nusabali

1.389 Bayi di Buleleng Alami Stunting

  • www.nusabali.com-1389-bayi-di-buleleng-alami-stunting

Kecamatan Banjar menjadi wilayah terbanyak kasus stunting berjumlah 372 balita, disusul Kecamatan Tejakula dengan 236 kasus.

SINGARAJA, NusaBali - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Buleleng mencatat ada sekitar 1.389 bayi di Kabupaten Buleleng yang mengalami stunting atau tengkes. Dari ribuan bayi stunting itu terbanyak ada di wilayah Kecamatan Banjar. 

Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinkes Buleleng, Gede Suratanaya mengatakan hingga saat ini tercatat ada sekitar 31.788 bayi berusia di bawah lima tahun (balita) di Kabupaten Buleleng. Dari puluhan ribu balita itu, sekitar 4,4 persen atau 1.389 bayi mengalami stunting.

Berdasarkan catatan Dinkes Buleleng, kasus stunting terbanyak berada di Kecamatan Banjar. "Jumlah balita di Kecamatan Banjar ada sebanyak 3.634, dan 372 di antaranya mengidap stunting atau sekitar 10,2 persen. Kemudian posisi kedua ada di Kecamatan Tejakula dengan 236 kasus," ujarnya, Minggu (28/5).

Sedangkan kasus stunting paling rendah ada di Kecamatan Gerokgak dengan 61 kasus dari total 3922 jumlah balita di wilayah tersebut. Ketua Tim Pelaksana Penyusunan Kajian Stunting Buleleng, Made Sugi Hartono menyebutkan, ada sejumlah hal yang menjadi penyebab bayi mengalami stunting. Penyebabnya yakni pola asuh yang tidak tepat, asupan makanan tidak bergizi atau kurang dari kebutuhan harian, hingga tempat tinggal yang kurang baik.

"Faktor penyebab pada desa dengan kasus sedang dan tinggi stunting yaitu penghasilan di bawah UMR, tidak mendapat MPASI baik, rumah berdampingan dengan kandang hewan, tidak mendapatkan ASI eksklusif, tidak memiliki BPJS, dan tidak memiliki sarana MCK yang baik," sebutnya.

Sugi Hartono menyampaikan, Tahun 2021 Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) merilis data tentang prevalensi stunting di angka 24,4 persen atau 5,33 juta jiwa. Pemerintah menargetkan penurunan prevalensi stunting sebanyak 3 sampai 3,5 persen tiap tahunnya sehingga pada tahun 2024 dapat memenuhi di angka 14 persen.

Menyikapi kasus stunting tersebut, sejumlah upaya pun turut dilakukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab)  Buleleng untuk menekan angka kasus stunting. Upaya itu mulai dari pendampingan stunting dan keluarga berisiko stunting hingga memaksimalkan kelas ibu hamil dan kelas balita.

Pemerintah pun berupaya menyusun kajian strategi kebijakan penanggulangan stunting melalui pendekatan holistik dan terintegrasi. Kata Sekretaris Daerah (Sekda) Buleleng, Gede Suyasa, begitu indeks yang valid dan kuat, maka data stunting di Buleleng akan efisien, tidak salah sasaran, dan tidak salah penanganan. 

"Stunting tidak akan berhenti jika tahun depan Pemerintah tidak responsif secara masif akan muncul lagi jika ingin bertahan di angka kecil dengan melakukan cara yang lebih intens," ujar Suyasa.7mzk

Komentar