nusabali

'Kissing the Poetry' Ajak Masyarakat Jaga Keintiman

  • www.nusabali.com-kissing-the-poetry-ajak-masyarakat-jaga-keintiman

DENPASAR, NusaBali - Perupa kawakan Nyoman Mantra Ardhana, 51, menggelar pameran tunggal bertajuk 'Kissing the Poetry', di Santrian Art Gallery, Sanur, Denpasar, 9 Juni sampai 31 Juli 2023.

Melalui 27 karyanya, Mantra Ardhana ingin masyarakat menjaga 'keintiman secara fisik' di tengah pusaran kemajuan teknologi digital. 

Menurutnya, perkembangan teknologi telah membawa manusia ke dalam kenyataan digital yang berimbas pada menurunnya kualitas hubungan antarmanusia itu sendiri. 

"Saya sebagai seniman ingin berproses intim dengan masyarakat secara fisik karena kondisi sekarang ini anak muda atau riil beberapa budaya sudah virtual," ujar Mantra Ardhana saat konferensi pers di Santrian Art Gallery, Kamis (8/6). 

Mantra Ardhana menyajikan 27 karya yang terdiri dari oil color on canvas, watercolor on paper, dan new media. Semua karya tersebut merupakan karya terbaru, yang diproduksi oleh Mantra Ardhana di tahun 2023 ini.

Dalam penciptaan karya, perupa kelahiran Lombok tak terbatas pada medium konvensional (seni lukis). Namun riset dan eksperimentasinya menyasar ke ranah musik, elektronika, teknologi digital (audio, visual, video) beserta internet hingga yang termutakhir artificial intelligence (AI). 

Bagi Mantra Ardhana, teknologi digital dan internet sebagai perangkat (tools) guna memproduksi karya seni visual bukanlah hal baru. Di sela-sela praktik analognya, di tahun 2000 ia membeli komputer dan digunakannya untuk eksperimen serta eksplorasi, yang hasilnya berupa imaji (gambar) digital, cetak di atas kanvas (print on canvas) dengan sentuhan analog (retouch), maupun video art yang terpadu dengan elektronic music.

Sementara itu internet bukan hanya berfungsi sebagai media distribusi karya-karya digital tersebut, namun capaian termutakhir dari teknologi informasi yaitu artificial intelligence (AI) juga dimanfaatkan oleh Mantra Ardhana. Ini terwujud pada satu karya new media yang disajikan dalam pameran dengan judul 'The Brayut'. 

Karya ini terinspirasi oleh cerita klasik masyarakat Bali tentang kegigihan seorang ibu bernama Men Brayut, yang melahirkan 18 anak hingga membesarkannya. Atas keteguhan, ketabahan dan kesucian hatinya, masyarakat Bali menjadikan Men Brayut sebagai ikon kebajikan dan kebijaksanaan.

Mantra Ardhana mempresentasikan The Brayut dalam bentuk trilogi, yang materinya dibangun dari olahan digital serta AI kemudian dipersinggungkan dengan prinsip grafika dan rangkaian elektronik. Karya ini pada dasarnya berupa gambar diam (still image), namun atas saling silang medium dan disiplin ilmu tersebut terciptalah ilusi yang menggerakkan (kinetic), serta memperdalam dimensi hingga nampak bervolume (3D).

"Aku berharap karya ini bisa menjadi media dialog tentang warisan masa lampau, yaitu nilai serta filosofi dari sosok Men Brayut, khususnya untuk generasi muda masa kini yang hidup dalam peradaban dengan percepatan dan kecanggihan teknologi informasi," tutur alumnus ISI Yogyakarta. 

Penulis Miekke Susanto menyebut Kissing the Poetry sebagai pengenalan, pemahaman, dan penanda terhadap 'ketidaktahuan' manusia tentang banyak hal yang kerap beroposisi. 

Adalah sains-mitologi, spiritualitas-profanitas, seen-unseen, fisikal-virtual, nyata-maya, hitam-putih dan berbagai kenyataan yang saling bertentangan lainnya itu ibarat teks yang berkelindan di setiap individu. Tak bisa dihindari, tak mudah untuk memutuskan dan memilihnya. Uniknya, oposisi tersebut saling dan selalu dibutuhkan oleh manusia.

"Pesan-pesan Mantra pada setiap karya padat akan problematika keseimbangan hidup manusia. Lukisan, instalasi, maupun karya-karya digitalnya menyimpan rasa penasaran yang berbasis pada konsep sekala-niskala," ujar Miekke. 7 cr78

Komentar