nusabali

Dear Petualang, Kenali 3 Jenis Gigitan Ular Ini Saat Healing di Hutan

  • www.nusabali.com-dear-petualang-kenali-3-jenis-gigitan-ular-ini-saat-healing-di-hutan

MANGUPURA, NusaBali.com – Bagi yang sering ngebolang alias suka masuk ke hutan ketika menjalani hobi berpetualang, perjumpaan dengan ular kadang kala tidak bisa dihindari. Oleh karena itu, para petualang sejati mesti mewaspadai jenis-jenis gigitan ular ini.

Berdasarkan pengalaman Kadek Adi Saputra, 39, seorang rescuer dari Bali Reptile Rescue asal Desa Gumbrih, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana, ada tiga jenis gigitan ular yang biasa ditemui di alam.

Ketiga jenis gigitan tersebut terbagi menjadi dua kelompok yakni gigitan ular berbisa dan gigitan ular tidak berbisa. Untuk gigitan ular berbisa, terdiri dari gigitan kering dan gigitan basah.

Kedua kelompok gigitan ini sama-sama berbahaya dan dapat mengancam nyawa. Gigitan ular berbisa berpotensi menjadi medium bagi ular untuk menginjeksi racun. Sedangkan untuk gigitan ular berbisa dapat merusak otot dan pendarahan parah.

“Gigitan ular berbisa yang kering biasanya hanya mematuk dan tidak mengeluarkan racun bisanya. Dan lukanya biasanya membentuk bekas gigi ular,” tutur Kadek Adi ketika dijumpai di sela-sela atraksi dan edukasi ular di Desa Bongkasa Pertiwi, Kecamatan Abiansemal, Badung pada Sabtu (17/12/2022) sore.

Meskipun merupakan gigitan ular berbisa, jenis gigitan ini cenderung tidak berbahaya lantaran tidak ada injeksi racun ke dalam tubuh manusia. Namun, gigitan ular berbisa akan sangat mematikan apabila berupa gigitan basah.

Foto: Kadek Adi, rescuer Bali Reptile Rescue. -NGURAH RATNADI

Gigitan basah ini ditandai dengan gigitan yang mengunci objek yang digigit. Gigitan mengunci ini memberikan kesempatan kepada taring ular berbisa untuk menginjeksi racun ke dalam tubuh korbannya. Oleh karena itu, ketika sudah diketahui bahwa ular yang menggigit berbisa maka harus langsung ditarik secepatnya.

Mendiamkan gigitan basah ular berbisa dapat memperparah situasi. Hal ini dikarenakan semakin lama gigitan basah mengunci objek yang digigit semakin banyak volume racun yang diinjeksi ke dalam tubuh korbannya. Akibatnya, nyawa menjadi taruhan.

“Kemudian ada gigitan ular tidak berbisa. Jenis gigitan ini tidak mematikan namun bisa merobek otot dan menyebabkan pendarahan hebat. Ini bisa terjadi karena struktur gigi ular tidak berbisa didesain untuk melumpuhkan dan mengunci mangsanya,” ujar Kadek Adi.

Struktur gigi ular tidak berbisa biasanya miring ke dalam sehingga apabila ada mangsa yang tercengkeram tidak akan bisa meloloskan diri. Sebabnya, jika kepanikan terjadi dan akhirnya menarik gigitan ular ini seperti halnya gigitan basah ular berbisa, otot atau daging yang terkunci bisa robek. Selain robek, darah bisa mengalir hebat akibat robekan otot tersebut.

Jenis ular yang biasanya memiliki gigitan semacam ini adalah ular sanca atau phyton. Oleh karena itu, cara mengatasi gigitan ular seperti ini salah satunya dapat dilakukan menggunakan air. Kepala ular dimasukkan ke dalam air sehingga reptil yang bernapas dengan paru-paru ini terpaksa perlahan melonggarkan gigitannya.

Dengan pengalaman puluhan tahun berhadapan dengan reptil, Kadek Adi menegaskan bahwa tidak ada cara absolut untuk membeda ular berbisa dan tidak berbisa. Misalnya, dari segi warna, bentuk kepala, dan lain-lain. Jalan satu-satunya adalah mempelajari masing-masing ular yang berhabitat di sekitar lingkungan.

“Ular itu tidak akan menyerang kalau mereka tidak merasa terancam. Mereka cenderung menghindari kontak dengan manusia. Apabila berpapasan dengan ular di tengah hutan sebaiknya dihindari karena kita tidak pernah tahu pasti apakah ular itu berbisa atau tidak,” tandas Kadek Adi. *rat

Komentar