau mendalami dan mempelajari sastra. Setidak-tidaknya ada keinginan untuk memahami dasar agama kita,” harapnya.

Adanya peningkatan kualitas para peserta juga dirasakan Ketua Widyasaba Provinsi Bali Prof Dr Drs I Made Surada MA. Menurutnya, pelaksanan UDG ke-31 Tahun 2023 mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Apalagi, dirinya sering terlibat sebagai juri dan pembina, sehingga merasakan sekali peningkatan kualitas para peserta.

“Dari segi peserta, jika dulu peserta UDG itu hanya remaja dan dewasa, sekarang ada peserta anak-anak. Materi yang dilombakan mulai dari anak, remaja hingga dewasa,” sebutnya.

Materi lomba tahun ini, juga bertambah yakni utsawa wiwada, debat keagamaan. Hal ini sudah pasti berimbas pada UDG tingkat nasional. “Debat agama itu boleh, karena bukan agama yang didebatkan, tetapi masalah aktivitas, masalah, dan ajaran karena agama Hindu di Bali disangga oleh budaya, adat dan tradisi. Itulah yang didebatkan, dan inilah yang baru, sehingga yang ikut lomba debat itu betul-betul melakukan latihan, termasuk juri dan pembina betul-betul juga belajar memahani teknik, sehingga kedepan semua aktivitas keagaman berjalan baik dan bagus,” terangnya.7cr78

Komentar